Bab 40 gemes

34.9K 4.3K 81
                                    


"Lah mbak Sila, itu ternyata Nanda nya bobok.."

Caca menatap kasur yang ada di dalam kamarnya. Dimana Kenan tengah meringkuk dengan mendekap Nanda, anak dari sepupunya yang datang berlibur ke Yogya dan menemuinya. Sejak Nanda datang, Kenan memang terlalu gemas dengan bayi berusia enam bulan itu. Digendongnya kemana-mana si Nanda, sampai sore ini satu rumah heboh karena Nanda menghilang dari kereta dorongnya. Yang membuat Bude, Caca, Sila dan juga suaminya Riko bingung setengah mati.

"Ya Allah. Kenan itu kapan pulang? Bukannya dia masih di klinik?"

Suara budenya kini membuat Caca menoleh ke sampingnya. Sedangkan Sila kini melangkah ke arah kasur dan mencoba untuk menggendong Nanda yang masih tertidur pulas.

"Caca juga gak tahu bude kapan Mas Ken masuk?"

Caca mengangkat bahunya dan membuat bude tersenyum lalu mengusap perut Caca.

"Si Ken tuh udah pengen banget bayi. Moga sehat-sehat ya di dalam sana."

Caca tersenyum senang mendengarnya. Semuanya memang sudah tahu kalau dia hamil. Sejak tes memakai testpack itu akhirnya dia periksa ke dokter dan hasilnya dia memang positif hamil. Hal itu membuat Kenan makin protektif. Mereka akhirnya tinggal di rumah budenya kenan lagi, karena Kenan gak mau Caca sendirian di rumah. 

"Iya bude. "

Caca menganggukkan kepala tapi terkejut dengan suara Kenan.

"Ah mbak Sila kok diambil? Ken masih mau pelukin sama ciumin Nanda."


Kenan sudah bangun dan kini terduduk sambil mengusap wajahnya yang mengantuk. Sedangkan Sila sudah menggendong Nanda.

"Nanda belum minum Asi Ken. Lagian udah sore, mbak mau pulang ke hotel dulu sama Mas Riko. Besok deh kita main ke sini lagi. "

Kenan tampak kecewa mendengar ucapan Sila. Caca langsung melangkah mendekatinya sedangkan budenya berpamitan untuk mengabari Riko yang masih di ruang depan.

"Mas, kasihan Nanda ah. Besok kan masih di sini ya kan mbak?"

Caca duduk di sebelah Kenan dan kini menatap Sila yang menganggukkan kepala sambil tersenyum.

"Ken, itu loh pipi Caca juga gembil kayak Nanda. Sana diciumin."

Mendengar ucapan Sila refleks Caca langsung menutup kedua pipinya dengan tangan tapi Kenan sudah menatapnya dengan jahil.

"Owh iya. Sini caca sayang, aku ciumin kamu."

"Aiiihh Mas Keeenn."


******

Caca mengusap pipinya dengan kapas yang sudah diberi pembersih wajah. Dia sedang berdiri di depan cermin.

"Loh kok malah dibersihin wajahnya? Masih sore juga belum malam."

Kenan yang baru saja selesai mandi kini menatap Caca dengan heran.

"Ish pipi Caca bau, kena air liur mas Ken. Cium sih cium tapi gak usah pake basah-basah becek juga."

Caca menggerutu sambil menatap Kenan yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk. Pria itu malah menyeringai lebar. Memang setelah Nanda pulang Caca akhirnya menjadi tawanannya Kenan. Pipinya habis diciumin Kenan dengan gemas.

"Alah senang aja aku cium. Sini mau aku cium lagi?"

Kenan memonyongkan bibirnya ke arah Caca yang membuat Caca langsung melemparkan kapas ke arah Kenan.

"Ih jangan genit," sungut Caca yang kini sudah melotot ke arah Kenan. Pria itu malah kini terbahak senang lalu melangkah mendekati Caca. 

"Genit kan cuma sama kamu sayang, yang sedang hamil dan marah-marah. Tapi aku suka kamu makin menggemaskan."

Tentu saja ucapan Kenan membuat Caca makin membelalak.

"Gombal. Udah ih sana, Caca mau bantuin bude masak makan malam."

Caca mendorong dada bidang Kenan dengan telunjuknya tapi Kenan malah mengulurkan tangan untuk memerangkap pinggangnya dengan kedua tangan. 

"Gak boleh kemana-mana. Aku tawan kamu sampai dedek bayi kita lahir."


Bersambung

Baru bisa ketik ya.... hayuk ramein dulu

MAS, RASA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang