Delapan Belas

295 24 4
                                    

Tak terasa kini Arkana sudah hidup sebagai Rasya bersama Laras dan Aryo hampir satu bulan. Dan selama ini semuanya berjalan lancar dan sangat menyenangkan bagi Arkana. Bagaimana tidak? Saat ini dia memiliki keluarga yang menyayanginya dan menghargai keberadaannya. Dia tidak pernah menyangka jika dia akan memiliki kehidupan seperti ini.

Laras, perempuan yang berusia beberapa tahun lebih tua dari Arkana telah menganggapnya sebagai adik. Meski baru mengenalnya, Laras terlihat sangat menyayangi dan merawat Arkana dengan sangat baik. Begitu pula dengan Aryo.

Kini Arkana tengah bekerja membantu mengantarkan makanan untuk para pelanggan yang datang ke cafe milik Laras. Meski pekerjaan ini tidaklah ringan, tapi Arkana menikmatinya. Semua pegawai di cafe ini begitu baik padanya dan senantiasa membantunya setiap kali dia membutuhkan bantuan.

"Nanda, hari ini kamu tolong jaga cafe ya.. Aku sama Mas Aryo ada meeting dengan klien di luar. Kalau ada sesuatu yang penting atau sesuatu yang kamu nggak bisa handle, kamu hubungin aku atau mas Aryo aja. Tempat meetingnya nggak terlalu jauh kok.” Pesan Laras pada Nanda yang sedang merapikan tempat kasir.

“Iya, Mbak.”

“Kalau gitu, kita pergi dulu ya..”

“Oh ya, Sya.. Kamu nggak usah capek-capek ya.. Mbak nggak mau kamu sakit karena kecapekan kayak kemarin.” Pesan Laras pada Arkana yang masih sibuk membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan oleh salah seorang pelanggan.

“Iya, Mbak.” Jawab Arkana.

“Mbak Laras tenang aja. Kita nanti yang jagain Rasya.”

“Oke, makasih ya..”

“Iya, mbak. Mbak dan Mas hati-hati di jalan.”

Setelah berpamitan dengan Nanda, sepasang suami istri itu segera melangkah keluar cafe. Menyisakan Arkana dan karyawan lain yang sedang melayani pelanggan yang datang

*******

Sementara itu, di pusat kota Jakarta, Ardian terus berusaha mencari keberadaan sang adik yang sudah satu bulan ini tidak juga menunjukkan batang hidungnya. Tak seharipun mampu Ardian lewati tanpa mencari keberadaan Arkana. Dia sudah mencari Arkana ke setiap sudut kota, tapi dia tak juga bisa menemukannya.

“Bang, kita udah puter-puter hampir sekota Jakarta, tapi sampe sekarang belum ada kabar apa-apa dari Arkana. Padahal kita juga udah suruh anak-anak yang lain bantu cari Arkana, tapi tetep aja nggak ada kabar apapun.” Ungkap Rino sembari turun dari motor yang dikendarainya untuk mengitari kota.

“Iya, Bang. Kita mesti ngapain lagi? Arkana pasti baik-baik aja kan ya?” Tambah Alvian yang tidak menyembunyikan kekhawatirannya mengenai kondisi sahabatnya.

“Gue juga nggak tahu, gue juga khawatir sama dia. Kita Cuma bisa berdoa semoga dia baik-baik aja.” Sahut Ardian dengan tenang. Yah, dia tidak mungkin memperlihatkan kepanikannya di hadapan kedua sahabat adiknya itu. setidaknya dengan begini, kedua remaja itu bisa ikut tenang mencari Arkana bersamanya. “Sekarang kita balik cari lagi ke daerah selatan, kita belum kesana kan?”

“Oke, Bang.”

Kedua remaja itu kembali naik ke atas motor mereka dan mengikuti motor Ardian yang sudah jalan terlebih dulu. Dengan bantuan dari teman-teman yang lain, mereka mencari ke arah selatan yang memang belum diitari secara menyeluruh.

“Sebenernya lo dimana sih, Ar? Gimana keadaan lo sekarang?” Ungkap Ardian dalam hatinya.

Pandangan matanya terus menatap ke setiap jalan dilewatinya. Dia sengaja mengendarai motornya dengan kecepatan sedang agar bisa melihat sekitar lebih seksama.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang