Fajar*

574 54 5
                                    

Baca secara detail ya, soalnya banyak kejadian yang terkait dengan chap ini


Happy Reading!!
.

Keheningan menyelimuti sebuah ruangan putih beraroma obat, setelah sebuah tangisan bayi mengintrupsi jeritan sang wanita yang sedang terengah pasca melahirkan bayinya itu.

1995, 07 Maret

Lahirnya seorang bayi laki-laki dengan tangis nyaring berkulit sawo matang dan tiba saat Fajar datang.

Senyuman bahagia tersemat di bibir sang ibunda dan kakak perempuannya saat mengetahui bahwa ada jagoan baru yang lahir untuk meneruskan kebanggaan ayahnya.

"Bapa masih dimana mah?" tanya Susan kecil saat belum mendapati sang ayah di ruangan yang sama dengan mereka.

"Kita telpon bapa nanti ya, mungkin bapa masih ada tugas" jelas ibu Fajar memberi pengertian pada anaknya.

"Terus dd bayinya di adzanin sama siapa?" tanya Susan lagi sambil mengamati adiknya yang tertidur saat baru saja selesai diberi asi

"Nanti bapa kirim adzan dari sana, biar dari sini kakek yang wakilkan adzan nya"

Usapan halus pada rambut Susan membuat anak sulung itu terdiam mengerti.

*

2000,

Tangisan terdengar dari seorang anak kecil yang jatuh dari sepeda membuat seorang ibu berlari terengah engah dari dalam rumah

"Hush hush hushhh, dede kenapa udah naik sepeda diluar sihh, mamah kan bilang didalem ajaa"

Belum berhenti tangisan anak umur 5 tahun itu malah semakin nyaring, seakan dunia telah menusuk nya sampai rongga terdalam tubuhnya

"Tadi hidayat udah bisa naik sepeda, dede pengen main juga" ujar Fajar kecil sembari terisak isak

Ibu Fajar tak tahu harus membalas apa atas perkataan anak nya ini. Dibalik ucapan polosnya seolah tersirat ucapan 'aku selalu tertinggal dari yang lain karena tak ada yang mengajari ku hal seperti ini'

"Nanti kita belajar naik sepeda ya, mamah ajarin. Tapi sekarang mamah harus masak dulu, bapak nanti malem pulang" Ibu Fajar menuntun anaknya masuk ke rumah untuk membersihkan Fajar sekaligus melanjutkan kegiatan nya


.



2007,

Fajar dengan semangat membawa piagam kejuaraan Badminton yang baru saja ia menangkan, ia berencana menunjukan hal hebat ini pada bapak dan ibunya, terlebih bapaknya yang kebetulan ada dirumah. Ia hari ini akan mengatakan pada bapak nya bahwa ia sudah menemukan sesuatu yang sangat ingin ia lakukan.

"Pak, mahh. Dede dapet juaraa"

Sesampainya didepan orangtuanya, senyum Fajar luntur tatkala piagam yang ia banggakan barusan dirobek bapaknya. Mulut Fajar menganga tak percaya,

"Bapak ga nyuruh kamu sekolah cuman bua ikutan lomba kaya gini!! Sudah bapak bilang fokus pada nilai mu saja, kamu tahun ini akan masuk smp dan nilai mu harus bagus untuk bisa masuk smp negeri"

Fajar tak mengerti kenapa bapaknya harus semarah ini padanya hanya karena dia sudah mengikuti kejuaraan Badminton. Padahal nilai yang didapat Fajar sudah sangat memuaskan.

"Kenapa bapak harus dapat omong kosong seperti ini dari anak lelaki yang harus nya membanggakan, teman bapak anaknya menjuarai olimpiade matematika dan bahasa inggris padahal dia masih seumuran mu. Uang orangtua tidak sia sia habis jika dapat anak berprestasi seperti itu"

Spring Day(Badminton)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang