Lisa-30

2.6K 102 8
                                    

"Lo apa-apaan sih tadi. Maksud lo apaan ngomong kalo gue sama lo jadian? Lo nggak kasian apa sama raut muka Lisa tadi? Kesepakatan awal kan nggak kaya gini."

Saat ini, Keke dan Fiki tengah berada di salah satu taman yang berada di dekat ruang rapat OSIS. Taman yang bisa terbilang cukup luas itu. Namun sangat jarang ada yang mengunjungi taman ini.

"Gue terpaksa," balas Fiki datar.

"Ya harusnya tadi lo nggak ngomong kaya gitu. Gue jadi nggak enak sama Lisa," kata Keke.

"Udah sih gapapa. Lagian gue kan minta tolong lo buat bikin Lisa cemburu," kata Fiki.

"Cemburu sih iya. Tapi dia sampe mau nangis gitu. Lo tega apa liat Lisa kaya tadi?" tanya Keke dengan emosi yang masih memuncak.

"Ya kasian lah," balas Fiki namun masih dengan tatapan datarnya.

"Kalo lo kasian kenapa lo malah ngomong kaya gitu? Lo mikir nggak sih apa resiko yang bakal terjadi nanti? Tadi itu posisi banyak anak-anak yang denger. Dan gue yakin pasti setelah ini bakal jadi trending topic, dan gue nggak mau kalo harus jadi bahan omongan anak-anak," kata Keke.

"Lo ngomong pelan-pelan aja gitu bisa nggak sih? Dan nggak usah sampe ngegas gitu," kata Fiki sembari melipat tangannya di depan dada.

"Ya sorry, gue kebawa emosi," kata Keke.

"Lo emosi karena apaan?" tanya Fiki.

"Ya karena lo tadi itu. Ngapain ngomong kaya gitu sama Lisa," balas Keke.

"Udah sih. Gitu aja dipermasalahin, heran gue," kata Fiki.

"Kok jadi lo yang ngegas sih?" tanya Keke.

"Lo yang mulai," balas Fiki dengan tatapan datarnya.

"Udah lah. Males gue ngurusin lo," kata Keke.

"Gue juga males ngadepin lo," balas Fiki.

"Eh bentar deh Fik. Gue mau tanya dong, lo masih sayang nggak sih sama Lisa?" tanya Keke.

"Masih," balas Fiki.

"Masih cinta dong berarti?" tanya Keke.

"Ya masih lah bego," balas Fiki.

"Kalo misal nanti Lisa lebih milih Febi. Lo gimana?" tanya Keke.

"Ya nggak gimana-gimana. Gue siapanya? Nggak berhak buat ngatur-ngatur dia," kata Fiki dengan pandangan lurus kedepan.

"Tapi kan cinta kudu diperjuangin," kata Keke.

"Nggak selamanya yang berjuang akan tetap berjuang. Ada juga rasa lelahnya. Lelah kalo perjuangan itu nggak dihargain," balas Fiki.

"Jadi kalo saat ini lo berjuang terus suatu saat lo dapetin Lisa. Kalo lo udah gitu, lo bakal berhenti berjuang gitu?" tanya Keke.

"Ya itu tergantung. Kalo Lisa mau gue ajak berjuang bareng. Ya ayok, tapi kalo nggak mau. Gue bakal tetep berjuang sendiri sampe hati gue ngerasa lelah," balas Fiki yang membuat Keke terkagum-kagum akan jawaban yang Fiki berikan.

"Rasanya jatuh cinta itu gimana sih Fik?" Fiki menoleh, menatap tak percaya pada Keke. Keke cantik, namun apa dia tidak pernah merasakan sedikitpun yang rasanya jatuh cinta?

"Yang namanya jatuh ya udah pasti sakit," balas Fiki dengan tersenyum hambar.

Keke menautkan kedua alisnya bingung. "Maksudnya?" tanya Keke.

"Ya dari manapun, dari dulu. Kalo yang namanya jatuh ya udah pasti sakit. Jadi salah kalo ada orang yang ngomong kalo jatuh cinta itu indah. Pernah nggak sih lo liat ada orang yang lagi jatuh terus langsung jingkrak-jingkrak sambil ngomong 'yee alhamdulillah aku jatuh?' yang ada pada ngerintih sakit kan?" balas Fiki panjang lebar.

"Ya iya juga sih. Tapi kan ada yang bahagia-bahagia aja tuh kalo jatuh cinta, bahkan ada yang langgeng sampe bertahun-tahun," kata Keke.

"Tergantung orangnya," balas Fiki singkat.

"Lo kalo ngomong langsung dijelasin gitu nggak bisa? Kenapa harus belipet-lipet sih?" kesal Keke.

"Lo nya aja yang nggak peka," kata Fiki.

"Bodo lah. Bingung gue ngomong sama lo, pake bahasa alien semua," kata Keke yang langsung beranjak meninggalkan Fiki.

Disebuah gudang belakang sekolah. Terdapat beberapa siswa laki-laki yang tengah merokok disana. Yang salah satu diantara mereka adalah Febi.

"Gimana hubungan lo sama Lisa?" tanya Wahid salah satu teman Febi.

"Ya gitu-gitu aja. Nggak ada yang menarik, gue aja udah bosen banget sebenernya sama dia. Kalo nggak karena duitnya, gue juga ogah kali pacaran sama dia," balas Febi sembari mengebulkan asap rokok keudara.

"Wahh gilak lo Feb. Cewek sebaik Lisa lo giniin, dapet karma baru tau rasa lo," kata Zidan. Teman satunya.

"Ya kalo lo kasian. Yaudah sana lo pacarin," balas Febi.

"Tapi gue liat lo sekarang udah nggak sedeket kemaren-kemaren deh," kata Wahid.

"Duit gue masih banyak, lagian pacar gue juga bukan cuma dia. Jadi ya duit nggak cuma dari dia," kata Febi.

"Pacar lo berapa sih? Gilak sih lo. Anak mana aja? Emang Lisa nggak tau?" pertanyaan bertubi-tubi Wahid lontarkan pada Febi.

"Lo kepo banget sih? Yang pasti semua doi gue beda sekolahan semua. Jadinya aman nggak bakal ada yang tau," balas Febi.

"Sumpah. Gue rasa otak lo udah lebih rusak dari otaknya orang gila," kata Zidan.

"Gue nggak peduli. Gue nggak ngurus. Kalian tau? Gue lebih seneng kaya gini. Ketimbang setia. Cihh, apaan. Pacar itu-itu mulu. Nyari pacar tu ya lebih dari satu," kata Febi.

"Biar kalo bosen bisa langsung ganti yang lain," lanjutnya.

Please buat para cowok-cowok jangan jadi kaya Febi okee~ Author.

"Kalo Lisa tau gimana?" tanya Wahid.

"Yaudah. Mau diapain?" balas Febi santai.

"Kalo dia ngajakin lo putus?" tanya Zidan.

"Tanpa diajakin gue juga bakal mutusin dia. Tunggu aja," balas Febi dengan smirk-nya.

"Yang kaya gitu nggak bakal bisa seneng Feb," kata Zidan.

"Siapa bilang? Buktinya sekarang gue bisa seneng kan?" tanya Febi.

"Kepala lo terbuat dari batu ya? Keras banget," kata Wahid.

"Lo nggak takut apa? Dikeluarin dari sekolahan ini?" tanya Zidan.

"Kenapa harus takut? Sekolahan nggak cuma disini," balas Febi yang kemudian membuang putung rokoknya, bersamaan dengan beranjaknya dari posisinya. Pergi meninggalkan kedua temannya yang masih saling tatap.

"Menurut lo? Febi masih waras nggak sih?" tanya Zidan.

"Dia itu udah kaya pohon pisang. Punya jantung tapi nggak punya hati," lanjutnya.

"Udah lah. Ntar kalo misal dia udah kena karma baru bisa sadar. Lagian gue juga kasian sama Lisa, cuma dimanfaatin sama Febi. Ditambah sekarang si Fiki udah nggak deket lagi sama dia," balas Wahid.

"Nggak kebayang gue kalo jadi Lisa," kata Zidan.

"Ya jangan dibayangin lah. Lo cowok dia cewek, ya nggak bakalan bisa," kata Wahid sembari menonyor kepala Zidan bersamaan dengan dilangkahkannya kakinya untuk meninggalkan gudang.

"Woy anak keledai! Tungguin elah," kata Zidan setengah teriak sembari berlari menyusul Wahid.






Tbc!!!
Jangan lupa vote dan comment yaa..
Tenang aja.. Masih jauh dari ending kok..
Maapin Al yang udah bikin Lisa menderita😂
Orang baik bahagianya belakangan kok, percaya deh😂😂

Warning!!
Typo dimana-mana!!

Lisa [Sudah Terbit dalam Bentuk E-Book] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang