Bab 37 Akhirnya

37.1K 4.3K 142
                                    

Caca menatap Novia yang kini sudah tampak segar. Semalam dia memang membiarkan Novia menangis. Caca tidak menyalahkan Novia, kalau dia berada di posisi Novia juga tidak akan sanggup.

"Makasih ya Ca. Kamu mau nerima aku."

Caca tersenyum dan menatap Novia yang pagi ini masih terlihat murung.

"Gak apa-apa mbak. Caca tahu kok gimana perasaannya. Maaf juga Caca sudah..."

Caca menghentikan ucapannya lalu menatap lekat Novia.

"Mbak Novia mencintai Mas Kenan kan?"

Pertanyaannya itu membuat mata indah Novia mengerjap. Wanita di depannya itu tampak salah tingkah. Caca mengusap bahu Novia dengan perlahan.

"Caca tahu kok. Mbak Novia gak perlu takut Caca akan cemburu. Kita sama-sama wanita."
Novia menghela nafasnya dan kini menatap Caca dengan lekat.

"Maafin aku ya Ca. Aku memang mencintai Kenan. Tapi Demi Allah Ca, aku tidak pernah berniat untuk merebut Kenan darimu. Aku tahu Kenan mencintaimu dan itu sudah cukup buatku. Kalau dia bahagia aku juga ikut bahagia. Kemarin aku hanya terlalu kalut."

Caca tersenyum dan merangkul bahu Novia.

"Caca tahu kok mbak. Dan mengenai Mas Raihan.. maafin dia ya? Sifatnya memang terlalu blak-blakan. Mungkin mbak Novia terkejut. Caca paham itu. Lagipula kita tidak bisa memindahkan hati kita dengan cepat. Semua butuh waktu."

Mendengar itu Novia langsung memeluknya. Menepuk punggungnya perlahan.

"Aku tahu Ca. Aku ke sini hanya...ehmm kemarin sedikit marah dengan sikap angkuh Raihan. Padahal Kenan dan Om Kafka yang akan berbicara perlahan dengan papa. Tapi Raihan sudah mendahului. Aku hanya takut kesehatan papa, Ca."

Caca menganggukkan kepala dan tersenyum kepada Novia. Wanita di sebelahnya ini sedang sangat membutuhkan dukungan.

"Mas Aslan yang akan bicara dengan Mas Raihan. Tapi kalau Caca lihat, Mas Raihan itu serius mbak dan memang pria yang jantan. Dalam artian dia tahu keinginannya dan tidak menye-menye. Keren."

"Siapa yang keren?"

Caca langsung mendengar suara Kenan. Mereka sebenarnya sedang berada di bandara, mengantarkan Novia yang sudah akan balik lagi ke Jakarta.

Novia memang nekat terbang ke Yogya hanya untuk menemui mereka dan setelah curhat kemarin Novia sudah merasa lega.

Kenan datang dan mengulurkan dua teh botol kepada Caca dan satunya Novia.

"Mas Raihan keren."

Caca menggoda Kenan yang langsung menatapnya dengan galak.

"Kamu itu mau ngikutin bakpia kukus? Tergila-gila sama Raihan?"

Caca tergelak mendengar nada posesif Kenan.

"Dia angkuh dan sombong. Mana bisa jadi keren?"

Itu celetukan Novia yang membuat Caca bertatapan dengan Kenan. Lalu mereka berdua tertawa membuat Novia bingung.

"Tepat sekali. Kayaknya gen cowok dari keluarga Mas bos itu emang gennya Alpha... terlalu kuat dan tidak mau tersaingi. Tapi percaya deh, pria seperti itu patut dimiliki."
Ucapan Kenan itu membuat Novia hanya mengangkat bahu. Lalu dia menatap jam yang melingkar di tangannya.

"Ya udah sebentar lagi berangkat. Ca makasih ya."

Novia memeluk Caca dan membuat Caca tersenyum dan membalas pelukan itu.

"Sama-sama mbak. Kalau butuh apa-apa telepon Caca aja."

Novia menganggukkan kepala lalu beralih ke arah Kenan.

"Mas Ken makasih ya. Novia pamit. Bahagia buat kalian berdua."
Caca melihat Novia air mata Novia menggenang tapi wanita itu langsung berbalik dan menarik travel bagnya dan melambai kepada mereka berdua.

Kenan merangkul bahu Caca saat menatap kepergian Novia.

"Kasihan ya mas? Papanya kok keras banget sama dia."

Kenan menoleh ke arahnya dan menganggukkan kepala.

"Semoga Raihan bisa mengambil hati Om Ridwan. Dan semoga bisa meluluhkan hati Novia."

Caca melirik Kenan yang tampak termenung.

"Dia cinta sama kamu mas. Dan gak mungkin secepat itu bisa berpaling."

Ucapannya itu membuat Kenan menatapnya dengan terkejut. Lalu mencubit hidungnya.

"Sok es teh deh kamu."

"Iuuuu mas ih. Es campur iya mas. Dibilangin juga."

Tapi Kenan kini sudah menariknya menjauh. Melangkah keluar dari bandara.

"Istrinya dokter kucing udah sekarang gak usah mikirin orang lain. Ini suaminya kayaknya dari semalam belum dimanja."

Ucapan kenan itu membuat Caca tergelak.

"Kayak anak bayi dong dimanja? Gak mau kalah ama Lusi?"

Tapi Kenan malah mencium pipinya yang membuat Caca merona malu.

"Mas ihhh..."

"Apa? Malu? Kamu kan istriku suka-suka aku dong."

Jawaban Kenan membuat Caca gemas. Tapi begitulah Kenan. Lelakinya.

Bersambung

Oiiiiii ide gak bisa dipaksain ya. Sebenarnya author tuh lagi sakit nih. Tapi nyempetin buat cerita baru karena idenya ada. Kalau yang gak mau baca ya gak usah protes ya kita sama-sama menghibur kok. Pikir author tuh gini kalau belum bisa up yang satu bisa up yang lain gitu maksudnya. Jadi gak jalan ditempat aja ke cerita yang sama tapi ide mandek. Jadi dibuat cerita banyak ya emang gitu sensasinya. Kalau misal gak selesai berarti ide udah mampet. Tapi karya author sendiri udah 50an yang terbit 28 novel yang selesai juga udah banyak kok. Jangan takut ya.. baca tinggal baca aja kok. Nikmatin kalau ada kalau gak ada ya ganti yang lain gitu ya? Take easy aja deh...

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang