1872, hari ke-1, Tanah Utara Verdoras, Dinding Xela.
Es terus memakan kaki para pendaki; dingin yang luar biasa harus mereka hadapi. Dua pria dan satu anak-anak sedang mendaki dinding yang luar biasa tinggi. Mereka berani menantang maut untuk membawa satu anak istimewa, seorang Adam bernama Andre Velanhar.
Andre lahir di keluarga penunggang naga terhormat dan kaya. Berasal dari vana (planet/daratan/tanah) bernama Zena. Dia adalah Haegil, ras yang memiliki ciri-ciri umum: kulit pucat seperti mayat, rambut hitam, dan mata hitam. Yang menjadi ciri khas Haegil adalah bercak putih sebesar kelereng di beberapa bagian tubuh, dan kemampuan mereka untuk terbiasa dengan suhu dingin. Haegil sendiri berarti 'pembawa dingin' dalam bahasa kuno.
Andre pergi tanpa menjinjing harta, kendaraan, ataupun persiapan; hanya membawa pakaian yang melekat saat ia pergi dari rumah. Ia mengenakan baju abu-abu berlengan panjang, celana hitam panjang, sepatu cokelat, jubah hitam, serta tiga bulu-burung hitam sebesar jari yang menggantung di lehernya.
Setelah pengkhianatan yang dilakukan oleh Valk—organisasi yang bertugas khusus melindungi Adam—pada upacara pemakaman neneknya, Andre terpaksa meninggalkan rumah kesayangannya. Bersama dengan dua pengawal setianya yaitu Arka Rimson dan Freo Mulder, Andre menempuh perjalanan menuju tempat aman bernama Verdoras, sebuah kerajaan raksasa yang dilindungi dengan empat dinding raksasa setinggi seratus meter.
"Seberapa jauh lagi?!" teriak Freo dalam gaduhnya hujan es.
"Tidak cukup jauh," balas Arka.
"Kita telah melakukan ini selama dua jam lebih. Baik Sjem, Chanos, Lier, maupun Regald, yang sudah mendahului kita belum juga memberi tanda."
"Simpan ocehanmu dan terus mendaki."
Di saat pisau yang menembus salju menjadi teman setia dan seutas tali menjadi pemandu dalam keputihan, mereka terus melaju menuju puncak Dinding Xela di tengah badai dan embusan angin yang menerpa. Di tengah pekatnya salju, Arka melihat cahaya hijau kecil jatuh dari ketinggian. Cahaya itu luruh melintasi mereka, yang ternyata adalah sebuah suar.
"Sepertinya itu tanda dari Sjem," kata Arka. "Kita harus bergegas."
"Mengapa kita harus buru-buru?! Aku sangat lelah, bahkan kita belum tidur sejak dua hari yang lalu, dan aku harus mendaki dinding setinggi ratusan meter dengan seorang anak berumur lima belas tahun tidur di punggungku!"
Keluhan Freo sangat keras hingga menggema ke seluruh penjuru sampai-sampai mengguncang salju yang mengeras di dinding, yang kemudian berguguran di samping mereka. Tidak ada es yang menimpa mereka, tetapi Arka kelihatan tidak senang. "Mengapa kau tidak diam saja?!" bentak Arka.
Setelah beberapa saat, perjuangan mereka hampir berakhir; puncak dinding sudah terlihat. Semangat mereka pun berkobar kembali. Arka yang pertama menapakkan kaki di puncak segera membantu Freo naik. Freo langsung membaringkan Andre yang masih tertidur pulas di lantai. Ketika Freo meluruskan kaki dan merenggangkan jari-jari, Arka memandang sekeliling.
Tidak ada tanda-tanda kehidupan di puncak dinding, hanya ada jalan selebar lima belas meter dengan perapian tersusun rapi di pinggirnya. Badai yang sebelumnya deras kini hanya berupa rintik-rintik. Namun, udara masih sedingin daerah kutub. Janggut Arka dan kumis Freo membeku karena itu.
"Jaga dan buat anak itu tetap hangat," kata Arka. "Aku akan mencari teman-teman kita."
Freo berusaha menghangatkan diri bersama Andre menggunakan perapian di pinggir jalan, sementara Arka memasuki kabut tebal di depannya.
Ketika berada di dalam kabut, Arka mendapati bayangan seorang pria. Ia tidak bisa melihat dengan jelas siapa itu. Karena penasaran dan takut, ia melangkah perlahan-lahan mendekatinya sambil menggenggam erat pistol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi: Zaman Baru (TAMAT)
FantasyDi suatu jajaran vana (istilah untuk planet-planet) yang lain, hiduplah dua sosok legendari yang disebut Adam dan Hawa. Jika keduanya "dinikahkan", pihak ketiga yang mempersatukan mereka berdua memiliki satu permintaan bebas. Andre Vellanhar dan Anb...