O2

1.9K 125 4
                                    

Satu bulan telah berlalu, dan sekarang hingga waktunya Jungkook untuk memegang perusahaan sang ayah. Hari ini dia akan pergi ke perusahaan untuk pertamakalinya. Pakaian yang dikenakan Jungkook adalah kemeja lengan panjang bermotif bunga aster dan rok span berwarna merah maroon.

"Paman Cha?" sahut Jungkook. Terlihat sang supir melihat kearahnya lewat kaca spion.

"Ya, nona? Anda perlu sesuatu?"

"Tidak kok. Ngomong-ngomong sudah berapa lama paman bekerja dengan ayahku?" Tanya Jungkook untuk menghilangkan canggung antara mereka. Jujur saja sih, sopirnya ini bahkan terlihat seumuran dengannya.

"Ah, saya baru saja ditugaskan, nona." Jungkook mengangguk mengerti. Tak butuh waktu lama mobilnya sudah sampai di perusahaan miliknya sekarang.

Beberapa kamera menyoroti dirinya. Untungnya itu tak mengganggu Jungkook. Para petinggi perusahaan menyambut dirinya didepan pintu masuk.

"Selamat datang, nona Jeon." Jungkook tersenyum tipis. Beberapa karyawan pun turut menyambut kedatangannya. Tak sedikit para pekerja terpesona dengan paras presdir baru mereka.

Mungkin bisa dibilang- hampir seluruh pekerja.

Untungnya Jungkook bukan jalang yang pandai menggoda pria. Jadi sekarang ia akan semakin menjaga sikapnya disini sebagai penyandang status CEO dan hebatnya, saat akan memasuki lift, di belakang Jungkook itu berjejer para bodyguard yang mengawasi siapapun yang menghalangi jalan untuk dirinya.

"Ah, astaga! Apa aku sepenting itu untuk dijaga oleh mereka?!" keluhnya saat berada di dalam lift.

"Selamat datang, nona Jeon." sapa salah satu karyawan yang berada tak jauh dari Jungkook.

"Saya akan menjadi sekretaris anda kedepannya. Jika ada yang diperlukan anda bisa memanggil saya." ujarnya yang sambil tersenyum ramah.

"Terima kasih, um. . -"

"Lee Ji Eun, nona."

"Hm, terima kasih Sekretaris Lee."

"Sama-sama." Jungkook melanjutkan langkahnya ke ruangannya lalu masuk ke dalam.

"Mimpi apa aku semalam?" Jungkook berjalan gontai kearah kursinya lalu menjatuhkan dirinya menghadap kearah dinding kaca yang membuat netra Jungkook terkagum dengan pemandangan Seoul dari atas perusahaannya.

"Ayah pasti menikmati istirahatnya dengan melihat pemandangan di sini." gumamnya sambil mengatur nafasnya agar selaras dengan tiupan angin yang membawa daun kemanapun arah angin tersebut.

Jungkook membuka ponsel pintarnya. Setelah itu ia tersenyum kecut.

"Dua hari lagi, status lajangku ini berakhir."



Ini sudah jam istirahat. Para pegawai mulai mendatangi beberapa restoran cepat saji yang tak jauh dari perusahaan.

Lah, Jungkook? Boro-boro untuk istirahat, diam barang satu menit pun dia tidak kunjung tenang. Memang sih, ia tau ini seperti mendatangi penyakit yang mungkin akan melekat pada dirinya. Mungkin saja, insomnia.

Padahal jangankan Jungkook, sebagian besar anak sekolahan juga mengidap penyakit tersebut.

"Permisi, nona, tuan besar Jeon ingin bertemu dengan anda." sahut sang sekretaris yang membuka pintu untuk mantan direkturnya.

"Terima kasih, nona Lee." Pintu ruangan tersebut tertutup dan kini sang ayah menghampiri putrinya dengan duduk di sofa.

"Bagaimana hari pertamamu, nak?"

"Cukup baik, ayah. Sekretaris Lee sangat membantuku." balas Jungkook dengan tersenyum hangat pada ayahnya.

"Ah, sebenarnya ada yang ingin ayah sampaikan."

-oOo-

Waktu yang sama, di tempat yang berbeda.

Kim Taehyung kini baru saja mendatangi tanah kelahirannya di bandara Gimpo. Ngomong-ngomong darimana dirinya?

Terbang dari United Stated America tentu membuat dirinya kelelahan bahkan perlu istirahat lebih. Ia harus tinggal dua minggu untuk mengurus perusahaan finansialnya di Amerika.

Mobil nan mewah tersebut mendatangi Taehyung dan salah satu bodyguardnya membukakan pintu untuknya.

"Bagaimana perkembangan perusahaan mu?"

"Papa?!" Taehyung dikagetkan dengan suara ayahnya yang ternyata beliau duduk di kursi depan sebelah sopir.

"Santai saja, nak. Kau istirahatlah malam ini." ujar sang ayah pada Taehyung serta senyuman yang terukir diwajah yang sudah mengkerut itu.

"Ya, papa." setelah itu mobil tersebut menerjang angin dan para wartawan di bandara itu kebatukan karena asap mobil yang menerpa wajah mereka.

-oOo-

Hari sudah malam, kini perusahaan mulai sepi karena jam kerja sudah berakhir. Jungkook pun keluar dari kawasan perusahaannya sejak sepuluh menit yang lalu.

"Bagaimana hari ini, nona Jeon?" sopir pribadinya itu bertanya untuk mengalihkan Jungkook dari korannya.

"Hum, bisa dibilang baik." terlihat sopir tampan itu tersenyum ramah dari kaca spion.

"Ah, Paman Cha?"

"Ya, nona? Perlu sesuatu?"

"Apa kita bisa berhenti di mini market terdekat?" pinta Jungkook dan ia melihat sopirnya mengangguk. Ia turun dari mobilnya saat sudah sampai di depan mini market yang diketahui buka 24 jam.

Tangannya mengambil dua kalengan bir dari pendingin. Membawanya ke kasir dan mengeluarkan jumlah nominal dari dompetnya.

Saat membuka pintu mobilnya, Jungkook menyimpan dua kalengan bir tersebut disebelahnya.

Jika orang lain meminum birnya sampai habis ataupun memang berniat mabuk, maka itu lain halnya dengan Jeon Jungkook.

"Ah, aku tak kuat!" belum saja dia meminumnya, bir kalengan itu ia langsung membuangnya ketempat sampah.

Jungkook memang bukan tipe yang sering minum bir ataupun kawan-kawannya bahkan belum pernah Jungkook memasukan cairan penuh obat itu pada tubuhnya. Tubuhnya ia ambrukan pada kasur kesayangannya. Menatap kosong kearah atap.

"Ya ampun, bagaimana ini?"

-to be continued-

Beauty CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang