Bab 12 Langsung

42.9K 5.8K 312
                                    


Caca masih merasa bingung dengan pertanyaan Kenan. Dia tahu kalau Kenan mau menikyoah, tapi kenapa bertanya kepada dirinya? Intinya Kenan kemarin melamarnya kalau boleh diartikan secara khusus.

Tapi toh dia tidak sempat menjawab pertanyaan Kenan karena Alvin dan Lusi kembali dari membeli roti. Dan buyarlah semuanya.

"Ca...udah sembuh?"
Pertanyaan Rendi membuat Caca tersenyum. Dia memang sudah masuk kerja lagi hari ini.

"Udah bang."
Rendi yang siang ini me ngikat rambutnya yang gondrong itu terlihat lebih rapi.

"Ehmm udah kuat ikut hunting foto?"

Caca langsung menganggukkan kepalanya mendengar pertanyaan Rendi. Dan hal itu membuat senyum Rendi merekah.

"Ayuk deh. Aku mau ajak kamu ke suatu tempat."

Caca langsung beranjak berdiri. Dia mengikuti Rendi melangkah ke arah mobilnya. Melewati beberapa pengagum Rendi yang menatap Rendi dengan terpesona.

"Gak ke Bogor?"

Caca menatap Rendi yang kali ini melajukan mobilnya ke arah berlawanan. Rendi tersenyum.

"Mau ngajak kamu ke tempat yang indah dulu."
Rendi tersenyum misterius saat melajukan mobilnya. Membuat Caca makin penasaran.

*****
"Wah ini rumah siapa? Cantik begini?"

Caca menatap rumah dengan bangunan minimalis berwarna putih bersih itu. Rendi mempersilakan Caca masuk dan mengamati ruang tamu yang indah itu.

"Rumahku."
Jawaban Rendi membuat Caca melongo. Dia membenarkan hijabnya dan kini mengerjap sekali lagi.

"Rumah Bang Rendi? Lah berarti udah siap mau nikah nih. Dulu kan bilang kalau mau nikah baru punya rumah?"

Rendi tersenyum dengan manis. Dia tiba-tiba berlutut di depan Caca yang membuat Caca terkejut.

"Eh bang..."

"Ca...will you marrie me?"

Mata Caca membulat mendengar pertanyaan Rendi. Dia tidak menyangka kalau..

"Aku sudah mencintaimu sejak dulu Ca. Rasa ini aku simpan rapat-rapat karena tidak ingin menodai persahabatan kita selama ini. Tapi aku tidak bisa lagi bertahan. Aku butuh kamu Ca."

Caca refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan. Dia tidak menyangka kalau Rendi yang sudah dianggapnya kakak sendiri melamarnya.

"Tapi bang..."

Rendi tersenyum manis lagi. Kali ini dia mengeluarkan sesuatu dari kantong kemeja yang dipakainya. Sebuah kotak cincin warna biru.

Rendi meletakkan cincin itu di telapak tangan Caca.

"Kamu bisa memikirkannya Ca. Kalau kamu menerimaku maka pakailah. Kalau tidak simpan saja."

"Tapi bang.."

Caca bingung menanggapi hal itu. Dia hanya menghela nafas lagi. Benarkah ini?

Rendi langsung beranjak berdiri. Dia menyeringai lebar.

"Jangan canggung gitu ah. Aku cuma ungkapin perasaanku. Kita masih sahabatan Ca."

Akhirnya Caca tersenyum dengan kaku. Dia masih bingung dengan semuanya.

*****

Seharian ini akhirnya memang Rendi bersikap biasa dan bahkan profesional lagi. Tapi hati Caca yang berubah. Dia tidak bisa lagi bersikap biasa.

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang