Sementara itu di Amarei, ketika membuka matanya, Andre menemukan satu orang yang sedang berusaha menyalakan obor di hadapannya, dan kedua temannya di samping. Karena gelap, ia tidak tahu sedang berada di mana dan siapa orang itu. Ia pun bertanya, "Di mana aku?"
"Kau sudah sadar rupanya?" kata orang itu saat menyulut korek api ke obor. "Kukira kau tidak akan pernah bangun,"
Ternyata dia adalah pria yang pernah berpapasan dengannya saat di Amarei—ayah dari anak perempuan yang bonekanya diambilkan oleh Andre.
"Aku berada di mana?" tanya Andre. "Dan siapa kau?"
"Namaku Roko Yhunul, kita pernah berpapasan sebelumnya," katanya. "Kau berada di terowongan, atau lebih tepatnya di jalan tersembunyi, di bawah menara tengah Kota Amarei. Aku menemukanmu dan teman-temanmu di tengah reruntuhan kota saat gelombang kedua melakukan serangan balik. Karena kau masih hidup, aku membawamu ke tempat aman, ke terowongan ini,"
Pada saat pria itu menjelaskan, tiba-tiba, Ari dan Noura bangun dari mimpinya. Mereka bingung karena menemukan Andre bersama dengan orang asing. Ari pun berteriak, "Siapa kau?!"
"Tenang, kau tidak perlu berteriak sedemikian kencang," kata Roko.
"Tenanglah, Ari, dia adalah teman." kata Andre.
Setelah lama menjelaskan, mereka semua menjadi akur. Mereka pun melanjutkan perjalanan di terowongan yang tanpa jendela dan tanpa cahaya matahari itu. Mereka tidak sendirian menjajaki tangga gelap menuju dasar, mereka bersama dengan orang-orang yang sedang mengungsi ke tempat aman.
Akhirnya, mereka sampai di dasar. Di sana, ada sebuah pintu besar yang terbuka lebar. Ketika keluar, mereka disambut sungai keruh, ngarai-ngarai yang tesergam tinggi di kanan dan kiri mereka, dan juga cahaya matahari tentunya. Karena telah lama dalam gelap, cahaya matahari sangat menyakiti mata mereka.
Bersama dengan ratusan pengungsi lainnya, mereka berjalan di samping sungai besar, di bawah ngarai. Itu adalah satu-satunya jalan setelah keluar dari terowongan. Di samping kiri mereka, terdapat banyak gua yang bersemayam di dalam dinding ngarai; mulai dari yang besar sampai yang kecil.
"Tunggu, aku merasakan sesuatu," kata Ari sambil berhenti dan merentangkan tangan ke teman-temannya.
Getaran pun terjadi, dan berangsur-angsur menjadi gempa. Tiba-tiba, sebongkah batu besar jatuh dari ketinggian. Batu itu menimpa banyak orang serta menghalangi jalan mereka. Noura yang terjengkang sekilas melihat bayangan raksasa turun dari atas. Ia tidak dapat bergerak dengan semua kepanikan yang terjadi; semua orang bertemperasan mencari perlindungan.
Ari dan Andre memikul Noura. Mereka berdua membawa Noura ke sebuah gua besar di samping. Bersama dengan beberapa pengungsi yang lain, mereka berlindung di dalam gua tersebut.
"Cepat, ikuti aku!" teriak Roko. "Aku tahu perlindungan yang aman!"
Mereka pun menyambangi Roko. Setelah sampai, mereka menjumpai gerbang besi setinggi sembilan meter yang sedikit terbuka, dengan beberapa pengungsi dan keluarga Roko sedang menunggu di depan gerbang itu.
"Pintu apa ini?" tanya Ari.
"Ini adalah pintu ke Kota Tua Amarei," jawab seorang wanita tua. "Sebuah kota di bawah tanah yang ditinggalkan oleh penduduknya. Kota ditinggalkan karena telah dikutuk oleh seorang wanita yang diberikan hukuman pancung. Wanita itu dituduh telah melakukan manipulasi orang-orang supaya jiwanya terperangkap di kota ini selamanya. Sekarang kota tidak berpenghuni dan warganya pindah ke atas ngarai,"
"Ke mana kota ini menuntun kita?" tanya Andre.
"Di ujung kota ini, ada Desa Lestarian," kata Roko. "Jika kalian ingin masuk ke dalam kota ini, coba pikirkan sekali lagi. Kota ini terkutuk,"

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Sisi: Zaman Baru (TAMAT)
FantasiaDi suatu jajaran vana (istilah untuk planet-planet) yang lain, hiduplah dua sosok legendari yang disebut Adam dan Hawa. Jika keduanya "dinikahkan", pihak ketiga yang mempersatukan mereka berdua memiliki satu permintaan bebas. Andre Vellanhar dan Anb...