Brakkk!!
Pintu mobil tertutup secara kasar, Lisa memasang seatbelt-nya dengan wajah yang sedari tadi ia tekuk.
"Jangan terlalu sering menekuk mukamu seperti itu. Menurut para ahli banyak cemberut keriput cepat muncul dalam kata lain kau akan cepat tua," kata Fiki yang sudah duduk dikursi kemudi.
"Mana ada ahli yang bilang kaya gitu," kata Lisa tanpa menoleh kearah Fiki.
"Lisa, ayolah please percaya sama gue. Gue nggak pernah bohong kalo urusan kaya gituan, nggak mungkin gue langsung nuduh Febi kaya tadi kalo nggak tau kebenarannya," kata Fiki menatap Lisa dari samping.
Lisa diam, ia mencoba mencerna setiap perkataan yang Fiki katakan tadi. Ia sudah lama kenal Fiki dan benar, dia tidak pernah mengatakan hal yang belum pasti kebenarannya.
"Percaya sama gue," kata Fiki lembut.
Lisa menoleh kearah Fiki yang sedang menatapnya dengan tatapan sendu.
"Gue bakal berusaha, tapi lo bisa buat gue percaya sama lo?" kata Lisa.
Fiki langsung tersenyum lebar mendengar itu. "Gue bisa!" kata Fiki cepat.
Lisa sebenarnya juga takut jika apa yang dikatakan Fiki tentang Febi itu benar nyatanya. Jika benar, betapa bodohnya Lisa karena sudah mencintai seorang yang jelas-jelas sangat salah.
Fiki melajukan mobilnya dengan kecepatan normal selama perjalanan mereka hanya saling diam tanpa ada yang membuka suara. Entah karena rasa bersalah atau apa, intinya saat mulut ingin mengatakan sepatah kata saja rasanya sangat berat.
"Mau mampir dulu nggak?" tanya Fiki memecah keheningan.
"Pengen martabak," balas Lisa. Fiki hanya diam lalu kembali kesuasana awal.
Fiki menepikan mobilnya ditempat dimana pedagang martabak itu berada, menurut Fiki martabak disana tidak diragukan lagi tingkat ke-enakannya.
"Yuk turun," ajak Fiki lembut setelah membukakan pintu mobil untuk Lisa.
"Pengen yang coklat keju ya," kata Lisa dengan nada lembutnya.
Labil memang, baru saja tadi dia marah-marah, terus ngambek, sok serius, sekarang balik lagi ke manja. Untung Fiki sayang, coba kalo enggak, mungkin Lisa udah dilarung ke samudra.
"Ayah sekalian dibeliin nggak?" tanya Fiki.
"Nggak aja deh, ntar biar barengan sama Lisa," balas Lisa.
"Tumben, biasanya juga nggak mau bagi-bagi," kata Fiki dengan nada meledeknya.
"Yee sekarang mah udah tobat. Nggak pelit-pelit lagi," balas Lisa.
"Tobat tomat kamu mah," kata Fiki sambil mengacak rambut Lisa gemas.
"Mang, martabak dua ya," kata Fiki pada penjual martabak.
"Rasa apa Mas?" tanya Mamang tadi.
"Coklat keju satu sama yang spesial satu ya," kata Fiki yang dibalas anggukan dari penjual martabak tadi.
"Duduk dulu Mas," kata penjual tadi.
"Owh iya Mah, makasih," balas Fiki dengan tersenyum ramah.
"Kenapa nggak pesen yang rasa kacang aja?" tanya Lisa.
"Nggak pengen," balas Fiki.
"Percuma juga kalo pesen yang spesial tapi masih tetep aja dikacangin," kata Lisa hingga membuat pedagang martabak tadi terkekeh kecil.
"Suka-suka elah," balas Fiki.
"Mas sama Mbak-nya teh cocok pisan," kata penjual tadi hingga membuat Lisa dan Fiki saling pandang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book]
Teen Fiction•Story 2 of Erlangga• Sequel "About Love" ---------- Fiki to Lisa : "Lisa buruan bangun nanti kesiangan dapet hukuman kita." "Makannya di habisin biar badan lo nggak kaya tusuk gigi yang dikasih nyawa." "Pr nya dikerjain biar pinter." "Itu es krim n...