» 8. Cemburu «

26.4K 3.4K 351
                                    

Jaemin tampak tercengang usai laki-laki di sampingnya ini menyelesaikan sesi ceritanya. "Jadi lo ..."

"Iya, Jaemin, gue udah bucinin lo dari awal ketemu."

"Bukan itu."

Jeno mengernyit.

"Jadi lo gak bener-bener belum beli pen?"

"Hah?"

Wajah Jaemin berubah kesal. "Gara-gara lo uang jajan gue cepet habis buat beli pen terus!"

Jeno speechless.

"Lo tiap hari ngambilin pen gue dan gue harus beli pen terus sampai yang jual bingung dan nanya 'tintanya habis buat adek nulis apa diminum?' Gara-gara lo!"

"Kok lo malah fokus ke pen sih? Cerita gue gimana?"

Jaemin terdiam beberapa detik. "Cerita lo ... ehem!" Dia berdeham. Mengalihkan pandangannya ke arah lain karena canggung yang tiba-tiba menyerangnya.

Sebenarnya dia cukup terkejut dengan semua itu. Terlebih tentang kejadian di bus. Jeno melindunginya tanpa Jaemin tahu. Dan kejadian itu tidak hanya terjadi sekali dua kali. Sering. Selama mereka SMP.

Jeno masih harap-harap cemas menunggu respon Jaemin tentang ceritanya barusan dan saat mata bening itu kembali menatapnya, Jeno tak bisa menahan rasa antusiasnya.

"Gugu sekarang dimana? Kok gue gak pernah denger suara anjing lagi dari rumah lo?"

Dan ketua OSIS itu hanya bisa menghela nafas. Wajahnya yang berseri-seri itu hilang seketika. "Dia udah gak ada," jawabnya lemah.

Mata Jaemin membelalak kemudian. "Hah?! Gak ada gimana?"

"Udah meninggal."

Wajah manis itu mengernyit sedih. "Lo pasti sedih banget."

Jeno membuang wajah ke arah lain.

Jangan bahas itu karena Jeno benar-benar menangis saat itu seperti seseorang yang ditinggal mati oleh pacarnya. Dan saat mengingat itu, dimana itu adalah saat libur panjangnya sebelum memasuki SMA, dia sedikit merasa malu oleh tingkahnya.

Dia tak mau makan selama beberapa hari dan hanya menangis di kamar. Orang tuanya sudah mencoba menawarkan anjing baru dan Jeno menolaknya.

"Hm. Iya." Sejujurnya dia lebih merasa kecewa saat ini karena Jaemin tak merespon ceritanya seperti apa yang ia harapkan.

"Makasih."

Jeno segera menoleh dan mendapati Jaemin menunduk di sebelahnya.

"Buat kejadian di bus selama SMP. Makasih udah lindungin gue."

Senyum Jeno tak lagi dapat ia tahan untuk mengembang. "Sama-sama."

Jaemin melirik Jeno dan dia menjadi sangat canggung setelahnya. Laki-laki itu berdiri yang membuat Jeno mengernyit.

"Ntar lagi ganti pelajaran."

Jeno segera berdiri menyusul langkah Jaemin yang Jeno tak ingat bahwa langkah laki-laki manis itu sebesar yang sekarang hingga ia sedikit kesulitan mengejarnya.

"Jaem, pelan dikit ngapa? Kayak dikejar setan aja lo."

Jaemin mendengus. "Ya, lo setannya!"

°°°

Seperti hari-hari biasanya. Mereka OSIS dan panitia harus rela pulang lebih terlambat dari teman-teman mereka yang lain karena harus mempersiapkan festival sekolah.

Jaemin keluar dari ruangan OSIS. Dia berniat untuk pergi ke toilet sebelum menyusul teman-temannya yang tengah berada di panggung.

Hate VS Love [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang