O3

1.7K 137 5
                                    

Dua orang berbadan besar itu mengawal seorang pria yang membawa sebuah berkas dan ditujukan ke ruang direktur.

"Kalian hanya menikah sebagai tuntutan kerja, jadi anda hanya perlu menanda tangani data disini." ujarnya sembari memberi pena pada Jungkook.

"Bagaimana jika tuntutan itu dibatalkan?"

"Pengadilan akan mengurusnya. Tidak perlu takut, nona." sahutnya yang terdengar tenang itu membuat hati Jungkook merasa lega. Tangan lentiknya membubuhkan tanda tangannya di atas kertas penuh huruf tersebut.

"Apa ada yang harus aku lakukan lagi?"

"Tidak, nona. Mungkin suami anda akan datang kemari." Mata Jungkook terbuka lebar terkejut mendengar hal itu.

"Ke perusahaan ini?!"

"Betul, nona. Tuan muda bilang seperti itu tadi."

-oOo-

Taehyung mengendarai mobilnya menuju arah perusahaan finansial Junghwa. 'Pernikahannya'  baru saja ia tanda tangani. Oleh karena itu, tugasnya menjadi suami sudah diwajibkan. Beruntungnya ia tak harus melaksanakan sumpah mati yang akan membuat dirinya berdosa jika berdusta pada sumpahnya.

Saat sampai di depan lobi perusahaan, dirinya disorot oleh banyak wartawan. Untungnya bodyguard disana menjaga ketat di depan pintu. Sekalipun sempat sesak napas, Taehyung tetap menjaga imej dirinya saat berjalan.

"Selamat datang, ada yang janji dengan seorang pekerja, Tuan?" sahut si pegawai wanita yang menjaga resepsionis. Taehyung tampak mengerutkan dahinya.

"Hum, dengan direktur utama perusahaan."

"Tapi nona Jeon tidak—"

"Saya suaminya." Taehyung memotong perkataan sang pegawai dan nampak yang mendengar hal itu membeku di tempat.

"Maafkan saya, tuan. Ruangan direktur berada dilantai 29." ujarnya sambil menundukan kepala.

"Hng, terima kasih." Setelah Taehyung melangkahkan kakinya ke arah lift, kejadian pause tadi di lanjutkan dengan kehebohan para pegawai yang terus bercakap.

-oOo-

Jungkook kembali membalikan kursinya kearah dinding transparan tersebut. Dirinya memandang memuja pada keindahan Seoul hari ini.

"Permisi, Bu, tuan Kim Taehyung ingin bertemu dengan anda." sahut Sekretaris Lee sambil membukakan pintu untuk membiarkan Taehyung masuk. Jungkook memutar kursinya dan pandangannya bertemu dengan seorang namja berjas merah maroon dengan perawakan tubuh yang tinggi juga ukiran wajahnya yang sempurna untuk seorang manusia biasa.

Dirinya tersentak sungguh.

Ini diluar perkiraannya.

"Duduklah, kau tak perlu sungkan." Jungkook mempersilahkan Taehyung untuk duduk di sofa yang tak jauh dari meja kerjanya. Di ikuti dengan Jungkook yang menghampiri Taehyung dan duduk berhadapan dengan dirinya.

"Aku yakin kau sudah mengerti untuk apa kau menikah denganku?"

"Tentu saja, anggap saja aku sebagai rekan yang membantumu." Jungkook mengangguk mengerti.

"Dengar, aku harap pernikahan ini tidak melibatkan apapun seperti. . ."

"Apa kau benar-benar berpikir seperti itu?" Jungkook terdiam mendengar ucapan suaminya. Sampai dirinya malu menyadari hal itu.

"Tidak juga sih, hanya saja—"

"Tidak perlu khawatir dengan perasaan. Itu tidak akan menyakiti dirimu selagi kau belum nyaman dengan itu."

-oOo-

Waktu berganti menjadi sore nampak Jungkook dan Taehyung sedang memasuki kawasan yang bisa kita bilang yang kelasnya itu luar biasa. Daerah Gangnam menjadi tempat untuk mereka tinggal.

Mereka?

Ya. Sepasang suami-istri memang harus tinggal satu atap bukan?

Tampaknya sebuah penthouse cocok untuk mereka tinggali. Lengkap dengan furnitur yang ada.

"Kita tinggal disini?" Taehyung menolehkan kepalanya pada sang istri. Lalu menganggukan kepalanya.

"Papa bilang seperti itu. Dia menyewa tempat ini untuk kita tinggali." Jika tempatnya sudah mewah begini, pasti harganya tak main-main. Jungkook pikir.

"Oh, begitu."

Mereka mengelilingi tempat yang kini ditinggali sampai berhenti pada ruang tidur. Tampak sang suami menggaruk tengkuknya seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Aku baru sadar hanya ada satu kamar utama disini. Bagaimana? Kau keberatan?"

Astaga, kalian bisa bayangkan betapa merahnya wajah Jungkook saat ini.

"Y-ya mau bagaimana lagi? Kita terima saja." Untungnya Taehyung sedang asyik menelisik ruangan tidur yang dibilang sangat luas. Jadi Jungkook tidak ketahuan. Mereka memasuki kamar dan menjelajahi ruangan luas tersebut. Jungkook melihat satu pintu putih tulang yang memikat matanya.

Kriet.


Siapa sangka jika ruangan luas ini juga bercabang? Terdapat satu ruangan untuk pakaian, jas, sepatu, tas, dan aksesoris lainnya juga setiap dinding terdapat cermin besar dan meja rias tak jauh dari cermin tersebut.

"Disini kau rupanya. Aku mencarimu dari tadi. Kukira kau lenyap ditelan bumi." Suara baritone khas Kim Taehyung itu menggema di satu ruangan.

"Loh? Kau tak memanggilku?"

"Kau harus kupanggil apa, uh?"

"Aku punya nama, Jeon Jungkook." Taehyung mengangguk paham.

"Aku akan mandi duluan, Jeon." Jungkook mengerutkan dahinya. Sedikit tak paham mengapa si Kim— apa tadi? Ini hanya memanggil marganya?

Panggil saja Jungkook. Toh tak ada masalah apapun 'kan?

"Ya sudah! Terserahmu saja!"

Jungkook kembali mengelilingi ruangan penuh kain ini setelah sosok pria bermarga Kim barusan telah menghilang dibalik pintu. Lemari berpintu kaca tersebut tampak kosong. Makin ke tengah Jungkook melihat tumpukan paperbag bermerk terkenal.

Tangan bersihnya membuka salah satu. Terdapat beberapa pakaian seperti kemeja, atasan off-shoudler, rok, dan lain-lainnya juga paperbag lainnya yang Jungkook yakini berisi yang sama.

"Ah, aku bereskan saja semua ini."



Taehyung membalut tubuhnya dengan kaus hijau tua dengan celana bahan selutut. Ia membiarkan air menetes dari rambutnya.

"Jeon?"

Dimana lagi dia sekarang?

Pintu ruangan mereka terbuka otomatis dan laju melangkah Taehyung semakin cepat. Kakinya menyusuri seluruh sudut penthouse mereka.

"Jeon Jung—" Taehyung menghentikan ucapannya saat melihat yang dicarinya sedang terlelap lelah dengan satu tangan yang menumpu kepalanya.

"Astaga, harusnya dia tau waktu untuk bekerja." gumam Taehyung sambil geleng-geleng kepala. Ia mengangkat tubuh istrinya dan melangkah menjauh dari ruangan kerja.

Tubuh ramping itu ia daratkan di ranjang tidur mereka. Ia menyamankan letak bantal untuk Jungkook juga menaikkan selimut hingga menutupi sebagian tubuhnya.

Langkah Taehyung terdengar menjauh dari ruangan tidur mereka. Ia mengarah ke ruangan yang. . . gelap?

Namun berbeda saat lampu ruangan dinyalakan. Terdapat meja kerja penuh di tengah ruangan dengan laptop juga berkas-berkas penting. Setiap sisi ruangan terdapat rak buku. Taehyung menghampiri mejanya dan membuka laptop kerjanya.

-to be continued-

Beauty CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang