BAB 10 CARI YANG TEPAT

41.1K 4.8K 163
                                    

MAS RASA CINTA

"Apakah benar Ken? Kalian memutuskan untuk mengakhiri ini?"

Kenan kini menatap serius ayahnya. Pulang dari rumah keluarga Zain tadi dia sudah ditunggu ayahnya dan juga Om Ridwan, papa dari Novia. Dia sudah tahu akan disidang seperti ini. Ditambah kejutan lagi, kakaknya Sofia dan suaminya datang dari Yogya bersama keluarga kecilnya. Jadi sekarang bukan hanya ayah dan Om Ridwan saja tapi ada kakak iparnya yang ikut bergabung di ruang keluarga. Untung saja bundanya, kakaknya dan ketiga anaknya sedang keluar hal itu membuat Kenan sedikit bernafas lega.

"Iya, maafkan Ken ayah, dan om."Kenan kini menatap kedua orang yang sangat dihormatinya itu.

"Ini sudah menjadi keputusan kami berdua. Maaf baru memberitahu hal ini sekarang. Sebenarnya Ken menghormati keputusan Novia yang masih ingin meneruskan pendidikannya. Ken juga tidak bisa melarang, lagipula Ken memang segera ingin mempunyai anak, sedangkan Novia masih belum."

Kenan kini menatap semua orang yang terdiam mendengar penjelasannya. Ini buruk untuk ukuran mereka yang seharusnya tinggal satu langkah lagi ke pelaminan.

"Om kecewa dengan keputusan kalian, Om sudah sangat senang Novia mau dijodohkan sama kamu Ken. Bagi om, kamu itu pria yang baik. Apakah kamu tidak bisa mengesampingkan keinginanmu dan menunggu Novia? Kalian bisa menikah dan menunda untuk mempunyai anak?"

Pertanyaan itu langsung membuat Kenan menghela nafasnya. Dia tidak suka pertanyaan yang menyudutkan seperti ini. Ditatapnya kakak iparnya yang selama ini menjadi tolok ukur baginya. Dia memang mengagumi kakak iparnya itu. Dalam bersikap ataupun dalam mengambil keputusan. Tapi kakaknya hanya bersedekap dan menatapnya. Seperti ucapannya saat dulu Kenan bingung menentukan ingin jadi apa.

'Kamu sudah dewasa Ken, harusnya bisa memutuskan mana yang baik untuk diri kamu sendiri, Kalau kamu tidak bisa memutuskan sendiri mana bisa kamu besok menahkodai keluarga kamu sendiri'

Itulah yang diingatnya tentang nasihat kakak iparnya dan sepertinya hari ini dia juga harus menentukan sendiri.

"Maaf Om, tapi Ken sudah ingin mempunyai buah hati. Usia Ken tidak muda lagi, Ken merindukan anak kecil."

Jawabannya itu membuat ayahnya yang sejak tadi terdiam kini menatapnya. Lalu mengacungkan ibu jarinya ke arah Kenan. Hanya itu saja dukungan yang diperlukan Kenan. Ayahnya memang sedikit berbicara tapi selalu memberikan tanda yang berarti untuknya.

"Ridwan, mungkin ini keputusan untuk mereka berdua. Kita orang tua tidak bisa memaksa mereka."

Om Ridwan kini menatap Kenan dan kembali ke ayahnya, Kafka.

"Iya aku tahu. Tapi aku ingin mempunyai menantu seperti Kenan. Si Novia memang keras kepala. Untuk saat ini mungkin inilah yang terbaik. Tapi jika suatu saat Novia berubah pikiran, mau kan kamu menerimanya kembali?"

Pertanyaan itu membuat Kenan tersenyum.

"Jodoh ada di tangan Allah SWT om, kalau sudah berjodoh pasti akan dipertemukan kembali. Tapi kalau tidak berjodoh, dipaksa sampai kapanpun tidak akan pernah bertemu. Jadi Kenan tidak bisa menjawab untuk hal ini. Karena Jodoh ada di tangan Allah SWT."

****

"Om Ken, ini gimana sih cara mainnya?"
"Yang ini dulu loh Om."

Kenan menatap dua keponakannya yang kembar itu .Dia tersenyum kecut karena si kembar hampir sama dengannya tergila-gila dengan game. Kini mereka tengah berkumpul di dalam kamar Kenan. Setelah pertemuan dengan Om Ridwan selesai, Kenan langsung beranjak ke dalam kamar ingin berisitirahat. Tapi si kembar sudah memberondongnya dengan pertanyaan.

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang