Selamat pagi para insomnia❤
Pass Al lagi bikin ini cerita, ditempatnya Al udah jam 02.15👀
Selamatt membaca yaa :D~~~~~
"LISAA!!!" teriak salah satu siswa perempuan berambut sebahu yang saat ini tengah berlari menghampiri Lisa dan Fiki yang baru saja turun dari mobil.
"Iya kenapa?" tanya Lisa kebingungan.
"Mending lo sekarang buruan ke lapangan deh," kata siswi tadi dengan nafas yang tersenggal-senggal.
"Emang ada apa di lapangan? Kalo nggak penting mending nggak usah," kata Fiki ketus sembari menarik lengan Lisa perlahan untuk segera pergi.
"Tunggu dong, ini penting banget astaga," kata siswi tadi yang kini tengah mengatakan dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Yaudah deh. Emm, Fik? Kita ke lapangan dulu aja ya?" tanya Lisa.
"Terserah kamu aja," balas Fiki.
Selepas putusnya Lisa dan Febi, Fiki menjadi lebih over dalam menjaga Lisa. Bahkan bisa dibilang jika sifat Fiki mulai menjerumus ke posessive. Namun hal itu tidak dipermasalahkan oleh Lisa, karena menurutnya itu masih wajar.
"Yaudah yuk?" ajak Lisa, lalu mereka bertiga berjalan menuju ke lapangan yang ternyata disana sudah berdiri banyak kerumunan siswa siswi yang mengerumuni salah satu siswa yang kini berada diantara banyaknya murid Erlangga.
"Ini ada apa sih? Kok rame gini? Lagi ada program sembako murah ya?" tanya Lisa dengan polosnya.
Siswi yang mengajak Lisa tadi menepuk jidatnya pelan, masih bisanya Lisa berfikir lemot seperti sekarang.
"Duhh nggak kelihatan lagi, emm... Misi dong dedek emesh mau liat nih," kata Lisa sembari menyempil diantar siswa-siswi yang lain.
Tubuh kecil Lisa kini telat berada dibarisan depan yang dapat membuatnya melihat dengan jelas apa yang menjadi sebab siswa-siswi berkumpul disini.
Nampaklah seorang pria yang tak asing bagi mata Lisa, pria yang ia cintai dan yang pernah singgah di hati.
Febi, lelaki bertubuh jangkung yang kini tengah memegang balon berwarna putih lengkap dengan setangkai bunga mawar biru.
"JADI, KALIAN TAU KENAPA GUE NGUMPULIN KALIAN SEMUA DISINI??" tanya Febi sembari berteriak kencang agar dapat terdengar.
"Gue mau ngomong suatu hal sama cewek yang gue suka," katanya lagi.
Lisa hanya dapat diam menatap lurus kearah Febi yang kini ia juga sedang menatap lekat Lisa.
Febi berjalan mendekat kearah Lisa dengan masih setia membawa bunga serta balon yang memenuhi kedua tangannya.
Senyum yang tak pernah pudar dari wajahnya yang selalu ia tampilkan untuk Lisa. Terpancar rasa bersalah disana, namun tak mengurangi kadar ketampanan yang dimiliki Febi.
"Lis?" panggil Febi dengan nada pelan namun masih dapat terdengar.
Lisa hanya diam tak menjawab, lalu Febi menarik lembut lengan Lisa untuk berada ditengah-tengah kerumunan.
"Maafin gue yang tempo hari udah nyakitin hati lo. Maaf juga karena gue udah ngatain lo yang enggak-enggak, gue tau kalo gue nggak seharusnya ngomong kaya gitu. Gue kebawa emosi karena gue cemburu liat lo sama Fiki deket sampe segitunya. Soal status gue, sorry.. Gue juga terpaksa ngomong kaya gitu, gue nggak kaya yang lo kira. Semua itu karena gue nggak bisa ngontrol emosi gue, semua spontan keluar gitu aja," kata Febi yang entah sejak kapan sudah memegang kedua tangan putih Lisa.
"Gue cinta sama lo, gue sayang. Gue nggak bisa kalo gue harus ngakhirin hubungan ini hanya karena hal yang nggak masuk akal, lo boleh ketawain gue. Boleh lo ngata-ngatain gue. Tapi gue cuma mau tanya, mau nggak balikan sama gue?"
Degg!
Dunia Lisa seakan langsung berhenti seketika saat mendengar apa yang Febi katakan. Dia senang karena ternyata Febi juga masih belum bisa melupakannya. Namun Lisa juga sedih, sedih jika ia harus mengulang hal pahit untuk yang kedua kalinya.
"Gue takut lo bakal ngelakuin hal yang sama ke gue," kata Lisa dengan nada pelannya.
"Gue janji nggak bakalan ngelakuin hal kaya gitu lagi ke elo, apalagi hal yang bisa bikin lo sakit hati," kata Febi.
"Jadi gimana?" tanyanya.
"Gue mau," balas Lisa yang diakhiri dengan suara tepuk tangan dari para penonton bayaran.
"Woyy!! Jangan lupa PB-nya," kata salah satu siswa disana.
"PB apaan sih?" tanya Lisa bingung.
"Pajak balikan sayang," balas Febi sambil tersenyum hangat lalu memeluk Lisa dengan erat.
Cieee-cieee!!
Tanpa mereka sadari, ada sepasang mata yang tengah menatap keduanya dengan tatapan datarnya. Ia merasa sangat sesak dihati, tembus ke paru-paru, nyenggol ginjal, lalu nabrak empedu. Sakitnya berlipet-lipet.
"Yaudah yuk gue anter ke kelas?" ajak Febi yang hanya dibalas anggukan dari Lisa.
Seketika kerumunan pun bubar dengan sendirinya bersamaan dengan perginya Lisa dan Febi dari lapangan.
Disatu sisi. Saat ini Fiki tengah berada di rooftop, dengan menghisap asap rokok untuk yang pertama kalinya.
"Uhukk.. Uhukkk!" pantas jika Fiki terbatuk begitu menghisap asap rokok karena memang ini kali pertama ia menghisap benda itu.
Persetan dengan hukuman, ia saat ini hanya ingin menenangkan fikirannya dengan salah satu mencoba benda asing yang sering teman-teman Fiki tawarkan padanya.
"Kok lo bodoh banget sih Lis. Masih mau-maunya balikan sama laki-laki brengsek kaya dia," kata Fiki sembari memejamkan matanya menikmati angin pagi.
"Gue kurang apa sih Lis sama lo?" tanyanya pada angin.
"Ganteng juga gue," katanya dengan tatapan sendu.
"Gue itu pengen banget punya pacar selain elo, gue pengen punya pacar yang nggak harus elo. Gue juga pengen suka sama orang lain selain elo, nggak harus semua tentang elo. Gue jadi kaya orang gila kalo gini terus Lisa!" kata Fiki sambil membuang putung rokok yang masih setengah itu. Diacaknya rambut Fiki dengan frustasi.
"AKHHHHHH!!!" teriaknya dari atas ketinggian.
"Gue harus bisa lupain lo," kata Fiki bergumam pada dirinya sendiri.
Fiki lalu berjalan meninggalkan rooftop untuk pergi ke kelas. Terserah ia bakal dapat hukuman nanti. Yang terpenting hati ia tak sehancur tadi.
Fiki menyusuri sepanjang koridor hingga tanpa sengaja ia berpapasan dengan Lisa yang tengah membawa beberapa tumpukan kertas.
Baik Fiki maupun Lisa, mereka berhenti hingga tatapan mereka saling bertemu namun 2 menit setelahnya. Fiki langsung berlalu begitu saja tanpa mengucapkan sepatah katapun pada Lisa.
"Fiki kenapa sih? Aneh banget," katanya pelan setelah menatap punggung Fiki.
Lisa hanya acuh kemudian kembali melanjutkan perjalanannya menuju ruang guru.
"Fiki? Darimana saja kamu?" tanya seorang guru yang tengah mengajar dikelas Fiki. Fiki tak menjawab dan lebih memilih untuk segera menuju ke bangkunya.
"Fiki!! Saya ini bicara sama kamu!!" kata guru tadi dengan nada yang mulai naik satu oktaf.
"Saya tau," balas Fiki acuh.
"Kesini kamu," kata guru tadi. Dengan sangat terpaksa, Fiki lalu maju ke depan dengan tatapan datarnya.
"Paan?" tanyanya dengan nada seenaknya.
"Kamu ini ya, udah mau kelas 12 tapi kelakuan masih aja kaya anak kelas 2 SMP, coba deh jangan bikin ulah satu hari aja gitu kamu nggak bisa? Kenapa kamu nggak kaya Li--
"Fiki!! Mau kemana kamu!! Ibu belum selesai bicara!!" teriak guru tadi karena pasalnya, Fiki langsung pergi begitu saja saat guru tadi mengomelinya hingga akan membandingkannya dengan Lisa.
Tbc!!!
Selesai nulis jam 08.19😂pasalnya semalem Al itu ketiduran yaudah baru bisa ngelanjutin pagi ini...
Betwe selamat hari paskah buat para readers yang merayakann😇
Jangan lupa vote dan comment yhaa :)Warning!!!
Typo dimana-mana!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book]
Teen Fiction•Story 2 of Erlangga• Sequel "About Love" ---------- Fiki to Lisa : "Lisa buruan bangun nanti kesiangan dapet hukuman kita." "Makannya di habisin biar badan lo nggak kaya tusuk gigi yang dikasih nyawa." "Pr nya dikerjain biar pinter." "Itu es krim n...