“Papa?”
“Hah?” Jeno berbalik, mengikuti arah pandang Jaemin. Di sana, di depan pagar, berdiri seorang pria paruh baya dengan setelan kerjanya dan wajah tegas memandang dua pemuda yang kini menatapnya dengan ekspresi yang berbeda.
Jaemin yang terkejut dan Jeno yang mengeryit.
‘Papa?’
Detik berikutnya mata Jeno membulat. ‘Papa Jaemin? Ini kenapa gue selalu ke-gep di depan pagar sama orang tua gini sih?’ batinnya frustasi.
Dia segera berjalan mendekat ke arah pagar, tersenyum menyapa pria paruh baya itu.
“Malam Om. Saya—“
“Ngapain?” Pertanyaan dengan nada bicara yang dingin itu memotong kalimat Jeno hingga ia kembali menoleh ke arah Jaemin, sedikit terkejut.
“Kenapa baru pulang jam segini?” Papanya itu melirik Jeno sekilas hingga membuat Jeno tanpa sadar menelan salivanya.
“Bukan urusan Papa.”
“Anu—“ Jeno baru akan memberi jawaban yang lebih baik dari ucapan ketus Jaemin barusan, tapi lagi-lagi Jaemin menyela ucapannya.
“Gue masuk dulu, Jen. Makasih.” Anak itu membuka pagar, berjalan melewati papanya begitu saja meninggalkan Jeno yang berdiri kikuk di sana.
“Kamu siapa?” Suara berat itu membuat Jeno langsung menoleh dengan tubuh yang berdiri tegap.
“Saya Jeno, Om. Temen sekelas Jaemin sekaligus tetangga.” Dia menunjuk rumahnya yang berada tepat di samping rumah Jaemin.
Pria itu mengikuti arah telunjuk Jeno lalu kembali memandangi Jeno dengan tatapan menelisik meski tak begitu kentara namun cukup terasa mengintimidasi.
“Ah, tadi kami baru pulang dari—“
“Saya tau.”
“Iya?” Kedua alis Jeno naik. Dalam hati dia mengerang frustasi karena sedari tadi ucapannya dipotong, baik oleh Jaemin ataupun papanya.
“Saya tau kalian baru pulang dari acara prom night.”
“Tapi tadi Om nanya?” Nada bicara Jeno terdengar ragu di akhir.
“Iya. Saya mau dengar langsung dari Jaemin..” Pria itu menghela nafas panjang lalu tersenyum kecut. “..tapi sepertinya dia terlalu muak dengan saya.”
Jeno terdiam, tak tahu harus menanggapi seperti apa.
“Saya tau kamu lagi dekat dengan Jaemin.”
Yang lebih muda tersentak, mendadak gugup. “Saya—“
“Tolong jaga Jaemin, ya. Saya percaya sama kamu.”
Perlahan ekspresi gugup itu berubah menjadi seulas senyuman lebar. Jeno mengangguk tegas. “Saya bakal jagain Jaemin dan gak bakal bikin Om kecewa.”
Pria dengan tampang penuh wibawa itu tersenyum tipis, mengangguk. “Kalau gitu saya masuk ke dalam dulu. Malam.”
“Iya, Om. Malam.”
Selepas pintu besar rumah Jaemin tertutup, Jeno langsung meloncat di tempatnya dengan tangan mengepal ke udara. “Yes! Lampu ijo, Bung!”
°°°
Tok! Tok! Tok!
“Jaemin,”
Jaemin yang baru saja selesai mandi menatap daun pintu kamarnya dalam diam.
“Papa tau kamu belum tidur. Buka pintunya. Papa mau bicara.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [ ✔ ]
Romance"Kalau lo egois dan mikirin diri sendiri gini, lo gak pantes jadi OSIS." -Jeno "Gue yang darah rendah liat tampang dia langsung darah tinggi tau gak!" -Jaemin "Cinta sama benci beda tipis loh," -Mark & Haechan ©wintooblee