Pada malamnya, Taehyung dan Jungkook memutuskan untuk pulang ke penthouse mereka. Taehyung merasa tidak enak badan saat menyetir mobilnya, ia sedikit mempelankan lajunya.
"Hei, Taehyung, Lebih baik aku saja yang menyetir." Jungkook menyuruh Taehyung menyisikan mobilnya tapi pria keras kepala itu malah tetap melajukan mobilnya dan menginjak pedal gas semakin dalam. Jungkook menggerutu dalam hatinya.
Tak perlu waktu lama, kini mereka sudah sampai di penthouse. Taehyung berlari dengan tatih menuju kamar mandi di dekat dapur.
"Kenapa orang itu?" gumamnya sambil membawa satu persatu kantong belanjaan yang lumayan (baca : sangat besar) itu ke tengah-tengah ruangan.
"Hoeekkk-!"
Sekiranya, itulah suara yang menggema di lantai bawah rumah mereka yang bersumber di kamar mandi. Jungkook mulai panik sendiri saat mendengar suara aneh menjijikkan itu. Ia berjalan mendekati pintu kamar mandi yang terkunci dari dalam. Jungkook mengetuknya, "Taehyung. . . kau baik-baik saja?"
Pintu kamar mandi itu dibuka. Menampakkan Taehyung dengan wajah pucatnya dan tubuhnya yang oleng kesana-kemari. Ia berusaha jalan kedepan namun malah terjatuh tak sadarkan diri di dalam dekapan Jungkook yang refleks menangkap tubuh besar Taehyung.
"T-taehyung?!" Berat sekali. Jungkook kewalahan menahan tubuh Taehyung dan berusaha menyeretnya ke sofa ruang tengah. Tubuh Taehyung dijatuhkan sampai bunyi sentuhan kulit sofa terdengar jelas. Jungkook yang menyadarinya pun merutuki tangannya yang sedikit mendorong Taehyung.
"Astaga maafkan aku. Kau besar sekali, aku tidak kuat." Jungkook berlari ke kamarnya dan membawa dua bantal dan selimut ke ruang tengah. Ia menyimpan satu bantal di kepala Taehyung dan satunya lagi di kakinya. Seusai itu tubuh Taehyung diselimuti sampai dadanya.
Tangan Jungkook terangkat memegang dahi Taehyung. Seperti yang ia kira, cukup panas untuk suhu tubuh manusia. Ia pun berjalan menuju dapur lalu mengambil air sebaskom kecil dan handuk putih untuk mengompres Taehyung.
Wadah baskom alumunium itu dibawa ke ruang tengah dan diletakkan di meja dekat sofa. Jungkook berlutut agar setara dengan Taehyung. Diambilnya handuk yang basah itu dan diletakkan di dahi Taehyung sampai tertutup.
"Maaf, aku sungguh tidak tahu jika kau ini mudah masuk angin bahkan sekarang kau demam." Jungkook melipat tangan kanannya dan menidurkan kepalanya sambil menatap kearah Taehyung yang masih belum sadarkan diri.
"Sayang sekali. Jika saja aku ini hanya gadis biasa yang kaya raya dan mendapatkan hatimu tanpa harus dijodohkan dan. . ." Jungkook melantur tak sadar sambil mengarahkan tangan kirinya ke pipi kurus Taehyung. Sungguh ia sedang tidak mabuk saat ini.
"Huh, aku mengantuk," gumamnya sambil terkantuk-kantuk. Tangannya kini jatuh rekleksi di atas bahu lebar suaminya. Ia memejamkan matanya kelelahan.
-oOo-
Paginya, Taehyung terbangun. Dia merasa seperti tulang punggungnya remuk. Baru ia sadari semalam dirinya tidur di sofa ruang tengah.
"Jungkook. . ?" Taehyung bersahut memanggil istrinya namun wanita itu belum muncul di pandangan matanya. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur dimana hidungnya mencium wangi masakan yang kuat. Taehyung melihat Jungkook sedang menuangkan bubur ke mangkuk dan menatanya di nampan dengan segelas air.
"Apa itu untukku?"
"Astaga ibu!" Jungkook menyentuh letak jantungnya dramatis. Taehyung tak pedulikan itu, ia mengambil sendok dan mencomot sesendok bubur buatan Jungkook yang masih panas.
"LIDAHKU TERBAKAR!!" ketahuilah sendok itu berbahan logam yang membuat panas bubur tersebut merambat dan kini membuat lidah Taehyung tersiksa.
"Sudah tahu baru ku tuang. Tidak sabaran sih orangnya!" Jungkook memukul pelan Taehyung dengan sendok kayu yang di dekatnya. Taehyung meringis sakit dan duduk di kursi. Jungkook menaruh nampan tersebut di meja tepat di hadapan Taehyung. Ia juga membawa semangkuk bubur untuknya sendiri.
Jungkook duduk di kursi yang berada dihadapannya. "Maaf soal kemarin tentang wahana permainan yang membuatmu sakit semalaman." Ia menunduk sambil mengaduk-aduk buburnya.
"Sudahlah biarkan saja. Sepertinya aku perlu sakit setiap hari agar sikap menyebalkanmu itu hilang dan terus peduli padaku." gumam Taehyung tanpa sadar. Jungkook yang mendengar dengan jelas itu kini merasa pipinya panas.
"K-kau bilang apa tadi?"
"Huh? Aku bilang apa memangnya?"
"Lupakan saja. Sial." Jungkook mencibir dan memakan buburnya dengan gaya sedang ngambek. Taehyung tentunya tidak memikirkan hal itu dan melanjutkan memakan buburnya.
Jungkook sudah selesai memakan buburnya, hanya tersisa Taehyung yang masih menyisakan buburnya setengah mangkuk sambil mengaduknya.
"Taehyung! Kenapa tak dihabiskan buburnya?" Jungkook bertanya pada suaminya yang menekuk wajahnya. Mata tajam Taehyung melirik kearah Jungkook dan bersitatap dengannya.
"Tidak tahu, aku sedang tidak mood." Taehyung beranjak pergi dan meninggalkan Jungkook sendirian di dapur.
"Dia kenapa sih? Terlalu aneh." gumam Jungkook sambil membereskan meja makan agar rapih kembali. Ia juga mencuci alat makan yang sebelumnya dipakai.
-oOo-
Jungkook menghampiri ruang tengah dimana Taehyung sedang menonton televisi. Tapi sepertinya televisinya yang menonton Taehyung yang asyik dengan ponsel di genggaman tangannya.
"Tae, apa aku matikan TV-nya saja? Daripada boros listrik." Jungkook tanpa menunggu jawaban dari Taehyung, ia segera mematikan tv dengan remote di meja tengah. Taehyung yang baru sadar itu menahan pergelangan tangan istrinya dan Jungkook refleks menatap kearah Taehyung.
"Buat apa dimatikan?" Taehyung ini bodoh atau apa sih?
"Nanti bayaran untuk listrik yang kita pakai bisa meninggi. Kau tahu kan, kalau rumah ini masih ditanggung oleh ayahmu?" ujar sang istri yang membuat Taehyung terdiam. Mau sekaya apapun mereka sekarang, tetap saja tidak boleh boros dalam bentuk apapun. Ditambah rumah ini memang ditanggung biayanya oleh ayah Taehyung sendiri.
"Baiklah kau benar." Jungkook tersenyum bangga pada dirinya sendiri. Taehyung menarik tubuh Jungkook dalam satu tarikan dan membuatnya jatuh tepat di samping Taehyung.
"Ternyata kau bisa bijak juga. Tapi giliran soal perusahaan saja kau lemah." cibir Taehyung sambil mengusap rambut istrinya. Jungkook kaget sekali saat mendapat perlakuan spesial seperti itu dari Taehyung. Ia merasa pipinya kembali panas, mungkin lebih dari sebelumnya. Taehyung yang melihat wajah blank dan memerah Jungkook itu hanya tertawa kecil.
"Ngomong-ngomong kau sedang apa?"
"Ah, tadi Lisa mengirim pesan teks kepadaku."
"Lisa? Siapa dia?" Taehyung melihat ke arah sebelahnya dan membeku.
-to be continued-
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty CEO
Fanfictionhanya kisah hidup seorang presdir muda jeon jungkook dan suami (tidak) sahnya. 〔⎙, taekook story〕 ❛ ©lazulyflo, 2019