Lisa-8

2.6K 137 3
                                    

"FIKIII!!!! LISA PULANGG DENGAN SELAMAT SENTAOSAA MEMBAWA KABAR GEMBIRAA!!!" teriak gadis cantik yang baru saja memasuki rumah dengan suara menggelegarnya.

"Lisaa! Kamu bisa nggak sih, nggak usah teriak-teriak gitu?" tanya Fiki dengan kedua tangan yang masiih menutupi telinganya.

"Hehe, maaf deh," balas Lisa sambil memasang wajah cengengesan lalu duduk disamping Fiki yang sekarang tengah nonton tv lengkap dengan cemilan yang berada di pangkuannya.

"Kenapa cengingas cengingis aja? Takut gue liatnya," kata Fiki dengan tatapan horornya karena sedari tadi Lisa yang terus-terusan ketawa-ketiwi layaknya orang gila.

"Fiki tau nggak sih ta--

"Enggak," potong Fiki cepat.

"Makanya dengerin dulu. Main potong aja kek gunting kertas," kata Lisa sambil memanyunkan bibirnya.

"Lanjut," datar Fiki.

"Tadi kan Lisa diajak makan bareng Kak Febi kan," kata Lisa.

"Iya tau nggak usah dikasih tau," balas Febi datar.

"Fiki ishh," kesal Lisa.

"Yaudah iya. Terus kalian ngapain pas dinner tadi? Arisan? Bentuk anggota belajar? Apa pengumpulan suara untuk pemilihan ketua ibu-ibu PKK yang baru?" tanya Fiki ngasal.

"Ishh bukann... Tadi itu Kak Febi nembak Lisa," kata Lisa yang spontan langsung membuat Fiki tersedak makanannya.

"Minumm," kata Fiki sambil memegang tenggorokannya.

"Iya-iya bentar," kata Lisa panik lalu langsung beranjak dari duduknya untuk mengambilkan minuman untuk Fiki.

"Ini diminum, habisin, segelas-gelasnya sekalian kalo perlu," kata Lisa masih dengan nada paniknya.

"Pelan-pelan aja," kata Lisa karna melihat Fiki yang meminum minumannya dengan rakus hingga tandas.

"Gimana?" tanya Lisa.

"Udah," balas Fiki.

"Lagian lo lebay banget sih, gitu aja keselek," kata Lisa.

"Gue keselek bukan karena omongan lo itu ya, emang udah kodratnya keselek aja," elak Fiki.

"Semerdeka lo aja deh," kata Lisa.

"Terus gimana?" tanya Fiki.

"Gimana apanya?" balas Lisa polos.

"Ya lo terima enggak?" tanya Fiki.

"Terima dong," balas Lisa sambil cengar cengir.

"Oh," balas Fiki datar.

"Kok cuma 'oh' sih?" tanya Lisa sambil memasang wajah cemberut.

"La terus gue harus gimana? Salto? Jungkir balik? Kayang? Ogah," balas Fiki sambil memasukkan cemilan kedalam mulutnya.

"Ya diucapin selamat atau dikasih doa apa gimana gitu kek," kata Lisa.

"Yaudah deh iya, selamat ya Lisa. Yang baru jadian sama Babang Febi, doa gue yang baik-baik," kata Fiki dengan nada tidak ikhlas.

"Doa baiknya, semoga kalian cepet putus. Amiinnn," kata Fiki dalam hati.

Munafik memang, saat Fiki terlihat seolah ia tidak apa-apa, tapi nyatanya. Ia merasakan hatinya saat ini tengah hancur hanya karena orang yang dia sayang jadian dengan lelaki lain. Tapi apa boleh buat? Jika memang itu yang terbaik untuk Lisa, dan sudah menjadi pilihannya, Fiki bisa apa?

"Aminnnn.... Makasih deh ya Fik," kata Lisa lalu memeluk Fiki dari samping.

"Amin buat apaan?" tanya Fiki.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang