Merasa bosan karena di ruang rawatnya sendirian, Arkana melangkahkan kakinya meninggalkan ruang rawatnya. Langkah kakinya berhenti saat melihat seorang gadis yang familiar baginya berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Saat ingin menghampirinya, Arkana kembali menghentikan langkahnya saat melihat seorang pemuda yang juga familiar baginya menghampiri gadis itu lebih dulu.
"Dania, kamu ngapain kesini?" Tanya pemuda itu pada gadis bernama Dania itu.
"Aku nyari kamu, Bim. Tadi aku ke rumah kamu, kata Kak Doni kamu lagi jenguk Kak Ardian di rumah sakit. Jadi aku nyusulin kamu kesini deh." Terang Dania pada Bima.
"Ngapain ke rumah? Ada yang mau kamu bicarain sama aku?" Tanya Bima lagi.
"Emmm.. Iya."
"Apaan?"
"Soal Arkana."
Bima mengerutkan keningnya karena bingung dengan maksud Dania. "Arkana? Kenapa? Kamu mau jenguk dia? Kalau iya, aku anterin."
"Nggak. Bukan itu."
"Terus?"
"Aku pikir apa yang Kak Doni lakukan ini berlebihan, Bim. Aku nggak sanggup buat lanjutin perintah Kak Doni." Dania tertunduk lesu.
"Aku juga mikirnya gitu, Dan. Kemarin aku sempat bilang sama Kak Doni, tapi Kak Doni tetep kekeh pengen balas dendam sama keluarga Arkana." Sahut Bima seraya menghela nafas panjang. "Kak Doni bersikeras ingin balas dendam, apalagi sama Arkana. Padahal Arkana nggak bersalah."
"Bim, kayaknya aku harus bilang sama kak Doni deh."
"Bilang apa?"
"Aku mau menyerah buat mata-matain Arkana. Aku nggak mau nyakitin Arkana. Yah, biarpun dia itu kasar, tapi sebenarnya dia baik. Aku rasa nggak mungkin Arkana ngelakuin hal yang dituduhin sama Kak Doni."
Bima menghela nafas panjang dan berkata, "Aku juga mikirnya gitu. Setelah dekat sama Arkana, aku jadi tahu dia yang sebenarnya. Aku juga mikir kalo Arkana nggak mungkin melakukan hal senekat itu."
Dania memegang tangan Bima, "Kita harus bilang secepatnya, Bim. Aku nggak mau apa yang terjadi sama kakaknya Arkana terjadi sama Arkana. Kalo bukan kakaknya yang melindungi Arkana, mungkin sekarang Arkana ada di posisi kakaknya."
"Iya, abis dari tempat Arkana, aku bakalan ngomong sama Kak Doni."
"Oke, kalo gitu aku ke tempat Arkana dulu ya.." Pamit Bima. "Apa kamu mau ikut?"
Dania segera menggelengkan kepalanya. "Nggak. Aku kesini cuma mau bilang masalah ini doang kok. Kalo gitu, aku balik ya.."
"Tunggu!!" Seru Arkana dengan suara yang lantang. Baik Bima maupun Dania, keduanya terkejut bukan kepalang saat melihat Arkana datang.
Yang lebih membuat mereka terkejut adalah Arkana muncul dari balik tembok dengan wajah yang mengisyaratkan emosi yang siap meledak. Kedua tangan Arkana mengepal keras.
"Ar, dari kapan lo disitu?" Tanya Bima gagap.
"Dari awal pembicaraan kalian." Jawab Arkana ketus. "Gue nggak nyangka sama kalian."
"Ar, dengerin gue dulu. Gue bisa jelasin semuanya."
"Nggak ada yang perlu gue dengerin dari kalian. Karena gue udah denger semuanya." Arkana benar-benar marah atau lebih tepatnya kecewa. "Gue nggak nyangka kalian tega lakuin hal kayak gini sama gue dan Bang Ardian."
Bima memegang tangan Arkana. "Ar, lo salah paham."
"Ar, gue bisa jelasin semua ini." Tambah Dania.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANA
Teen FictionArkana Hardiansyah, pemuda tampan dengan predikat badboy karena suka bertarung. Banyak gadis tergila-gila dengan ketampanannya,tapi tak ada yang berani mendekatinya karena sisi garangnya itu. Namun ada satu gadis yang berani mendekatinya, yaitu Dani...