Enam Belas

1K 64 7
                                    

Luka Arkana telah diobati. Kini dia bersama Laras tengah duduk di dalam mobil Laras. Suasana di dalam mobil itu terasa sangat sunyi karena keduanya terus diam. Larut dalam pemikiran mereka masing-masing. Sampai akhirnya Laras membuka suara.

"Sya, rumah kamu dimana? Biar aku anterin." Tanya Laras dengan lembut.

"Nggak usah mbak. Mbak anterin aku ke tempat tadi aja, motor aku masih disana." Jawab Arkana sambil menatap ke luar melalui jendela.

"Kamu yakin?"

"Iya, Mbak."

Setelah percakapan singkat itu baik Arkana maupun Laras, keduanya diam. Meskipun Laras ingin bertanya, tapi dia tak ingin mengganggu Arkana. Sampai akhirnya dia pun memberanikan diri.

"Oh ya, kamu bawa tas besar begitu, kamu dari luar kota? Mau kemana?" Tanya Laras berusaha mencairkan suasana yang hening.

"Aku dari Jakarta, Mbak." Jawab Arkana singkat tanpa melihat Laras. Tatapan matanya masih fokus ke luar mobil.

"Mau kemana?"

"Nggak tahu."

"Kok nggak tahu?"

"Karena emang nggak tahu mau kemana."

"Kalau begitu, kamu mau ikut sama mbak?" Tanya Laras.

"Nggak usah, Mbak. Aku nggak mau merepotkan mbak. Aku mau cari penginapan atau kos aja." Jawab Arkana dengan sedikit ketus. Yah, memang kalau berbicara, nada bicaranya terkesan ketus dan dingin. "Lagian aku mesti ambil motorku yang ditinggal di tempat tadi. Nggak mungkin aku ninggalin motorku."

"Kamu tenang aja. Motormu udah diurus sama anak buahku." Ungkap Laras menimpali. "Jadi, kamu mau kan nginep di tempat mbak?"

"Nggak usah, mbak. Aku nggak mau ngerepotin mbak. Mbak udah mau anter aku ke klinik aja udah ngerepotin mbak."

"Apanya yang ngerepotin, malah mbak kan yang ngerepotin kamu. Kamu nggak akan terluka kalo kamu nggak nolongin mbak. Dan kalo kamu nggak nolongin mbak, mungkin sekarang aku nggak akan ada disini. jadi, mbak yang mesti bilang makasih ke kamu."

"Tetep aja mbak. Aku..."

"Udah deh, kamu nggak usah mikir yang nggak-nggak. Kamu nggak ngerepotin mbak sama sekali kok. Mbak malah seneng kalau kamu mau ikut mbak."

"Emangnya mbak nggak takut sama aku? Kita baru saja ketemu lho, mbak. Bisa aja aku ini orang jahat."

"Kalo emang kamu itu orang jahat, nggak mungkin kan kamu nolongin aku? Apalagi sampe luka kayak gini."

"Tapi, mbak..."

"Udah, nggak usah pake tapi-tapian. Lagipula kamu nggak ada tujuan kan mau kemana kan? Ini udah malem, kamu ikut mbak aja ya.."

Merasa jika apa yang dikatakan oleh Laras benar, Arkana pun hanya diam menurut dengan perkataan Laras. Jujur saja, Arkana merasa lega karena Laras memberinya tawaran untuk menginap karena jika tidak, dia tidak akan tahu dimana dia akan tidur. Selain karena tidak tahu harus menginap dimana, dia juga masih asing dengan daerah disana.

"Makasih ya, Mbak."

"Nggak usah pake makasih segala, kamu kan juga udah bantuin mbak tadi." Sahut Laras sambil tetap fokus menyetir. "Kalo kamu mau istirahat, istirahat aja nggak pa-pa. Nanti mbak bangunin kalo udah sampe rumah mbak."

"Sekali lagi, makasih ya mbak."

"Cukup bilang makasihnya. Sekarang kamu istirahat aja gih."

"Iya, Mbak."

Arkana segera menyandarkan kepalanya pada sandaran dan segera memejamkan matanya. tak lama dia langsung terlelap. Memang terlihat jelas jika dia sangat lelah. Terlebih wajahnya yang pucat membuat Laras segera menyuruhnya untuk istirahat.

ARKANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang