Bab 29 Cemburu

37.7K 4.9K 96
                                    




Ikuti kuisnya yuk biar dapat novel gratis langsung ke channel youtube ceptybrown ya

*******

Caca merasa bosan. Dia tidak bisa mengerjakan apapun setelah keluar dari tempat kerjanya. Ayahnya memintanya membantu di salah satu kedai donat yang tersebar di seluruh kota. Tapi Caca tidak ingin hanya berada di balik meja kerja. Jadi dia menolak untuk bekerja di perusahaan ayahnya.

"Makasih kak Alvin. Muach."

Caca mengerling ke arah kakaknya yang siang ini mampir ke rumah keluarga mereka. Lalu Caca merengek untuk diantar ke klinik Kenan.

"Besok bawa mobil sendiri Ca. Jangan manja."

Celetukan kakaknya itu membuat Caca menjulurkan lidahnya dan langsung keluar dari mobil. Kakaknya terkekeh melihat tingkahnya.

"Salam buat dokter kucing ya."
Caca menganggukkan kepala dan melambaikan tangan kepada kakaknya yang sudah melajukan mobilnya meninggalkan depan klinik milik Kenan.
Caca langsung berbalik dan langsung mendapatkan sapaan dari karyawan Kenan yang sudah mengenalnya.

"Siang Mbak Ca."

Caca mengangguk dan tersenyum.

"Mas Ken lagi sibuk gak?"

"Ada pasien. Dari tadi belum keluar dari ruangan."

Itu jawaban Reza, salah satu karyawan petshop Kenan. Caca mengernyitkan kening lalu menatap pintu ruangan tempat periksa yang tertutup rapat.

"Aku masuk gak apa-apa ya?"

Kening Reza mengernyit. Dia tampak takut tapi kemudian menganggukkan kepala.

"Iya mbak silakan."

Caca langsung melangkah dengan cepat menuju ruangan periksa. Dia sepertinya curiga karena pintu itu tertutup rapat.

Caca ragu membuka pintu, tapi saat pintu terdorong perlahan dan terbuka Caca langsung melangkah masuk.

"Ah dokter kan ganteng masa gak boleh sih dok."

Ucapan itulah yang didengar Caca saat dia masuk dan langsung menoleh ke arah Kenan yang berdiri di balik meja dengan seorang wanita seksi yang sedang menggendong kucing berbulu putih.

"Ca.."
Kenan tampak mengernyit melihat Caca berdiri di ruangannya. Tiba-tiba Caca merasa marah karena melihat wanita yang kini tampak menantang melihatnya.

"Mas Ken... kenapa pintu ditutup?"
Caca kini melangkah ke arah sofa panjang yang ada di sudut ruangan. Dia menghempaskan tubuhnya begitu saja di atas sofa.

Kenan langsung mengernyit tapi kemudian menggelengkan kepala.
"Maaf. Bu Rani, Milonya sudah saya periksa dan sudah saya suntik. Jadi sudah bisa dibawa pulang."

Caca mengamati Kenan yang mengalihkan tatapannya ke arah wanita yang dipanggil Bu Rani itu. Tapi wanita berpakaian rok mini yang memperlihatkan paha putihnya itu kini tetap duduk di kursinya.

"Saya kan masih belum selesai konsultasi sama Dokter. Nanti kalau Milo muntah-muntah lagi saya panik."

Caca mencibir mendengar desahan manja yang serak-serak basah itu. Mata Kenan menangkap cibirannya dan suaminya itu menggelengkan kepala tapi tersenyum tipis. Lalu Kenan menatap Rani lagi.

"Nanti bisa dibawa ke sini kalau Milo muntah-muntah. Tapi sekarang sudah sehat."

Rani kini malah menurunkan Milo yang tiba-tiba langsung berlari ke arah Caca dan langsung menerkamnya. Dan membuat Caca langsung menjerit histeris.

*****

"Sakiiitt.. iihh"

"Iya.. ini juga lagi ditiupin Caca sayang."

"Siapa sih itu si Rani itu? Jadi betah di klinik tuh karena emaknya pasien kayak gitu semua? Seksi? Pamer paha kemana-mana?"

Caca tadi menangis karena Milo menerkamnya dan meninggalkan goresan cantik kuku tajam di kakinya. Seketika itu juga karyawan Kenan langsung masuk ke dalam ruangan.
Kenan langsung menarik Milo dan memeluk Caca dan menyuruh Rani dan kucingnya Milo untuk pulang.

Caca kini berselonjor di atas sofa dengan kaki di pangkuan Kenan. Suaminya itu sedang memberikan desinfektan ke kakinya yang terkena cakaran Milo.

"Heii ya enggak. Kemarin aja ada tuh eyang Surti yang meriksain kadal kesayangannya."
Jawaban Kenan membuat Caca kembali mencibir. Dia tidak percaya.

"Ca aku cium loh kalau bibir itu dimaju-majuin terus."

Caca langsung menutup bibirnya dengan tangannya. Membuat Kenan terkekeh. Pria itu selesai mengobati luka kakinya. Lalu menatap Caca.

"Kangen sama aku? Kok ke sini?"

"Dih sombong. Siapa juga yang kangen."

Kenan kembali tersenyum tapi kemudian tangan Caca digenggamnya.

"Aku yang kangen sama kamu."

"Gombal. Kangen kok mesra-mesraan sama si paha ayam."
Caca masih kesal melihat penampilan Rini tadi.

"Paha ayam enak Ca."

"Gak lucu."

Kali ini Kenan tidak tertawa. Suaminya itu kini mencondongkan tubuh ke arahnya. Lalu mengerjap dan menatap Caca dengan intens. Pipi Caca tentu saja memerah. Dia masih malu kalau ditatap seperti itu.

"Kamu cemburu?"

Pertanyaan Kenan itu membuat Caca kali ini menghela nafas.

"Iya emang cemburu. Sebel. Terus gimana?"

Caca mengangkat wajahnya dan menantang Kenan. Tapi kemudian Kenan malah mengusap pipinya dengan lembut.

"Boleh kok. Aku malah seneng kalau kamu cemburu. Tiap hari gak apa-apa Ca."

"Mau Caca cemburuin terus?"

Tentu saja Caca bingung dengan tanggapan Kenan.

Lalu tangan Kenan mencubit pipi Caca.

"Mau dong sayang...mau banget. Itu tandanya kamu cinta sama aku."

Caca melotot mendengar ucapan Kenan. Tapi jantungnya memang berdegup kencang. Dia cinta sama Kenan?

Bersambung

Ngantuk zzzzz.....

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang