BAB 14 JAIL

40.2K 5.6K 191
                                    


MAS, RASA CINTA

Caca mengernyitkan kening mendengar ucapan Kenan. Dia benar-benar tidak menyangka saat bangun tidur akan disambut dengan orang-orang yang ada di ruang tamu. Dan yang lebih mengejutkan lamaran ini. Caca memang tadi diam saja saat siang di rumah sakit Kenan menggodanya. Kenan kan memang jahil seperti itu sehingga mengatakan hal-hal yang seharusnya membuat jantung Caca berdegup kencang dan juga pipi merona. Kalau itu bukan Kenan mungkin dia akan percaya, tapi yang mengatakan itu Kenan. Orang yang selama seumur hidupnya selalu menjahilinya.

"Mas Kenan sehat kan? Atau Mas Kenan belum puas menggoda Caca sejak tadi siang? Di depan dokter Novia juga."

Caca kini membenarkan kerudung kaos yang dipakainya. Untung saaj dia tadi sempat memakai kerudung saat keluar kamar. Dan ternyata memang feelingnya tepat.

Kenan tampak tegang kali ini, tidak seperti biasanya yang tersenyum dan menggodanya. Malam ini Kenan belum tersenyum sejak mereka duduk di bangku teras ini.

"Siapa yang menggoda? Aku serius Ca. Aku melamarmu untuk menjadi istriku. Sejak kemarin kan aku udah bilang sama kamu."

Ucapan tegas Kenan itu membuat Caca makin menatap pria yang selalu membuatnya kesal tapi juga yang membuat pipinya merona itu.

"Calon mas Kenan?"

Dia tadi sempat mendengar kalau Kenan memang sudah memutuskan pertunangan nya. Dia juga mendengar jelas kalau Dokter Novia belum mau memiliki anak dalam waktu dekat ini karena mau meneruskan spesialisnya. Tapi dia tidak menyangka kalau..

Suara dering ponsel terdengar. Kenan sudah mengernyit dan kini merogoh saku celananya. Tapi kemudian Caca yang tersadar kalau di saku piyamanya ponselnya tersimpan. Dia tersenyum kikuk saat mendapati ponselnya lah yang berbunyi.

Caca langsung mengambil ponselnya dan menjawab panggilan telepon itu tanpa melihat siapa yang menelepon.

"Assalamualaikum."

Suara itu membuat mata Caca melebar. Dia menatap Kenan yang kini menunggunya dengan menatapnya tajam. Caca langsung mengalihkan tatapannya.

"Waalaikumsalam. Bang Rendi?"
Saat itu juga raut wajah Kenan berubah. Caca memang sudah menoleh ke arah Kenan lagi.

"Ca, aku menunggu jawaban kamu."

Deg

Jantung Caca berdegup kencang saat mendengar ucapan Rendi. Dia baru tersadar kalau Rendi juga melamarnya, bahkan memberikannya cincin. Caca tampak gelisah, dia menatap Kenan lagi yang membuat pria itu mengangkat satu alisnya.

"Tapi bang, Caca gak bisa... ehmm besok Caca kembaliin cincinnya ya? Caca beneran cuma anggap bang Rendi sahabat."

Caca tentu saja mengucapkan itu dengan lirih. Dia memang tidak mau bertele-tele. Dia tidak suka dengan Rendi dan tidak mau membuat pria itu menunggu. Mendengar itu raut wajah Kenan makin terlihat muram. Kenan sudah mencondongkan tubuh lebih dekat. Lalu memberi isyarat untuk mengambil ponsel Caca.

"Maksud kamu Ca? kamu menolakku?"

Terdengar suara sedih di ujung sana. Tapi Caca bingung menjawabnya. Dia tidak bisa mendengar nada sedih pria yang sudah lama menjadi sahabatnya itu.

"Iya Bang... Caca.."

Kenan sudah dengan tegas meminta ponselnya dengan mengulurkan tangan dengan tegas. Dia Caca tentu saja menggeleng tapi dia juga tidak bisa mengatasi Rendi dengan baik. Dia paling tidak bisa menolak seseorang. Dulu saja, tiap kali dia mendapatkan surat cinta dari temannya baik itu di sekolah atau kampus pasti yang membalas Alvin, kakak kandungnya.

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang