Tiga

1.4K 90 1
                                    

Maaf terlambat..

******************

Pagi telah tiba, mentari telah menyapa dunia dengan sinarnya yang mulai menghangatkan suasana. Di sebuah kamar yang bernuansa biru muda, dua cowok mulai terbangun dari tidurnya. Namun tidak dengan cowok tampan yang masih terlelap di atas ranjangnya.

"Woy, Nyet!! Bangunin tuh si Boss. Udah jam setengah tujuh, ntar telat ke sekolah." Alvian mendorong Rino. Namun dengan sigap Rino bertahan agar tidak mendekati Arkana.

"Ehh, Kunyuk!! Loe mau bunuh gue atau apa? Udah tau si Bos kalo dibangunin bakalan marah. Yang ada kita dihajar habis-habisan. Mau loe?!" Rino menoyor kepala Alvian. Tak terima Alvian menoyor balik kepala Rino.

"Kalo nggak wajib isi absen di BK, mending gue bolos. Semua tu gara-gara loe. Bego banget sih loe. Bolos pake acara ketahuan sama pak Reza. Dasar monyet bego!!"

"Eh, sialan loe!!"

Rino mendorong tubuh Alvian, karna tubuhnya yang lebih kecil Alvian pun terjatuh di ranjang menimpa tubuh Arkana yang masih berbaring di ranjang.

"AAARGH!!" Arkana mengerang cukup keras karena tubuh Alvian yang menindihnya mengenai luka di tangannya.

"Kurang ajar loe!! Kalo sampe si Boss marah, loe mesti tanggung jawab." Alvian segera bangkit dan menoyor kepala Rino.

"Kok gue? Kan loe yang nindihin Boss, jadi loe yang tanggung jawab."

Rino kembali menoyor kepala Alvian. Begitu seterusnya, hingga mereka tak menganggap Arkana yang sudah berdiri memegang tangannya yang di perban.

"WOY!!" sentak Arkana keras, membuat duo gila itu diam terpaku. "Brengsek kalian!! Pagi-pagi udah bikin orang naik darah, mau ngerasain tangan gue?"

Arkana sudah mengangkat tangannya bersiap untuk memukul kedua sahabatnya itu. Namun Rino menahannya.

"Kalem Boss. Kalem." Rino mengelus-elus tangan Arkana.

"Kalem Boss. Ini salah kunyuk satu nih." Alvian menunjuk Rino.

"Kok loe jadi nyalahin gue? kan itu salah loe?" Rino memegang tangan Alvian, lalu mendorong bahu Alvian. Tak terima, Alvian pun membalasnya.

"WOY!! Bisa diem nggak!!" Arkana kembali berteriak sambil memisahkan kedua sahabatnya dengan menarik kerah dari belakang.

"Hehe.. Sorry, Boss.. Abisnya ini bocah ngeselin banget. Masak dia yang salah, gue yang disalahin." Adu Rino pada Arkana.

"Nah, gue nindihin Boss kan juga gara-gara loe, Cunguk!!" Alvian menginjak kaki Rino yang tanpa dia sadari kalau itu adalah kaki Arkana.

"Awwsh!! Dasar Cecunguk bego!!" Arkana mendorong kedua sahabatnya hingga tersungkur. Lalu, tanpa memperdulikan Rino dan Alvian yang meringis sakit, dia masuk ke kamar mandi dengan kaki pincang.

"Loe sih!!" Tunjuk Rino pada Alvian.

"Kok gue? Loe tuh!!" Alvian pun balik menunjuk Rino.

Keduanya terus saja saling menyalahkan hingga kamar Arkana menjadi ramai. Meski hanya berdua suara keduanya yang keras mampu membuat rumah besar itu menjadi berisik.

"KALIAN BISA DIEM NGGAK?!!" Teriak Arkana dari kamar mandi.

Mendengar teriakan Arkana, keduanya langsung terdiam saling menatap. Ketakutan merasuk dalam jiwa mereka. Suasana pun kembali sunyi seketika.

***************

Sampai di sekolah, Arkana beserta 2 cunguk sahabatnya masuk ke kantin. mereka menghampiri sebuah meja yang ada seorang pemuda tampan, namun terkesan cupu bersama seorang gadis. Biasanya setiap kali mereka menghampiri sebuah meja, siapapun yang duduk disana akan pergi namun tidak dengan kali ini.

"Udah, Ngga. Nggak usah pergi. Kita kan udah duduk disini duluan. Lagian masih banyak meja yang kosong." Cegah gadis itu pada temannya yang dipanggilnya Ngga, "Angga".

"Tapi, mereka kan..." Kalimat Angga sudah terpotong oleh ucapan Dania, gadis cantik yang suka mengganggu Arkana.

"Mereka apa? Mereka cuma cowok-cowok yang suka berantem nggak jelas. Suka bikin onar. Nggak penting mikirin orang kayak mereka. Buang-buang waktu!!" Dindir Dania sehingga dia mendapatkan lirikan tajam dari Arkana. Apa yang dikatakannya barusan membuat Rino dan Alvian geram.

BRAKK.. Rino menggebrak meja sangat keras. Dania bangun dari duduknya dan menatap tajam Rino yang kini ada di hadapannya. Sedangkan Arkana hanya menatap mereka tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang