Tiga Belas

1.2K 105 8
                                    

Happy reading!! 😊😊

*******************

Ardian segera dibawa ke ruang operasi untuk mendapatkan penanganan dari dokter. Sementara itu Arkana duduk di kursi tunggu dengan perasaan yang gusar. Kedua tangannya saling bertautan erat. Wajahnya mengisyaratkan kekhawatiran yang mendalam.

Alvian dan Rino dengan setia menemani di sisinya. Keduanya memegang tangan Arkana seraya memberikan kekuatan untuk sahabat mereka yang tengah bersedih. Sebenarnya keduanya pun merasakan perasaan yang sama dengan apa yang dirasakan oleh Arkana, tapi mereka yakin saat ini yang paling menderita adalah Arkana.

Uhukk.. Uhukk... Di tengah suasana yang sepi dan sunyi suara batuk menggema disana. Arkana menutup mulutnya seraya meredam suaranya. Namun.. Huekk.. Tangan Arkana sudah basah dengan darah yang dimuntahkannnya. Pandangan matanya perlahan memburam dan dadanya sesak.

"Arkana, lo kenapa?" Tanya Alvian sambil memberikan saputangan untuk membersihkan tangan dan mulut Arkana.

"Gue nggak pa-pa kok." Arkana bangkit dari tempat duduknya. "Gue ke toilet dulu."

"Gue temenin, Ar." Rino ikut berdiri mengikuti Arkana.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri."

"Lo yakin?"

"Kalian tunggu disini aja. Kalo ada apa-apa, kalian langsung kasih tahu gue."

"Oke."

Dengan langkah yang tergesa-gesa, Arkana berjalan menuju ke toilet yang berada tak terlalu jauh dari ruang operasi. Begitu memeriksa toilet kosong, Arkana segera menutup pintu. Perlahan kakinya kehilangan keseimbangan sehingga dia pun jatuh terduduk. Saputangan milik Alvian yang digunakannya untuk menutup mulutnya sudah basah karena darah.

"Ini kenapa lagi sih? Perasaan tadi gue berantem nggak parah, nggak mungkin gue luka dalem. Kenapa bisa sampe muntah darah kayak gini? Mana perut gue sakit banget." Keluh Arkana sambil memegang perutnya yang terasa sakit.

"Apa mungkin karena luka lama gue belum sembuh ya?" Batinnya. "Iya, pasti karena luka lama gue belum sembuh."

Meski masih merasa sakit, Arkana beranjak berdiri dan menyandarkan diri pada wastafel. Tak lupa dia membasuh wajahnya dengan air sembari membersihkan wajahnya yang belepotan dengan darah. Kepalanya menunduk lesu saat melihat bajunya memiliki banyak noda darah yang diketahuinya merupakan darah sang kakak.

Perasaan bersalah kini tengah dirasakannya. Tak lain karena dia merasa jika yang telah membuat Ardian harus terbaring di atas meja operasi saat ini adalah dirinya. Meskipun kenyataannya dia tak menginginkan Ardian terluka, tapi karena Ardian melindunginya, Ardian harus terluka dan terbaring tak sadarkan diri. Bahkan kini Ardian tengah berjuang untuk hidup di ruang operasi.

"Seandainya gue nggak ceroboh, pasti sekarang lo baik-baik saja, Bang. Maafin gue yang cuma bisa jadi beban buat lo. Maafin gue yang selalu jadi sumber masalah buat lo." Ungkap Arkana sendu.

"Gue janji, gue nggak akan membuat lo terluka lagi. Gue nggak akan bikin lo sedih lagi. Dan gue janji, bakalan turutin kemauan lo asalkan lo bangun dan sehat seperti dulu lagi, Bang. Gue janji."

Setelah membersihkan diri, Arkana berjalan keluar dari toilet dan kembali ke ruang tunggu. Namun langkahnya terhenti saat melihat sepasang suami istri duduk disana bersama Rino dan Alvian.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang