» 1. Takdir «

47.9K 5K 517
                                    

Kalian pernah tidak merasa dipermainkan oleh takdir?

Tau tidak rasanya selalu ditakdirkan berdekatan dengan hal yang kalian benci?

Tidak tahu? Maka Jaemin akan memberitahu kalian.

Di saat kalian ingin untuk dijauhkan dari orang yang kalian benci dan selalu mendidihkan darah kalian. Jaemin justru seperti sudah ditakdirkan untuk selalu berdekatan dengan Jeno, orang yang Jaemin benci setengah mati sejak SMP, pertemuan pertama mereka, saat Jeno pindah rumah ke sebelahnya dan pindah sekolah ke sekolahnya.

Lalu sejak saat itu pula mereka selalu sekelas bahkan hingga SMA. Dan lagi sama-sama menjabat sebagai OSIS sejak kelas 10 hingga 11 ini. Tahun ini Jeno adalah ketua OSIS dan Jaemin adalah sekretaris OSIS. Well, kalian tahu sendiri bagaimana seharusnya hubungan ketua dan sekretaris di OSIS.

"Gak bisa gitu dong! Masa tiba-tiba dimajuin satu minggu gitu? Terus anak-anak gimana? Apa gak kerepotan? Jadi berantakan semuanya bisa-bisa."

Jeno menatap datar ke arah Jaemin yang sibuk mengoceh di depannya. Dia sudah tahu Jaemin akan menghampirinya setelah usai rapat dadakan yang ia adakan saat jam istirahat kedua ini. Itu mengenai festival sekolah yang seharusnya diadakan dua minggu lagi, dimajukan menjadi satu minggu lagi.

"Lo kalau mau protes langsung ke pak Baekhyun sana. Gak usah ke gue."

Ya, harusnya hubungan mereka tidak seperti ini sebagai ketua dan sekretaris, tapi ruangan ini adalah saksi bisu perdebatan yang mereka lakukan setiap kali mereka bertemu.

Jaemin menatap anak laki-laki di depannya ini dengan kesal. "Lo 'kan ketuanya. Lo lah yang protes."

Yang tengah duduk itu memutar bola matanya malas. "Udah gue protes kali tanpa harus lo suruh, tapi pak Baekhyun tetep keukeuh dimajuin festivalnya."

"Terus laporan rincian acaranya? Shedule? Proposal buat sponsor?" Jaemin bertanya tak terima. Masalahnya semuanya sudah dalam proses pengerjaan dan beberapanya sudah selesai, seperti schedule dan proposal karena itu sudah fix.

"Tinggal ganti tanggal pelaksanaan aja 'kan? Kenapa lebay banget sih?"

"Gak segampang itu lah. Ya lo enak tinggal nyuruh-nyuruh terus ntar tinggal tanda tangan. Masalahnya kita itu udah fix."

"Ini 'kan juga bukan kemauan gue. Kenapa lo sewotnya ke gue? Lagian semua orang di sini punya tugas masing-masing. Gue juga bukan enak-enakan aja. Gue juga harus ngecek ini itu, bukan cuma dengerin bacotan lo ini," kata Jeno panjang lebar.

"Ya lo bujuk lagi lah pak Baekhyun!"

Jeno baru saja akan menyahuti lagi kalau saja Hyunjin tak masuk ke sana. Jaemin lalu memilih untuk duduk dengan wajah ditekuk di tempatnya dan menyalakan laptop untuk memulai pekerjaannya.

"Jen, band yang kemarin patokin harga tinggi banget. Gue rasa dana kita gak bakal cukup, tapi sekarang malah mau dimajuin acaranya. Masih keburu emang nyari band lain?"

Jeno melepas kacamatanya lalu mengusap kasar wajahnya. Benar-benar bikin stress.

"Nanti gue coba deh ngomong sama orangnya lagi buat nego-nego."

"Tadi gue udah coba nego, tapi katanya itu udah paling fix. Kalau gak mau dia bilang cari aja band lain."

Jeno menghela nafas mendengarnya.

"Gue pikirin dulu, Jin. Nanti gue kabarin." Jeno berdiri dari kursinya lalu berjalan keluar ruangan OSIS setelah Hyunjin mengangguk lalu duduk di tempatnya.

Setelah pintu tertutup, Hyunjin beralih menatap Jaemin. "Lo debat lagi sama Jeno, Jaem?"

Jaemin melirik Hyunjin sekilas. "Ya habisnya dia. Bisanya nyuruh-nyuruh aja. Bujuk terus kek itu pak Baekhyun. Gak becus bener sih jadi ketos."

"Pasti dia udah bujuk berkali-kali juga, Jaem." Hyunjin sibuk meneliti laporan dana festival. Dia adalah bendahara OSIS.

"Lo liat aja mukanya kusut gitu," lanjutnya membuat Jaemin teringat wajah Jeno tadi yang memang terlihat kusut.

Jaemin mendengus.

"Kenapa juga gue yang jadi sekretaris? Kenapa gue gak jadi bendahara aja coba? Setidaknya gak bakal terlalu banyak urusan gini sama dia. Mana tiap rapat bener-bener harus perhatiin dia ngomong lagi pake muka temboknya itu. Males banget." Protes Jaemin yang langsung dihadiahi cebikan bibir tebal Hyunjin.

"Bisa-bisa ilang ni duit kalau lo yang megang. Ceroboh gitu," cibirnya.

Jaemin mengerucutkan bibirnya kesal. Walaupun benar adanya dia ceroboh dan pelupa. Bahaya sekali kalau uang kas OSIS berada di tangannya.

"Gue keluar dulu deh, mau beli minum mumpung masih istirahat. Mau beli cola." Jaemin berdiri dari duduknya, merenggangkan tubuhnya sebentar sebelum berjalan ke arah pintu.

"Gak perlu dijelasin juga, njir. Gue gak nanya." Jaemin melirik kesal pada Hyunjin sebelum keluar dari ruangan itu.

Laki-laki manis itu melangkah menyusuri koridor yang masih terdapat beberapa siswa. Mungkin sebagian banyak sudah masuk ke kelas. Tinggal lima menit sebelum bel masuk.

"Pak, waktunya itu dimajuin terlalu dadakan sementara persiapan belum ada sampai 50 persen,"

Jaemin menghentikan langkahnya di depan kantor guru kala mendengar suara yang dikenalinya. Pintu kantor guru juga tak ditutup rapat sehingga suara itu terdengar jelas.

"Jeno, bapak 'kan udah bilang ke kamu. Kalau festival ini gak dimajuin, bakalan bentrok sama jadwal ujian percobaan anak kelas 12. Sementara ini acara ditujukan sekalian spesial untuk mereka sebagai festival sekolah terakhir mereka."

"Tapi Pak, mundurin beberapa hari lagi emang gak bisa? Masalahnya nanti anak-anak kinerjanya malah gak maksimal karna diburu-buru. Memang nanti bapak mau tanggung jawab kalau hasilnya jelek atau-"

"Jeno!"

Jaemin yang di luar saja tersentak mendengarnya, apalagi Jeno yang langsung terdiam di tempat begitupun kalimatnya yang terhenti.

"Percuma kamu desak-desak saya atau bujuk saya berkali-kali seperti ini. Ini keputusan langsung dari kepala sekolah. Tidak bisa diganggu gugat." Nada bicara pak Baekhyun terdengar lebih tegas dari sebelum ia menyerukan nama Jeno dengan keras tadi.

Jeno menghela nafas pasrah. "Yasudah, Pak. Saya permisi."

Jaemin cepat-cepat menyingkir dari pintu dan bersembunyi di belokan koridor tak jauh dari sana.

Jaemin cepat-cepat menyingkir dari pintu dan bersembunyi di belokan koridor tak jauh dari sana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jeno melewatinya dengan wajah kusut sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. Dia bahkan sampai tak melihat Jaemin yang berdiri kaku di belokan koridor yang ia lewati.

Oh, Jaemin tiba-tiba merasa bersalah.

°°°

Belum ada sweet"nya mah kalau sekarang, ditunggu ya sampai moment nomin-nya~

Jangan lupa vomentnya 💕

-wintu

Hate VS Love [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang