"Assalamualaikum!!" pekik Lisa begitu ia memasuki rumah. Wajah berseri-seri dengan senyum yang selalu melekat diwajahnya tak pernah pudar sedari tadi.
"Wa'alaikumsallam, darimana aja kamu?" balas Anton yang sedang duduk di ruang keluarga.
"Eh Ayah... Udah pulang?" tanya Lisa sembari berjalan kearah Anton.
"Ayah tanya kamu darimana?" tanya Anton dengan tatapan yang kurang bersahabat.
"Tadi Lisa mampir makan di luar dulu Yah," balas Lisa yang sudah mulai ketakutan.
"Sama siapa?" tanya Anton.
"Sama.. Sama anu Yah, emm..." balas Lisa bingung.
"Sama siapa Lisa?!" tanya Anton dengan nada yang naik satu oktaf.
"Sama Kak Febi Yah," balas Lisa dengan menundukkan kepalanya.
Anton mengusap wajahnya kasar, entah kenapa setelah Fiki menceritakan semua tentang Febi. Anton menjadi sangat khawatir bila Lisa belum pulang tepat waktu, terlebih bukan dengan Fiki.
"Jangan sampai Ayah tau kalo kamu masih berhubungan sama Febi. Ayah nggak akan segan-segan pindahin kamu," kata Anton yang sontak membuat Lisa merasa sesak di dadanya.
"Ayah kenapa sih? Ayah nggak harus ngatur-ngatur Lisa. Lisa udah besar Yah," balas Lisa.
"Kamu itu anak satu-satunya Ayah," kata Anton.
"Bukan berarti Lisa anak satu-satunya. Terus Ayah harus ngekang Lisa dan ngelarang Lisa buat deket sama siapa aja?" kata Lisa dengan semangat menggebu-gebu.
"Kamu ini ya," geram Anton yang sudah hampir melayangkan tamparan di pipi Lisa, namun tangannya dicekal oleh Fiki yang baru saja masuk ke rumah.
"Ayah mau ngapain?" tanya Fiki datar.
Lisa yang merasakan jika ia tak kunjung mendapatkan tamparan dari sang Ayah, ia lalu membuka matanya untuk melihat situasi.
"Kenapa nggak jadi ditampar? Tampar Lisa Yah, tampar!" pekik Lisa lalu sedetik setelahnya ia langsung berlari menuju kamarnya dengan air mata yang sudah berderai.
Anton mengusap wajahnya secara kasar, bagaimana bisa ia tadi hampir saja ingin menampar putri kecilnya. Ayah macam apa Anton? Bahkan jika Leya mengetahui, mungkin ia akan marah pada Anton.
"Ayah kenapa tadi? Kenapa hampir nampar Lisa?" tanya Fiki masih dengan tatapan datarnya.
"Ayah kebawa suasana. Karena baru ini kali pertama Lisa ngebantah ucapan Ayah," kata Anton dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Lisa balikan sama Febi," balas Fiki.
"Balikan?" tanya Anton. Fiki hanya mengangguk sebagai jawaban.
Memang apapun yang berkaitan dengan Lisa akan Fiki ceritakan pada Anton meskipun dari hal sederhana, ia begitu karena Anton sendiri yang memintanya.
"Maaf nggak bisa jagain Lisa," kata Fiki dengan nada lirih.
"Maksud kamu apa Nak?" tanya Anton.
"Lisa jadi ngebantah omongan Ayah gara-gara Fiki yang nggak bisa ngejaga pergaulan Lisa," kata Fiki.
"Nggak papa, bukan salah kamu. Cinta juga datang tanpa mengenal siapa orangnya, tempat, dan waktunya," balas Anton sambil tersenyum kala mengingat kisah cintanya dulu bersama mendiang istrinya. Aleya.
"Fiki punya rencana, tadi niatannya Fiki kesini mau numpang makan sama sekalian mau ngasih tau rencana Fiki ini," kata Fiki.
"Rencana apa maksudnya?" tanya Anton sembari menggiring Fiki untuk duduk disofa ruang keluarga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book]
Teen Fiction•Story 2 of Erlangga• Sequel "About Love" ---------- Fiki to Lisa : "Lisa buruan bangun nanti kesiangan dapet hukuman kita." "Makannya di habisin biar badan lo nggak kaya tusuk gigi yang dikasih nyawa." "Pr nya dikerjain biar pinter." "Itu es krim n...