Tujuh Belas

611 48 11
                                    

"Sya, hari ini kamu istirahat di rumah aja ya." Saran Laras yang baru saja kembali dari kamarnya untuk mengambil tas.

"Mbak mau kemana?" Tanya Arkana yang masih duduk di sofa ruang tengah.

"Aku mau ke cafe."

"Apa ada yang bisa aku bantu di cafe, Mbak?"

"Kenapa? Kamu mau bantu di cafe?"

"Emang boleh, Mbak? Kalo boleh aku mau, mbak. Daripada di rumah nggak ada kerjaan kan mending aku bantu-bantu di cafe. Biarpun nggak banyak yang bisa aku lakuin, tapi seenggaknya dengan aku bantu dn cafe, aku bisa berguna buat mbak." Sahut Arkana dengan semangat. Yah, pemuda yang memiliki paras tampan itu terlihat sangat ingin membantu Laras.

Laras yang mendengar ucapan Arkana itu langsung tersenyum. Raut wajah Arkana mengingatkannya tentang adiknya yang sudah meninggal. Tanpa mengucapkan kata-kata dan hanya mengangguk, Laras merangkul Arkana.

"Aku boleh bantu, Mbak?"

"Pastinya boleh. Masak ada orang yang mau bantu nggak aku izinin."

"Beneran, Mbak? Makasih ya, Mbak." Arkana langsung memeluk Laras saking senangnya. "Kalo gitu, aku ambil jaket bentar ya, Mbak."

"Iya, kalo gitu mbak tunggu di depan ya.."

Arkana hanya mengangguk dan langsung berlari menuju kamar yang digunakannya.

"Makin dilihat, kamu makin mirip sama Rasya. Kalau aja Rasya masih hidup, pasti sekarang bakal berteman sama kamu." Ungkap Laras dengan nada sendu.

************

Sampai di cafe, Arkana langsung dikenalkan pada pegawai sebagai adik Laras. Meski Arkana awalnya menolak, tapi Laras mengatakan kalau dia sudah menganggap Arkana sebagai adiknya sendiri. Dan Laras juga mengatakan kalau mulai hari ini Arkana akan membantu pekerjaan di cafe. Setelah memperkenalkan Arkana, Laras langsung pamit karena ada rapat dengan kliennya.

"Aku Dewi, karyawan magang di cafe ini." Seorang gadis yang semula duduk di dekat pintu masuk, beranjak menghampiri Arkana sambil mengajukan tangannya untuk bersalaman dengannya.

"Namaku Rasya."

Arkana menerima uluran tangan Dewi.

"Aku baru pertama kalo liat kamu. Kamu siapanya Mbak Laras?"

"Aku juga baru ketemu sama mbak Laras semalam."

Belum sempat menjawab pertanyaan itu, seorang pemuda keluar dari dapur menghampiri Arkana.

"Eh, bukannya kamu yang semalem itu ya?"

"Kak Nanda kenal sama Rasya?"

"Jadi, nama kamu Rasya. Nama aku, Nanda. Salam kenal ya.." Gumamnya sambil mengulurkan tangannya pada Arkana.

"Iya, salam kenal, Kak."

"Kak Nanda, akunya dicuekin nih?"

"Maaf, nggak maksud gitu kok." Nanda mengusap lembut rambut Dewi. Tampaknya keduanya memiliki hubungan yang dekat. "Tadi malam aku lihat dia nolongin Mbak Laras, jadi aku kaget aja lihat dia disini."

"Loh, emangnya semalam Mbak Laras kenapa, Kak?"

"Semalam ada yang nyoba untuk rampok Mbak Laras, untungnya ada Rasya yang nolongin Mbak Laras. Padahal perampok itu bawa senjata, tapi Rasya berani banget ngelawan perampok itu."

"Serius, Sya? Kamu berani banget. Jangan-jangan luka ini kamu dapet gara-gara nolongin Mbak Laras?"

"Emm.." Sahut Arkana singkat.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang