» 2. Benci «

32.3K 4.4K 617
                                    

"Kita gak usah pakai band."

Ucapan Jeno sukses membuat seisi ruangan terkejut.

"Hah? Gimana? Terus hiburan spesialnya ntar apaan kalau gak pake band? Lagian di rincian acaranya 'kan udah fix pakai band. " Sudah bisa ditebak siapa yang tengah mengajukan protes. Tentu saja Jaemin.

Jeno mengabaikan itu dan lanjut berbicara, "Band yang kemarin nawar harga tinggi banget. Gue udah coba nego sekali lagi tadi sebelum rapat dan masih gak bisa. Waktu udah mepet. Sementara persiapan panggung baru 40 persen. Masih banyak yang harus diurus. Kalau kita maksain makai band, dana gak bakal cukup buat beli perlengkapan lain yang masih belum kebeli itu. Belum lagi stand photobooth yang masih gue sama Hyunjin cari tempat sewa yang terjangkau harganya."

Lalu Jeno melirik Jaemin sekilas "Masalah hiburan spesial, karna kelas 12 juga banyak yang ngisi acara, slot band nanti dikasi ke sukarelawan yang mau ikut ngisi acara aja. Gue rasa itu udah cukup menghibur dan lebih dapat suasana kekeluargaannya tanpa adanya orang luar karna festival tahun ini juga tertutup untuk orang luar."

"Karna gue rasa lebih penting photobooth dibanding band. Ini festival terakhir sekaligus acara perpisahan gak resmi anak kelas 12, jadi lebih mending kita sediain stand buat ngabadiin momen mereka dibanding ngundang band."

Anak-anak lain mengangguk setuju dengan pemikiran sang ketua. Jaemin segera menuliskan isi rapat dadakan hari ini beserta kesimpulannya dengan muka yang ditekuk karna dengan keputusan Jeno itu artinya dia harus merevisi ulang schedule yang sudah jadi itu.

Sementara diam-diam Jeno memperhatikan Jaemin dengan ekspresi dingin tak tertebaknya.

°°°

"Na!" Jaemin berbalik untuk melihat siapa yang memanggilnya yang ternyata Haechan.

"Napa?"

"Gue nebeng dong," katanya sambil menyengir. Jaemin memasang raut malas.

"Mark kemana?"

"Dia langsung cabut latihan basket kelar rapat tadi."

Jaemin menghela nafas kasar. Sebenarnya dia tak keberatan biasanya, hanya saja hari ini rasanya lelah sekali. Tapi dia juga tak tega membiarkan sahabatnya ini pulang sendiri dimana hari sudah semakin sore.

"Yaudah buru."

Haechan tersenyum lebar lalu segera menyusul Jaemin menaiki motor sport putihnya.

"Gimana persiapan panggung?"

Mereka tengah terjebak lampu merah. Sedikit macet. Maklum jam pulang mereka dan kantor itu hampir bersamaan.

Terdengar helaan nafas di belakang sana. "Masih jauh, Na. Gila. Pening gue. Mana pake dimajuin lagi. Emang bener-bener ya mereka, gak mikir apa gimana bakal kesusahannya kita? Kalau misal..." Dan jadilah Haechan mengomel.

Jaemin terdiam. Mendengar keluhan Haechan dia tersadar bahwa bukan dia sendiri yang merasakannya. Padahal semua orang juga sama. Tiap yang terlibat punya tanggung jawab masing-masing dan bukan hanya dia yang kerepotan atau kelelahan.

Padahal tugasnya tidak serepot itu juga sebenarnya.

Tidak seperti Haechan yang harus mengurus dekor, kesiapan panggung, dan persiapan fisik festival lainnya.

Hate VS Love [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang