4. Takut pada Takdirnya Sendiri

5.3K 398 28
                                    

Happy reading!

------------

Langkah Laura masih terus berlanjut, menelusuri jalan setapak yang ditumbuhi rumput liar kecil hampir di sepanjang jalan taman miliknya. Taman khusus yang ditanami bunga mawar berduri. Terletak di sebelah Timur kastil, tak jauh dari menara di mana kamarnya berada. Bahkan ia bisa melihat hamparan bunga itu dari jendela besar yang menghadap langsung dengan taman tersebut.

Ketika matanya menangkap bunga yang mulai mekar, ia berhenti di sana dan menikmati aroma segar yang tercium sejak tadi. Sejak berada di kamarnya, Laura bisa menikmati aroma itu melalui angin yang berembus selain dari rangkaian beberapa tangkai dalam vas di dekat ranjang. Keuntungan yang memang ia inginkan saat meminta sang ayah membuat taman itu di dekat menara kamarnya, di hari ulang tahunnya yang ke 17 tahun.

“Lecia, apa yang kau pikirkan saat ini?”

“Kau tahu apa yang selalu kupikirkan, Laura.”

“Jadi, apa yang harus kulakukan?”

“Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, atau turuti saja perkataan ayah. Aku juga ingin tahu siapa mate kita. Apakah kau tidak penasaran dengannya?”

“Aku penasaran. Tapi ... apakah dia—”

“Nona Laura.”

Panggilan dari seseorang membuat ucapan Laura terhenti. Mengharuskannya memutus mindlink dengan sang wolf sebelum berbalik dan menemukan Nero-lah yang datang menghampiri.

“Kau melupakan waktu latihanmu lagi, Nona.”

“Benarkah?” Laura mengangkat bahu cuek. “Sepertinya aku lupa.” Namun ia sudah menduga bahwa pria itu akan ada di sana menghampirinya.

“Sayang sekali jika kau menjadi pelupa,” ucap Nero pelan. “Kau bahkan sering mengatakan alasan yang sama.”

Pandangan Laura berkeliling, mencoba mencari alasan lain. “Aku ... hanya ingin melihat tanamanku.”

Laura kembali berbalik, membelakangi Nero. Ia bahkan kembali melangkah sambil sesekali menyentuh bunga yang mekar. Tidak peduli dengan apa yang dikatakan tentang latihan, sebab perasaan tidak nyaman karena pria itu mengikutinya di belakang lebih mendominasi.

“Nona,” panggil pria itu. “Tentang Golden Moon Pack yang akan dikunjungi, apakah kau tidak keberatan?”

“Maksudmu?” tanya Laura tanpa menghentikan langkahnya ataupun melihat Nero di belakang.

“Apakah kau menyetujui pergi ke Golden Moon Pack untuk mencari mate-mu?”

Nero berusaha tenang meski didorong rasa penasaran. Lebih lagi ia tidak ingin menyinggung perasaan putri dari Alpha-nya itu.

“Ayah sudah memberitahumu?”

Nero mengangguk, tetapi ia tersadar bahwa Laura tidak akan melihat karena terus melangkah dan masih membelakanginya.

“Ya, Alpha telah memberitahuku. Dia juga memberi perintah untuk ikut serta agar bisa menjagamu di sana.”

Laura menghela napas. “Lalu mengapa kau bertanya?”

“Aku ... hanya bertanya. Penasaran dengan apa yang kau pikirkan. Bagaimana jika mate-mu tidak seperti yang kau harapkan? Apa yang akan Nona lakukan?”

Sejak awal Laura juga mempertanyakan pertanyaan serupa. “Entahlah, aku tidak bisa menilainya jika belum bertemu.”

Langkah Nero terhenti. Matanya menyipit sebelum kembali menyusul langkah Laura. Setelah berkutat dengan pikiran yang membuatnya ragu, ia kemudian mencoba memberanikan diri. Sebelah tangan Nero menggapai tangan kiri sang nona hingga membuat langkahnya terhenti lantaran terkejut.

TERRITORY OF A WEREWOLF : Luna Reincarnation [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang