Each*

700 113 9
                                    

"Lo mau gak jadi pacar gue?"

Tiba-Tiba?!

"Fajarr?!" panggil Rian membuyarkan pikiran Fajar

"Mau nanya apa? Tiba-tiba nyeret kesini, penting banget?"

"Ahahaha, ituu- mau nanya apa.. ya? Itu buku yang bagus buat diet apa ya?"

Rian hanya mengernyitkan dahi bingung, memang harus se rusuh itu jika hanya mau tanya soal buku, dan apa katanya tadi. Diet?

"Buang lemak sebelah mana nya sih jay?" tanya nya geli

"Bu-bukan buat gue, buat dia tuh disana!" tunjuk nya pada Firly

Mata Rian menelisik orang yang di tunjuk Fajar dan terlihatlah seorang wanita.

"Oh? Pacar lo?"

"Bukan bukan, dia--" "Mantan" sabet Reinaldy

Fajar dan Rian mengalihkan atensi mereka bersamaan dan sontak menjauhkan diri.

"Long time no see. Jar" sapa nya basa basi

"Jadi bisa bantuin cari gak?" bukannya menjawab, Fajar malah mengacuhkannya

"Gue nggak ngerti soal yang begituan, coba tanya mbak-mbak nya" jawab Rian

"Lo nyari buku kok nanya Rian?" tanya Reinaldy sarkas

"Lo juga mau nyari buku ngapain ngajak-ngajak Rian?" tanya Fajar balik

"Kenapa lo harus tau?"

"Sama persis buat jawab pertanyaan pertama lo tadi" balik Fajar membuat keadaan semakin tegang.

"Lo mau mulai lagi?!"

"He's mine," ucap Fajar penuh penekanan

"Not! He's not yet anyone mine now"

"But i was early found him before you"

"Just do in your way and I'm do in my way too. And let him choose" bisik Reinaldy tepat didepan wajah Fajar

Karna tak ingin suasana semakin memanas, Rian berniat melakukan sesuatu untuk mendinginkan mereka berdua.

"Fajar, gue tau dimana letak bukunya" ujar Rian pelan sembari memegang tangan Fajar menariknya menuju salah satu rak sebelah kanan

"Lo ngapain harus pergi berduaan sama dia sih Jom?" tanya nya dengan nada merajuk

"Kepo"

"Jom.."

"Katanya dia mau cari buku, pas nyampe sini sekalian dia bilang mau bantuin gue buat persiapan ikut osn matematika" jelas Rian

"Jangan bilang lo mau-"

"Belum, itu kan baru penyaranan dari bu susi. Gue juga gak akan lolos kayanya"

"Terus badminton?"

"Dari awal gue emang gak ada niatan buat ikutan o2sn cabor badminton, Jay" jelas Rian sambil mengalihkan atensinya pada Fajar

"Kok lo gitu sih? Jadi cuman gue yang pengen kita berdua lolos seleksi o2sn?"

"Jay, jangan buang-buang waktu cuman buat ngusahain hal yang sia-sia kaya gitu. Apalagi bareng gue" ucapan santai Rian barusan seketika membuat wajah Fajar berubah datar

"Lo ga mau lakuin ini bareng gue? Kenapa juga lo harus berpendapat mendahului Tuhan Rian? Gue mau bantu lo dan lakuin ini bareng-bareng. Gue aja yakin bisa, kenapa lo sepengecut ini buat penuhin impian lo?"

"Bukan ga mau, tapi karna emang gak ada kesempatan buat gue! Da elo! Yang punya kesempatan sendiri jangan berpikiran sempit dengan memaksakan sesuatu yang emang gak akan ada hasilnya" nada suara Rian meninggi membuat Fajar menatapnya tak percaya

"Lo gak seharusnya kaya gini sama orang yang mau ngusahain hal baik buat lo"

Setelah mengucapkan hal tersebut, tanpa menunggu jawaban Rian, Fajar hanya berlalu dengan perasaan kecewa.

🌸

'Hari ini Agnes minta di temenin dinner'

Kevin hanya melihat datar pada pesan yang baru saja ia terima. Hanya sekalimat singkat itulah satu-satu nya balasan yang diterima nya dari Marcus atas belasan kali pesan yang dia kirimkan. Entah karna sengaja menjauhi, Marcus memang akhir-akhir ini tak pernah menemuinya.

Kevin pun melihat pesan yang dikirimkannya pada Marcus terakhir kali.

'Ko, Malam ini Kevin pengen ketemu koko'
'Ily❤'


.

Gelapnya malam seolah menggambarkan suasana hati para pria yang sedang mengalami sabtu malam ini dengan suram.

Dengan langkah gontai, Kevin yang baru saja keluar dari lift dan akan pulang ke kamar Apartement nya, melihat Anthony yang sedang berdiri tertunduk dengan beberapa barang bawaan bersamanya di kedua sisi. Karna paham bahwa keadaan Anthony sama sepertinya, ia hanya memberikan pelukan hangat dan langsung mempersilahkan Anthony masuk dengan segera membuka pintu dan memberikan senyuman tenang. Setidaknya malam minggunya di Apartement kali ini bersama seseorang yang bernasib sama.

.

Jonatan melihat jalanan di balkon kamarnya dengan perasaan hampa, tak ada sedikit pun keinginan untuk mengiyakan ajakan Luna untuk menghabiskan waktu berdua, padahal waktu sabtu malam ini biasanya dimanfaatkan pasangan untuk dapat menikmati waktu bersama lebih lama. Namun dia hanya memberi alasan pada Luna tak bisa ikut karna dirinya tak enak badan, dan juga memberi alasan bahwa ia setidaknya harus menikmati waktu tanpa Anthony di Apartement pada dirinya sendiri. Iyakah?

.

Walau tak sepenuhnya salah, Rian sadar betul bahwa ia memang tak seharusnya mengatakan hal yang membuat kilau semangat dari mata Fajar meredup. Melihat Fajar meninggalkannya dengan raut kecewa tentu saja membuat Rian bersalah. Dia paham betul apa yang Fajar ingin lakukan, tapi ia juga tau bahwa Fajar akan berpeluang menang jauh lebih besar jika hanya pergi sendirian. Maka seharusnya pun ia tak boleh menghalangi Fajar.

Tak lama setelah memasuki Apartement, Rian melihat lampu ruang tengah meredup dengan hanya ada suara dan cahaya televisi yang sedang ditonton oleh 2 orang yang berpandangan kosong. Entah apa yang terjadi, namun beberapa koper dan tas yang berjejer dan hadirnya Kevin di Apartement pada sabtu malam, membuat Rian menyadari ada yang tidak beres diantara mereka termasuk dirinya.

Tak menunggu lama, Rian bergabung dengan segera menempatkan diri di ujung sebelah kiri memeluk Anthony dan Kevin serta menyandarkan kepalanya di pundak Anthony.

🌸

Ketika kita bahkan tak bisa mengungkapkan apa yang terjadi, sahabat tetap dapat mengerti sebelum mendapat kejelasan. Just with your bestfriend you will be yourself.

.
Tbc
Vomment🙏

Spring Day(Badminton)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang