Tujuh

1.2K 72 1
                                    

Berhubung mood aku hari ini lagi enak buat nulis, aku up bagian 7 nya. Tapi tenang, besok rabu aku tetep lanjut lagi up bagian 8. Semoga kalian nggak bosen sama kelanjutan cerita ini. Terimakasih sudah mau mampir.. 😊😊

**********************

BUKK.. BAKK.. BUKK.. BAKK.. Suara hantaman benda tajam yang berasal dari balok-balok kayu. Segerombolan remaja yang terbagi menjadi dua kelompok saling baku hantam.

Tampak Arkana berada disana, tepatnya berdiri di barisan paling depan. Tentu, karena dia adalah ketua dari kelompok berseragam putih abu-abu. Sedangkan lawannya adalah kelompok Darren mengenakan seragam kotak-kotak merah.

"Aaah.. Bacot aja loe!! Gue mampusin juga loe!!" Arkana melayangkan pukulannya sehingga Darren tersungkur.

BRUKK.. BRAKK.. Arkana terus memukuli wajah Darren dengan tangannya. Seolah tak peduli dengan ringisan yang keluar dari mulut Darren. Darah juga sudah membanjiri wajah putih Darren. Tiba-tiba...

BRAKK...

Ada seseorang yang terjatuh di belakang Arkana. Ternyata orang itu adalah anak buah Darren yang bermaksud memukul Arkana dari belakang, namun di gagalkan oleh Rino.

"HEH.. Lepasin Darren!!" Teriak seseorang. Arkana menoleh ke arah sumber suara.

"Kalo gue nggak mau?!" Jawab Arkana santai. Lalu berdiri tanpa melepas cengkraman tangannya dari kerah Darren.

"Loe mau dia mati?" Tanya seseorang itu yang tak lain adalah Rayn.

Tangannya menunjuk ke arah dimana Sasa ditahan oleh dua orang pria bertubuh besar dan kekar.

"Aaargh.. Brengsek !!" Dengus Arkana. Dia melepas cengkramannya kasar sehingga Darren jatuh ke aspal.

"Bagus. Loe nggak usah sok berkuasa di hadapan gue, loe itu cuma pecundang!!"

Rayn mencengkram dagu Sasa. Tampak wajah Sasa meringis kesakitan, namun sulit baginya untuk mengeluarkan suara. Mulutnya tertutup lakban.

"Cuma gara-gara anak nggak penting kayak gini, loe rela pertaruhin harga diri loe. Kenapa loe nggak biarin ini anak mati? Lagian dia siapa loe?" Sambung Rayn sambil menjambak rambut Sasa. Buliran kristal bening sudah membasahi pipi mulus gadis manis ini.

"Harusnya gue yang nanya, Sasa siapa loe? Kenapa loe perlakuin dia kayak budak loe?" Tanya Arkana balik. Perlahan dia melangkahkan kaki menuju tempat dimana Rayn tengah menyiksa Sasa.

"Dia bukan siapa-siapa gue. Dia cuma alat buat bikin loe lemah. Dia cuma cewek nggak berguna." Jawab Rayn santai, seolah dia tak menyadari jika apa yang dikatakannya menyakiti hati adiknya itu.

"Aaah..." Ringis Sasa saat Rayn melepas lakban itu dari bibirnya.

"Kakak kenapa kayak gini sih? Apa salahku? Kakak jahat banget sama aku. Aku benci sama kakak." Teriak Sasa. Kedua tangannya memukuli Rayn. Tangisnya semakin lama semakin menjadi.

PLAKK.. Satu tamparan keras mendarat di pipi mulus Sasa. Darah segar mengalir dari sudut bibir mungilnya. Matanya membelalak besar menyadari apa yang kakak kandungnya sendiri lakukan padanya. Tangan kanannya memegang pipinya yang terasa sangat panas dan juga perih.

"BANGSAT !!" Desah Arkana berjalan menghampiri Rayn.

Kedua tangannya mengepal keras, nafasnya terdengar memburu. Matanya tampak merah.

BRUKK.. Hantaman keras yang berasal dari kepalan tangan Arkana mendarat di wajah tampan Rayn. Darah segar keluar dari hidung mancungnya.

"Berani mukul gue lagi, gue bunuh cewek nggak berguna ini!!" Ancam Rayn mengacungkan pisau lipat ke arah Sasa yang masih duduk bersimpuh memegangi pipinya.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang