Lisa-14

2.5K 122 3
                                    

"Jika aku belum diperbolehkan untuk memiliki,
Setidaknya ijinkan aku untuk menjagamu
sepenuh hati,"

•Fiki•


Malam pun tiba, tak terasa waktu berlalu begitu cepat menurut Lisa. Saat ini, ia tengah bersiap-siap untuk acara malam ini. Acara dimana ayahnya akan mengobrol bareng Febi.

Kesenangan begitu datang tanpa henti. Senyum manis tak pernah luput dari wajahnya, tak henti-hentinya ia membayangkan bagaimana nanti Anton akan merestui hubungannya dengan Febi, hingga suara bariton dari ambang pintu kamar membuyarkan lamunan Lisa. Siapa lagi kalo bukan Fiki.

"Unyil laknat! Buruan turun. Noh pangeran kegelapan lo udah dateng," kata Fiki malas.

"Masa? Bentar aku make gincu dulu oke, kamu duluan aja. Nggak lama kok, sejaman aja paling," kata Lisa sambil mengoleskan lipstik berwarna nude ke bibir mungilnya.

"Udah buruan napa sih. Dandan nggak dandan muka lo nggak berubah juga si, idung juga tetep minjlep gitu," balas Fiki lalu melenggang pergi meninggalkan Lisa.

Lisa memajukan bibirnya karena kesal, dengan sesekali ia menyumpah serapahi Fiki. Terkadang Lisa tak habis fikir, bisa-bisanya dia punya teman laknat kaya Fiki.

🍴🍴🍴🍴🍴

Dentuman sendok dan garpu yang saling bertabrakan, menjadi sebuah Melody dalam acara makan malam ini. Bisa Lisa akui jika suasananya begitu canggung.

"Jadi, udah berapa lama kamu pacaran sama Lisa?" tanya Anton yang mulai memecah keheningan.

"Belum lama kok om," balas Febi.

"Kenapa mau sama Lisa?" tanya Anton dingin.

"Lisa itu baik om, dia juga beda dari yang lain. Saya suka senyuman dia," balas Febi sambil melirik kearah Lisa sebentar.

"Kenapa suka senyuman? Senyuman itu banyak bohongnya," timbrung Fiki sambil memasukkan makanan ke dalam mulutnya.

"Nggak karena hartanya Lisa?" tanya Anton.

"Sama sekali enggak om, saya mencintai Lisa tulus dari hati. Tanpa melihat segi harta maupun fisik yang Lisa punya. Semua kekurangan dan kelebihan yang Lisa punya udah Febi terima sepenuhnya," balas Febi sambil tersenyum.

"Alah gigi lo itu tulus!" sebal Fiki dalam hati.

"Om masih kurang percaya sama kamu, gimana dong?" tanya Anton.

"Nggak papa kok om, lagian saya juga baru aja dateng ke kehidupannya Lisa. Jadi ya wajar kalo saya terkesan masih kaya orang asing," balas Febi dengan nada sopan yang menurut Fiki itu sangat lah menjijikkan.

"Ya iya lah, coba nggak ada lo. Mungkin Lisa bukan cuma sekedar jadi pacar gue, tapi udah jadi bini gue," tak henti-hentinya Fiki melontarkan kekesalannya terhadap perkataan Febi namun itu semua cukup lewat batin tidak perlu diungkapkan langsung. Bukan berarti Fiki pengecut, namun ia hanya tak mau Lisa dan Anton mengira yang tidak-tidak terhadapnya.

"Tapi kalo kamu bisa jagain Lisa sepenuh hati. Om bakal restuin hubungan kalian berdua. Apapun yang buat Lisa bahagia, asal jangan sesekali nyakitin hati Lisa. Kalo sampai saya tau itu, malapetaka akan tiba bukan hanya di kamu, tapi juga dengan keluarga kamu," kata Anton dengan nada seriusnya.

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang