“NA!” Haechan menyusul Jaemin yang baru saja memasuki ruang OSIS. Anak itu membereskan laptopnya dan barang-barang lainnya ke dalam tas ranselnya.
“Nana! Lo beneran mau ngundurin diri?” Haechan menatap panik atas apa yang ia lihat sekarang. Wajah memerah Jaemin dan gerakan tangannya yang cepat untuk merapikan barang-barangnya.
“Na—“
Brakk!
Haechan dan Jaemin langsung menoleh ke arah pintu yang dibuka kasar, menampakkan Jeno dengan nafas yang tersengal dengan Mark dan Lucas menyusul di belakangnya. Dua anak itu juga ikut berlari mendahului anak-anak OSIS lainnya karna khawatir dengan apa yang akan Jeno lakukan.
Laki-laki itu memang pintar, tapi kalau masalah asmara dia menjadi sangat bodoh dan kekanakan. Buktinya cara dia menarik perhatian Jaemin yang seperti cara anak SMP itu.
Jaemin segera melanjutkan kegiatannya tadi tanpa memperdulikan Jeno. Malah tangannya semakin cepat mengemasi barang-barangnya.
Jeno melangkah masuk lalu memegang pergelangan tangan Jaemin, menghentikan pergerakan tangannya. “Ikut gue bentar,” ucapnya.
“Lepasin, bangsat!” geram Jaemin sambil mencoba melepaskan genggaman Jeno pada pergelangan tangannya, tapi Jeno kembali menarik tangannya.
“Bentar aja, Jaemin.”
Jaemin melihat ekspresi wajah Jeno yang tidak datar seperti biasanya, malah terkesan tampak memohon padanya. Juga nada bicaranya yang lembut tak seperti biasanya dan panggilan yang Jeno gunakan. Tidak hanya ‘woi’ seperti biasanya. Intinya Jeno tak seperti biasanya dan itu seperti menyihir Jaemin untuk melemaskan tangannya dan membiarkan Jeno menariknya keluar dari ruangan itu, melewati Haechan yang akan mencegat Jeno jika tidak Mark cegah.
“Biarin mereka berdua dulu, by.”
“Tapi, Jeno itu mau apain Nana lagi?” Haechan menatap kesal ke arah Mark yang malah menghalanginya bergantian menatap khawatir punggung Jeno dan Jaemin yang semakin menjauh.
“Ada yang gak lo sama Jaemin tau soal Jeno.” Ucapan Lucas sukses membuat Haechan menoleh dengan kening mengernyit yang malah dibalas senyuman oleh dua laki-laki itu.
°°°
Jaemin membuang wajah ke arah lain setelah mereka sampai di belakang gedung sekolah yang sepi. Jeno berdiri di hadapannya, menatapnya dalam diam yang membuat Jaemin menjadi canggung sekaligus kesal karena laki-laki itu hanya diam sejak dua menit yang lalu.
Jaemin sendiri bingung kenapa dia tiba-tiba jadi menurut kala memandang ekspresi Jeno saat itu dan dia menyesalinya sekarang saat terperangkap dalam suasana canggung yang tak kunjung usai ini.
“Kalau cuma buat diem gini, mending gue lanjut ngemasin—“
Baru saja Jaemin akan berbalik pergi, Jeno langsung menarik tangannya. Jaemin melirik tangan mereka lalu menatap wajah Jeno yang dipalingkan ke arah lain.
“Maafin gue.”
Dua alis Jaemin naik, apa dia tak salah dengar? Jeno minta maaf padanya?
“Hah?”
Jeno mendengus lalu menoleh pada Jaemin dengan raut kesalnya membuat Jaemin kembali terheran karena tiba-tiba Jeno menjadi lebih banyak berekspresi hari ini dibanding biasanya.
“Gue minta maaf. Karna selalu bikin lu kesel sampai ngamuk.”
Laki-laki manis di depannya itu memutar bola matanya malas. “Telat banget lo baru minta maaf sekarang. Lo udah ngelakuin itu dari SMP kalau lo inget.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate VS Love [ ✔ ]
Romance"Kalau lo egois dan mikirin diri sendiri gini, lo gak pantes jadi OSIS." -Jeno "Gue yang darah rendah liat tampang dia langsung darah tinggi tau gak!" -Jaemin "Cinta sama benci beda tipis loh," -Mark & Haechan ©wintooblee