Bab 36 Berat

34.5K 4.1K 108
                                    


"Ini maksudnya apa?"
Kenan mengerjapkan matanya saat melihat Novia sudah ada di depannya. Wanita itu memang terbang langsung dari Jakarta untuk menemuinya.

Kenan sendiri sudah mengatakan setuju dengan ide Aslan untuk menjodohkan Novia dengan Raihan. Sepupu Aslan yang sudah bertemu dengannya kemarin. Tapi Kenan benar-benar bingung karena Novia sudah tahu secepat ini.

"Novi..."

Tapi Novia kini menatapnya dengan muram. Wanita itu tampak pucat, lelah dan terlihat putus asa.

"Mbak ini minumnya."

Suara istrinya langsung terdengar dan Kenan menatap Caca yang melangkah dan meletakkan cangkir berwarna putih yang berisi teh hangat ke atas meja.

Novia memang datang ke rumahnya saat ini.

"Makasih ya."
Novia tampak canggung saat menatap Caca. Istrinya itu memang menyambut kedatangan Novia dengan tangan terbuka. Kenan merasa sangat senang karena Caca bisa menyikapi ini dengan santai.

"Mbak pasti sangat lelah. Udah Caca siapin tempat tidur di kamar tamu. Mending mbak istirahat dulu, nanti kita bahas lagi."

Tapi Novia kini menggelengkan kepala.

"Kesehatan papa semakin memburuk. Dan aku tidak mau jadi anak yang durhaka."

Novia lalu menatap Caca.

"Maafkan aku ya. Aku tidak mau berbuat seperti ini tapi aku..."

Kenan bisa melihat Caca langsung beranjak bangun dan berpindah duduk di sisi Novia. Istrinya itu langsung merengkuh Novia ke dalam pelukannya. Hati Kenan menghangat.

Tangis Novia pecah, Kenan bisa memahami itu. Selama ini dia mengenal sosok Novia yang sangat baik, lemah lembut dan tidak mau menyakiti siapapun terutama kedua orang tuanya.

Kenan hanya bertatapan dengan Caca dan mengerti kalau Novia butuh waktu.

*****
"Gimana Ca?"

Kenan kini menyugar rambutnya saat Caca melangkah masuk ke dalam kamar mereka.
Kenan memang memilih meninggalkan Novia dengan Caca. Perempuan itu memang lebih mengerti perasaan satu sama lain. Lalu Caca mengantarkan Novia untuk beristirahat.

"Lagi istirahat. Kasihan, mbak Novia sangat tertekan."

Caca duduk di sebelah Kenan.
Istrinya itu juga tampak lelah.
Kenan mengulurkan tangan untul merengkuh Caca masuk ke dalam pelukannya. Istrinya tidak menolak. Bahkan menyandarkan kepalanya di dada Kenan.

"Mas.."

"Hemm.."

"Mbak Novia emang udah ketemu sama Mas Raihan?"

Kenan menunduk untuk menatap Caca. Dia mengusap rambut Caca dengan sayang.

"Udah. Jadi setelah bertemu dengan kita kemarin, Raihan langsung menemui Novia langsung ke Jakarta. Aku aja kaget. Padahal kata mas bos kan harus mendekati Novia dengan perlahan. Lha ini Raihan langsung menemui Novia. Ya tentu saja terkejut. Padahal aku sudah memberikan solusi itu kepada Novia juga sehati sebelumnya."
Kenan merasakan istrinya itu menghela nafas.

"Mbak Novia itu tertekan mas. Kasihan. Papanya sangat terobsesi nikahin anaknya sama keluarga ayah Kafka."

Kenan gantian yang menghela nafasnya. Dia mencolek hidung Caca.

"Kamu juga ngebet nikah ama aku."

Kali ini mata bulat Caca membulat.

"Yeeaii siapa juga yang mau sama dokter kucing."

Mendengar itu Kenan menyeringai tapi kemudian menghela nafas lagi.

"Jadi tadi Novia curhat apa?"

Caca langsung mengerjapkan matanya.

"Dia bilang sebenarnya gak mau gangguin hubungan kita. Dia sangat baik loh mas. Orangnya lemah lembut kayak gitu. Cuma karena terdesak papanya yang tetap ngotot dia harus menikah sama mas makanya jadilah kayak gini. Eh tapi dia juga bilang kalau Mas Raihan juga baik hanya saja Mbak Novia masih takut untuk ngomong sama papanya."

"Jadi Novia suka juga sama Raihan?"

Kali ini Caca beranjak bangun dan tersenyum mengejek ke arahnya.

"Kenapa? Gak terima ya? Kalau mbak Novia gak cinta-cinta amat sama mas. Duh kasian."

Kenan terkekeh mendengar ledekan Caca.

"Aku patah hati."

Kenan menyentuh dadanya dengan tangannya. Dia memang suka bercanda seperti ini.

"Kasihan. Kalau dilihat-lihat Mas Raihan memang lebih ganteng deh dan gagah."

"Caaaaaa..." Kenan langsung mencubit pipi Caca yang membuat Caca mengaduh.

"Iihh sakit mas. Eh tapi mbak Novia juga masih ragu. Namanya juga baru pertama kali bertemu ya mas? Belum ada chemistri. Tapi nih kalau Mas Raihan itu tipe-tipe yang langsung to the point. Tembak dan nikah langsung. Buuumm".

Ucapan Caca itu membuat Kenan menggelengkan kepala dengan geli. Kadang istrinya memang kadar menggemaskannya melebihi yang dia kira.

"Yang penting cepet nikah gak masalah. Biar kita gak ada gangguan lagi. Aku gak mau membuat kamu sedih."
Kenan menatap Caca yang kini mengerjap dan tersenyum lalu tangannya mengacak rambut Kenan.

"Iya. Caca gak mau berbagi. Titik."
Kenan menyeringai dan mendekati Caca lalu mengecup bibirnya.

"Aku bukan roti Ca yang siap dibagi-bagi. Aku cuma Kenan yang mencintai Caca yang menggemaskan ini."

Bersambung

Promo 200rb 3 novel masih dibuka ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Promo 200rb 3 novel masih dibuka ya

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang