"Morning ayah!" sapa seorang gadis pada ayahnya yang tengah sarapan.
"Morning sayang, tumben udah rapi? Biasanya Fiki dateng aja masih tidur. Sekarang udah siap berangkat gini, ada apa?" tanya Anton dengan nada heran.
"Ayah, anaknya bangun pagi bukannya dipuji atau gimana. Ini malah ditumben-tumbenin, kalo kata Mbak Sus, numben-numbenin kegiatan seseorang nanti malah orang tadi nggak bakal ngelakuin kegiatan yang sama lagi loh," kata Lisa.
"Iya-iya maaf deh. Yaudah sini buruan sarapan," kata Anton.
"Fiki tumben belum kesini yah? Biasanya pagi-pagi udah ngganggu orang tidur. Lah ini Lisa udah rapi cantik gini, tapi orangnya belum nongol," kata Lisa setelah mendudukkan bokongnya di kursi sambil ayahnya.
"Paling seben--
"Assalamualaikum."
"Nah itu dateng," kata Anton setelah mendengar suara Fiki yang baru saja memasuki rumah.
"Wa'alaikumsallam," balas Anton dan Lisa bersamaan.
"Lah lo tumben udah rapi gini? Biasanya juga masih molor," kata Fiki yang baru saja datang dan menarik kursi untuk ia duduki.
"Kenapa pada numbenin sih??" kesal Lisa.
"Ya iya lah. Lo kan paling susah kalo disuruh bangun pagi," kata Fiki.
"Udah-udah. Mending kalian sarapan dulu, debatnya dilanjutin nanti lagi," kata Anton menengahi.
Mereka bertiga pun sarapan bersama tanpa adanya suara. Yang terdengar hanya suara sendok dan garpu yang bertabrakan dengan piring.
"Mau berangkat sekarang?" tanya Fiki.
"Masih pagi," balas Lisa.
"Ini tu udah jam setengah 7, Lisa mau berangkat jam berapa? Jam 9?" kata Fiki geram.
"Ya enggak lah, Lisa nggak mau kulit putih cecan jadi item gara-gara kelamaan dijemur di lapangan," kata Lisa dengan nada dramatis sehingga membuat Anton dan Fiki hanya geleng-geleng kepala.
"Lebay lo ah," kata Fiki.
"Yaudah berangkat sekarang aja," kata Lisa pasrah.
"Lisa berangkat sekolah dulu yah," kata Lisa berpamitan sambil mencium punggung tangan Anton.
"Hati-hati, semangat belajarnya ya," kata Anton lalu mengecup kening putrinya itu.
"Siap ayah!" balas Lisa lalu melenggang pergi.
"Fiki juga berangkat dulu yah. Assalamualaikum," kata Fiki lalu mencium punggung tangan milik Anton.
"Wa'alaikumsallam. Jangan ngebut-ngebut bawa mobilny, inget. Jagain Lisa," kata Anton.
"Siapp ayah!" balas Fiki lalu pergi menyusul Lisa yang sudah terlebih dahulu pergi.
"Lama banget sih? Ngocok arisan dulu ya?" tanya Lisa pada Fiki setelah ia memasuki mobil.
"Rapat dulu tadi," balas Fiki sekenanya lalu mengegas mobilnya menuju sekolahan.
"Rambutnya berantakan. Sini Fiki kepang aja," kata Fiki pada Lisa sebelum turun dari mobil.
"Emang bisa?" tanya Lisa.
"Bisa dong," balas Fiki.
"Sini dekatan dikit," kata Fiki lalu Lisa menggeser tubuhnya agar lebih dengan dengan Fiki dengan posisi Lisa membelakangi Fiki.
"Nah udah, gini kan bagus," kata Fiki menatap puas hasil kerjanya.
"Bagus nggak? Nanti jelak lagi," kata Lisa was-was.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book]
Teen Fiction•Story 2 of Erlangga• Sequel "About Love" ---------- Fiki to Lisa : "Lisa buruan bangun nanti kesiangan dapet hukuman kita." "Makannya di habisin biar badan lo nggak kaya tusuk gigi yang dikasih nyawa." "Pr nya dikerjain biar pinter." "Itu es krim n...