Lima Belas

1.4K 107 9
                                    

Perlahan Arkana mulai merenggangkan pelukannya, namun Ardian tak gentar. Dia terus mengeratkan pelukannya pada Arkana. Akhirnya Arkana pun pasrah kembali memeluk Ardian.

Sambil kembali menyandarkan kembali kepalanya di bahu Ardian, Arkana bertanya, "Bang, kenapa lo ngelakuin ini?"

"Ngelakuin apa lagi?"

"Kenapa lo ngelindungin gue? Kenapa lo yang harus terluka?" Tanya Arkana.

"Lo aneh deh, Ar. Lo sendiri tahu alasan kenapa gue ngelindungin lo? Kenapa pake tanya?"

"Karena gue adik loe? Jadi lo ngerasa bersalah kalo nggak ngelindungin gue?"

"Kok lo bilangnya gitu sih? Gue ngelakuin itu karena gue sayang sama lo, Ar. Lo adik gue, jadi itu udah kewajiban gue buat jagain lo."

"Trus kalo gue bukan adik lo? Kalo gue nggak ada hubungan darah apapun sama lo? Apa lo tetap akan ngelindungin gue? Apa lo tetap akan sayang sama gue?"

"Bicara lo makin aneh, Ar. Nggak usah bicara yang nggak-nggak deh."

"Gue tanya, kalo gue bukan adik lo apa lo bakalan tetep ngelindungin gue?"

Pertanyaan yang terbilang mendadak itu membuat Ardian terdiam. Dia hanya melepas pelukan adiknya itu, lalu menatap kedua mata Arkana yang terlihat sembab. Namun, pandangan Arkana itu seakan menuntutnya untuk segera menjawab pertanyaannya.

Setelah sekian lama diam, Ardian pun akhirnya mengeluarkan suaranya, "Gue nggak tahu, tapi yang jelas sekarang lo adalah adik gue. Lo adalah orang yang gue sayang. Dan lo adalah orang harus selalu gue lindungi."

"Tapi gue nggak mau lo ngelindungin gue lagi."

Kedua mata Ardian membelalak mendengar ucapan Arkana, "Maksud lo?"

"Gue bilang gue nggak mau lo ngelindungin gue lagi. Maksudnya udah jelas kan?"

"Sekalipun lo larang gue buat lindungin lo, gue bakalan tetep ngelindungin lo."

"Lo egois!!" Sentak Arkana sembari melepas tangannya yang memegang tangan Ardian. Dia berdiri menatao tajam ke arah Ardian.

Ardian pun semakin bingung dengan reaksi Arkana, "Tadi lo bilang lo nggak mau gue ngelindungin lo. Sekarang lo bilang gue egois gara-gara mau ngelindungin lo. Maksud lo apaan? Jangan bikin gue bingung?"

Arkana, "Apa lo pernah mikirin perasaan gue waktu lo terluka gara-gara ngelindungin gue? Pernah nggak lo mikirin apa yang akan terjadi sama gue kalo sampe terjadi sesuatu sama lo?"

Ardian, "Ar..."

Arkana menatap dalam kedua mata kakaknya, "Lo tahu? Waktu lo terluka dan badan lo berlumuran darah, lo bisa bayangin perasaan gue? Gue bener-bener ngerasa hancur. Gimana kalo lo nggak selamat?"

Ardian, "Ar..."

Arkana tak mengindahkan panggilan Ardian, dia hanya meneruskan apa yang ingin dikatakannya, "Gimana kalo sampe terjadi sesuatu sama lo? Apa yang harus gue lakuin? Apa yang harus gue jelasin sama mereka (orangtuanya)?"

"Ar..."

"Kalo lo sampe mati, apa lo yakin gue bakal hidup bahagia? Jawabannya nggak!! Karena apa?! Karena gue-lah yang seharusnya mati!!" Ungkap Arkana dengan amarah yang sudah membuncah.

Pada dasarnya Arkana tak marah pada Ardian, dia hanya tak ingin kakaknya terluka karenanya. Sudah dua kali Ardian terluka karena melindunginya. Dan dua kali pula dia hampir kehilangan nyawanya. Arkana tak sanggup lagi jika harus ada yang ketiga atau lebih lagi.

Ardian menarik tangan Arkana dan membuat pemuda itu kembali jatuh terduduk di tepi ranjangnya. Ardian kembali memeluknya.

"Gue tahu itu. Tapi gue nggak bisa mencegah diri gue sendiri untuk nggak ngelindungi lo. Lo nggak cuma adik gue, tapi lo adalah orang sangat berharga buat gue. Gue nggak bisa kehilangan lo." Ungkapnya sambil mengusap lembut rambut Arkana. "Sekalipun lo larang gue, gue tetep bakal lakuin itu."

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang