Beberapa truk makanan sudah memasuki wilayah sekolah dan stand-stand sudah didirikan. Tiket yang dijual dengan harga terjangkau sudah laku habis dibeli satu sekolah. Festival ini tertutup bagi umum seperti yang pernah Jeno bilang. Mereka mengkhususkan tahun ini karena ini adalah tahun terbaik SMA mereka.
Kakak kelas mereka banyak yang membawa nama sekolah di ajang-ajang perlombaan akademik maupun non akademik. Ini adalah bentuk apresiasi dari sekolah beserta para donatur. Tapi tetap saja, dana itu tak mencukupi sepenuhnya. Ini adalah hasil maksimal yang dapat mereka capai dengan dana yang ada.
Jeno berjalan menjauhi photo booth setelah membicarakan beberapa hal dengan pihak yang bersangkutan.
“Jen!”
Dia menoleh ke arah wakilnya yang berjalan mendekat. “Ke back stage, udah waktunya briefing.”
Jeno mengangguk dan mengikuti langkah Mark untuk pergi ke back stage. Sesampainya di sana, para panitia sudah duduk membentuk lingkaran besar. Jeno mengambil tempat yang kosong di sebelah Hyunjin dan Mark di sebelah Chenle.
Haechan berdiri. Menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian. “Ok semuanya!” Dia menepuk tangannya dengan gulungan kertas di tangan lainnya.
Selagi Haechan mengingatkan kembali tugas masing-masing seksi dan beberapa hal lainnya, Jaemin menjadi satu-satunya yang tidak bisa fokus sejak kedatangan Jeno. Dia beberapa kali melirik laki-laki itu yang tampaknya benar-benar fokus mendengarkan.
Dia masih terpikir tentang perkataan Jeno kemarin. Bahkan sedikit terlihat area menghitam di sekitar matanya karena baru bisa tertidur subuh. Mengilas balik semua perlakuan Jeno padanya cukup untuk membuatnya tersenyum-senyum sendiri di tengah malam.
Jaemin bukannya mau terlalu percaya diri, tapi kenapa dia merasa ucapan Jeno kemarin berhubungan dengan perasaan laki-laki itu dan hubungan mereka? Dan itu membuatnya terus berdebar tanpa alasan yang jelas.
Saat dia masih larut dalam pemikirannya, Jeno tiba-tiba balas menatapnya hingga membuat Jaemin langsung tersentak, tapi saat laki-laki itu menyunggingkan senyuman tipisnya Jaemin salah tingkah. Dia mengalihkan pandangan ke arah Haechan yang ternyata sudah menyelesaikan briefing-nya. Mereka bertepuk tangan lalu berdiri, merapatkan lingkaran dan menyerukan semboyan mereka.
Jaemin berada di barisan terakhir untuk keluar dari back stage bersama Jeno, Hyunjin, dan beberapa lainnya. Jeno mempercepat langkahnya hingga berjalan berdampingan dengan Jaemin. Anak itu menoleh dan terkejut melihat sang ketua berada di sana.
Jeno tersenyum, mengangkat tangannya untuk menepuk pelan kepala Jaemin beberapa kali sebelum berlalu mendahului laki-laki manis itu, tapi Jaemin tertegun oleh gumaman yang Jeno suarakan sebelum benar-benar melewatinya.
“Sabar ya, Jaem.”
Jaemin menghentikan langkahnya membiarkan teman-temannya melewatinya, menatap punggung Jeno yang semakin menjauh.
°°°
“Jaemin!” Jaemin menoleh mendapati Jeno setengah berlari ke arahnya. Dan dengan anehnya, jantungnya berdebar karena itu.
“A-Apa?”
‘Apa sih?! Napa jadi gagap-gagap?!’ rutuknya dalam hati.
Tapi beruntung sepertinya Jeno tak mendengar itu. “Tungguin gue.”
“Hah?”
“Biar samaan pulangnya.” Langkah Jeno semakin mendekat dan akhirnya meraih tangan Jaemin untuk dia gandeng menuju motor mereka yang terparkir tak terlalu berjauhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [ ✔ ]
Roman d'amour"Kalau lo egois dan mikirin diri sendiri gini, lo gak pantes jadi OSIS." -Jeno "Gue yang darah rendah liat tampang dia langsung darah tinggi tau gak!" -Jaemin "Cinta sama benci beda tipis loh," -Mark & Haechan ©wintooblee