[ 2 ]

2.4K 210 14
                                    

||PUTAR MULMEDNYA BIAR FEELNYA DAPAT||

Malam ini atas izin dari Jisung, Guanlin di perbolehkan pulang dan ia yang akan mengantarkan pulang. Padahal Guanlin sudah menolaknya beberapa kali, tetapi pria 28 tahun ini tidak membiarkan Guanlin begitu saja apalagi saat Jihoon bilang ia akan pulang duluan bersama Baejin karena Jisung belum memperbolehkan Guanlin sebelum pulih. Dan jadilah sekarang terlihat mereka berdua yang sedang bertengkar.

"Aish Hyung menyebalkan, tak ada bedanya dengan mereka," ujar Guanlin tanpa sengaja mempautkan bibirnya, dia terlihat menggemaskan rasanya inilah yang harus ia tunjukan pada teman sebayanya.
"Guanlin-ah jika kau tidak mau diantar, baiklah kembali masuk dan berbaringlah lagi di sini? Apa kau mau?" ancam Jisung, ia harus memanfaatkan waktu kosongnya ini untuk Guanlin adik kesayangannya.

"Ah Arraseo Hyung, asalkan kita mampir beli Es Krim dulu yah di toko milik Yehyun-hyung," tawarnya dengan kesan memelas.
"Bukankah itu akan memperparah keadaan Lin? Kau ingin Hyung sedih melihatmu seperti ini? Es Krim tidak baik, bagaimana jika Kue saja?" tawar balik Jisung.

"Aniya, aku sudah bosan dengan Kue."
"Arraseo arraseo, lebih baik beli daripada tidak sama sekali. Tetapi Hyung akan langsung mencairkannya agar aku tidak memakannya," ujar Jisung menggoda Guanlin. Mendengar hal itu Guanlin kembali mempautkan bibirnya dan kali ini sengaja, jemari Jisung bergerak mengusap pucuk kepala Guanlin dan setelah itu ia mencubit gemas pipi sang adik.
"Aish Hyung jangan berbuat baik padaku jika kau hanya mempermainkanku," gerutu Guanlin yang terlihat mengemaskan.

"Apakah kau tahu Lin? Kau sangat kiyowo, hyung sangat menyukai gayamu jika menggerutu. Hyung ingin membawamu pulang," ucap Jisung menatap manik polos Guanlin. Sepertinya ia ingin menggoda lagi.
"Hyung aku lelah, lebih cepat lebih baik." Buru-buru Guanlin mengalihkan pembicaraan. Bahkan ia sudah berjalan meninggalkan Jisung yang masih menatap punggung itu dengan sendu.

Di sisi lain tanpa Keluarga Lee lainnya yang sedang  makan malam di luar dan kali ini Daniel tidak bisa ikut karena tugas kuliahnya yang menumpuk. Mereka terlalu asik bercanda hingga mereka tidak menyadari wajah cemas Baejin yang sedari tadi terlihat gelisah.

Ia ingat, bagaimana terkejutnya saat Jihoon Kakaknya tiba-tiba ada di depan ruang rawat Guanlin dan langsung membawanya pergi begitu saja. Melihat Baejin, akhirnya Jihoon untuk memutuskan menepuk bahu Baejin pelan.

"Gwenchana Hyung sudah melihatnya, sekarang mungkin dia sudah di rumah," bisik Jihoon menenangkan Baejin. Seakan peka Minhyun pun segera menegur mereka.
"Ada apa Saeng? Mengapa kalian berbisik?" tanyanya penasaran.
"Aniya Hyung, aku baru ingat pr yang di suruh kerjakan Daniel-hyung belum sedikitpun kukerjakan," bohong Baejin.
"Bagaimana bisa kau tidak memberitahu hyung? Jika kau beritahu Hyung akan membatalkan acara ini," ucap Sungwoon yang sedari tadi memperhatikan mereka.

"Jihoon-hyung tanpa bertanya padaku, langsung pergi begitu saja, kan menyebalkan hyung dan juga tadi Daniel hyung akan memeriksanya jika aku pulang," jelas Baejin.
"Jinjja? Mengapa tidak bilang?"
"Tatapan hyung sangat mengerikan jadi aku mengangguk saja," jelas Baejin sembari mengedipkan mata kanannya, melihat itu Jihoon baru sadar jika Baejin sedang bersandiwara.
"Apa kita pulang saja?" usul Seongwu tiba-tiba.
"Baiklah, kajja!"

______________

APOLOGY
______________

Jam menunjukkan pukul 22.00 KST, Daniel baru saja membuka pintu mansion itu. Diam-diam ia menghubungi Taehyun untuk menanyakan Guanlin, kata Taehyun sekarang Guanlin bersama Jisung.

Saat Daniel menaiki tangga, samar-samar  ia mendengar suara kekehan dari kamar adik yang selalu ia kucilkan. Tampaknya Jisung menemani Guanlin hari ini. Entah mengapa Daniel penasaran dengan kamar itu, ia ingin melihat senyum sang adik diam-diam.

Sudah 12 tahun ia tak pernah melihatnya, sudah lama sejak kejadian itu di mana Guanlin kecil yang masih kecil, tak mengerti apa-apa di sangkut pautkan dengan kematian kedua orang tua mereka. Waktu itu Daniel terlalu kecil untuk menindak lanjut kasus itu, ia tak percaya dengan ini semua. Guanlin masih kecil dia tak mengetahui apa-apa tapi mengapa di salahkan?

Saat itu Daniel ingin memberi kehangatan untuk Guanlin tetapi Seongwu melarangnya, ia tak bisa membatah Hyung kesayangannya itu. Maka ia bersabar dan akhirnya tinggal satu langkah lagi agar ia wisuda dan menjalani rana hukum dan politik. Tahukah kalian semua ini demi Guanlin? Tetapi, sedikitpun Guanlin tak tahu bahkan semua Hyung dan Saengnya.

Terlalu asik memikirkan hal itu, ia di sadarkan dengan keheningan yang melanda keadaan kamar itu. Semakin dekat langkah itu menuju pintu, semakin cepat pula detak jantung Daniel berpacu.

"Kkkkkk Hyung geli eoh, aku akan mengadu dengan Dongho-hyung jika kau terus menjahiliku," ancam Guanlin terdengar menggemaskan.
"Aku tidak takut dengannya, dia itu juga kiyowo sepertimu. Hyung selalu melihat sisi berbeda dari kalian, di balik wajah dinginmu Lin kau itu menggemaskan sama seperti Dongho kalian tidak ada bedanya," jelas Jisung mengusap lembut kepala Guanlin dan juga pipi tirusnya.
"Teruslah sehat dan berada di sisi hyung, jangan pergi seperti Dongho! Tak tahukah Kau Lin kalau Hyung setiap hari merindukan senyum gusi menampilkan kesan umurmu yang sebenarnya," tambahnya lagi. Guanlin masih diam tapi ia menyimak semua perkataan Jisung dan sesekali tersenyum saat merasakan usapan yang cukup nyaman.

"Sering-seringlah kemari hyung! Temani adik menggemaskanmu ini jika sedang lelah dan jangan biarkan dia lemah hyung!"

"Aku mendengarnya Lin, maka dari itu jangan lakukan lagi. Jangan lakukan di depan Jihoon atau Baejin, biar aku saja jangan yang lainnya. Aku siap,"  batin Daniel yang mendengarnya.

"Arraseo, hyung akan menginap di sini dan jangan melarangku jika kau ingin cepat sembuh," ucap Jisung memerintah.
"Hyung bisa peluk aku!" Bukannya mengelak ia malah meminta dan Jisung menyukainya. Dan ia sedikit menggeser tubuh besar Guanlin dan segera berbaring di sampingnya mengusap rambut, beralih ke pipi dan membisikkan kata-kata lembut untuk menenangkan pikirannya dan terakhir seperti yang diinginkan Guanlin, Jisung memeluknya sangat erat.

"Hyung jika kau bisa membuatku tertidur aku akan menepati janjiku," ucap Guanlin lagi.
"Baiklah, tidurlah Saeng! Hyung sangat merasa nyaman memeluk tubuhmu."
"Hiks ... Hiks ... aku yang merasa nyaman Hyung," lirih Guanlin dan Jisung mendengarnya.
"Jangan menangis bayi besarku! Cepat lupakan dan tidur Hyung juga lelah dan besok pagi hyung akan membantumu membuatkan sarapan sekaligus mengantarmu, arrachi?" Lagi dan lagi Jisung tidak pernah kehabisan kata-kata untuk menenangkan sang Adik.

Selang beberapa menit tidak ada lagi suara yang Guanlin keluarkan, mengetahuinya Jisung segera bangkit dan menyelimuti Guanlin sampai dada, mengusap lagi surai hitamnya dan menperbaiki poninya yang sudah panjang. Kaki Jisung di gerakan keluar kamar, ia haus dan sekalian jika bertemu anggota keluarga Lee ia akan meminta izin.

Jisung memutar knop pintu perlahan agar Guanlin tidak terganggu. Setelah terbuka pupilnya melebar seketika.

"Daniel?"



TBC

[END] Apology For Guanlin ||미안해Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang