Lisa-15

2.4K 117 1
                                    

Hari ini, mungkin akan menjadi hari yang berbeda bagi pemuda tampan yang kini tengah berjalan gontai menuju kamar mandi. Tak biasanya dia malas untuk pergi ke sekolah, terlebih dijam-jam seperti sekarang ini, biasanya dia sudah berada dikamar gadis cantik untuk membangunkannya.

15 menit berlalu, pemuda itu sudah siap dengan penampilan awut-awutan. Tidak seperti biasanya, entah kenapa. Hari ini dia terlihat begitu berbeda.

"Morning Mah," sapa pemuda itu setelah menarik kursi makan.

"Morning sayang. Berantakan sekali kamu ini, mau sekolah apa mau tawuran?" omel perempuan paru baya setelah melihat penampilan anaknya itu. Fiki.

"Sekali-kali Mah," balas Fiki sembari mengoleskan selai di rotinya.

Mega, Mama Fiki hanya geleng-geleng kepala. "Tumben nyatai banget kamu, biasanya jam segini udah nggak dirumah," kata Mega.

"Sekali-kali Mah," balas Fiki acuh.

"Lagi ada masalah sama Lisa?" tanya Mega yang spontan membuat Fiki menghentikan kegiatannya.

"Nggak ada," balas Fiki yang kembali fokus ke kegiatannya.

"Cerita sama Mamah," kata Mega sambil menatap putra semata wayangnya itu.

"Nggak ada apa-apa Mah, Fiki baik-baik aja sama Lisa," kata Fiki berbohong.

"Masa? Yaudah nanti pulang sekolah ajak Lisa kesini ya, makan malam bareng. Papah nanti pulang," kata Mega.

"Ya diusahain deh ya Mah," kata Fiki lesu.

"Kamu itu pagi-pagi udah kaya nggak punya gairah hidup. Lesu banget, semangat dong," kata Mega.

"Semangat," kata Fiki loyo, Mega hanya geleng-geleng kepala saja. Ia tau jika anaknya sedang ada masalah dengan Lisa.

"Yaudah Mah, Fiki berangkat dulu," kata Fiki sambil mencium punggung tangan Mega.

"Hati-hati ya. Oh iya, ini kasih ke Lisa ya," balas Mega sambil menyodorkan kotak bekal pada Fiki.

"Ini apa Mah?" tanya Fiki.

"Kepo, yaudah sana berangkat. Keburu telat," balas Mega. Fiki hanya mendengus kesal mendengar jawaban Mamah-nya itu.

"Assalamu'alaikum," pamit Fiki.

"Wa'alaikumsallam."

Fiki lalu berjalan keluar rumah untuk segera berangkat ke sekolah dengan tenaga seadanya. Baru saja ia mengeluarkan motor dari garasi, dia sudah disuguhkan dengan pandangan dimana Febi yang tengah bercengkrama dengan Lisa.

Mereka terlihat begitu bahagia, Fiki hanya bisa melihatnya dengan senyuman getir kemudian ia langsung mengegas motornya melewati Lisa dan Febi begitu saja.

"Sayang?" panggil Febi saat mendapati Lisa yang tengah menatap punggung Fiki yang berlalu begitu saja tanpa menyapanya.

"Lis? Kamu kenapa sih? Pacar kamu itu sebenernya aku apa dia sih?" tanya Febi kesal.

"Maaf Kak, aku nggak bermaksud," kata Lisa dengan nada bersalah.

"Yaudah gapapa. Kita berangkat aja yuk? Keburu telat nanti," ajak Febi lembut sambil mengecup kening Lisa.

Terkesan plin plan memang, jika dibilang Febi termasuk orang yang terlalu over pada pasangannya. Apapun yang dia minta harus dituruti, seakan dia adalah majikan yang dengan senang hati menyuruh bawahannya.

"Pulang nanti aku nggak bisa anter Lis. Maaf ya," kata Febi sembari mengendarai mobilnya.

"Kenapa Kak?" tanya Lisa.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang