Bab 7 : Dunia di Balik Kelopak Mata

26 1 0
                                    

Helen dan Anbar bersyukur telah tersiah dari malapetaka yang dapat membuat nyawa mereka melayang. Helen segera menggenggam tangan Anbar dan memandunya ke permukaan. Ia mendapati sebuah perahu kecil yang dulu dipakai oleh Pejuang Kerajaan untuk sampai ke Kota Helter. Ia menaikkan Anbar terlebih dahulu untuk memastikan dia aman.

"Tunggu dulu!" kata Anbar. "Bagaimana dengan Pejuang Kerajaan?! Para penjagaku masih berada di dalam menara itu!"

"Tidak!" bentak Helen sambil memegang tangan Anbar yang ingin berenang ke menara jam. "Jangan kembali ke sana, tidak satu pun dari mereka selamat dari kabut itu!"

Tiba-tiba, suara ramroki terdengar keras di belakang. Dia terdengar sedang marah karena tidak mendapat apa pun untuk dimakan. Setelah itu mereka mendengar suara bangunan jatuh ke dalam air yang kemudian membuat gelombang kecil, yang secara perlahan membawa perahu mereka ke depan. Anbar pun hanya bisa terdiam tanpa kata.

"Terima kasih," kata Anbar. "Aku tidak sempat berkata itu tadi, tapi, terima kasih karena kau telah menyelamatkanku,"

"Tidak apa-apa," kata helen. "Itu sudah bagian dari pekerjaanku,"

"Jadi, ke mana kita akan pergi? Apa kita benar-benar akan pergi ke Kontes Belein? Apa kau akan mengantarku ke sana?!" tanya Anbar bertubi-tubi.

"Baiklah, baiklah, aku akan mengantarmu ke sana," kata Helen.

"Entah kenapa, aku sedikit tidak percaya," kata Anbar.

"Apa kau mau aku berjanji di atas darah supaya kau percaya?"

"Yah, mungkin," kata Anbar. "Aku ingin kau berjanji untuk mengantarku ke Kota Houram agar aku dapat ikut serta dalam Kontes Belein,"

Helen pun menorehkan tangannya dengan belati, mengambilnya dengan jempol, lalu mengusapnya ke kening seraya berkata, "Aku bersumpah kepada Yang Maha Tertinggi di atas nama dan darahku untuk mengantar Anbar Leith yang akan ikut serta dalam Kontes Belein di Kota Houram. Jika aku melanggar janji ini, aku bersedia menerima segala risiko yang akan kualami nanti,"

"Aku tahu pasti akan ada Pejalan Waktu yang menjemputku," kata Anbar. "Aku selalu berdoa agar kau datang lebih cepat."

Helen telah berjanji pada sesuatu yang tidak bisa ditepatinya. Ia terpaksa melakukan itu semua untuk mengelabui sang Hawa. Namun ia tampak santai dan tidak peduli dengan hukumannya nanti jika tidak menepati janji.

Helen membawa perahu kecilnya membuntuti Kabut Kastasera untuk menghilangkan jejaknya. Kabut yang masih menyelimuti membuatnya waswas. Ia harus menempatkan matanya ke segala bidang; mengawasi ke setiap sudut bahkan ke dalam air. Sementara itu, Anbar tampak santai; ia tidak menunjukkan rasa trauma atau takut. Dia masih terlihat ceria seperti sebelumnya sambil bermain air di depan perahu.

"Aku lupa memperkenalkan diriku, namaku Anbar Leith, siapa namamu?"

"Helena Sanderling, kau bisa memanggilku dengan Helen saja,"

"Jadi, Helen, apa kau mempunyai keluarga?" tanya Anbar. "Aku selalu penasaran, apa Pejalan Waktu punya anak atau keluarga,"

"Pejalan Waktu dikirim ke masa lalu bukan untuk berkeluarga atau bersenang-senang. Kami memiliki tujuan yang jelas yaitu untuk melindungi atau membunuh," jelas Helen.

"Apa kau pernah membunuh orang sebelumnya?" tanya Anbar.

"Yah, dan itu sudah lama sekali. Aku yang sekarang tidak akan membunuh siapa pun jika terpaksa," kata Helen. "Bisakah kau berhenti menanyaiku, aku sedang mengawasi!"

Dua Sisi: Zaman Baru (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang