Fact*

776 90 7
                                    

Maaf banget lama updatenya, banyak banget kegiatan di real life ku akhir-akhir ini 🙏

Enjoyy

.

Hari minggu pagi banyak digunakan untuk melakukan kegiatan yang tidak sempat dilakukan pada hari kerja dan sekolah. Banyak yang memanfaatkan area umum untuk beraktivitas seperti olahraga, refreshing dan berjalan-jalan santai.

Begitu pula dengan Rian dan Anthony, jogging merupakan hal yang akhir-akhir ini sering mereka lakukan pada akhir pekan, namun hari ini adalah hari pertama mereka jogging hanya berdua, biasanya mereka melakukan jogging dengan Jonatan atau Ihsan bahkan terkadang dengan Kevin.

Namun karna keadaan dan kondisi yang kacau seperti ini, akhirnya hanya mereka berdua saja yang melakukan jogging sebagai sarana pelepasan penat.

Walaupun belum tau jelas, apa yang dialami masing-masing. Mereka seolah saling menunggu untuk mendengar atau menceritakan masalah masing-masing. Mereka dapat bersikap biasa, namun dari wajah dan antusias dalam diri mereka dapat terlihat jelas seolah sedang redam.

"Laper" ucap Rian setelah mereka merapungkan jogging 2 keliling.

"Baru juga 2 puteran" jawaban Anthony sembari menarik tangan Rian

"Semalem aku belum makan apa-apa Onik" rengekan Rian berhasil membuat mata Anthony melotot tajam.

"Yaudahh, makan sana"

"Bareng kamu lah"

"Aku mau satu puteran lagi, nanggung. Nanti aku nyusul pas udah satu puteran. Okee" setelah memberi kode O, Rian ditinggalkan sendiri di depan penjual ketoprak

🌸

Banyak sekali penjual makanan berjajar rapih dan menyita perhatian Rian, membuat pria kelahiran jawa itu justru diam alih-alih segera makan.

Tapi saat melihat tulisan 'nasi gudeg', Rian langsung tersenyum dan teringat kampung halamannya.

"Mas, satu ya" pesannya pada sang penjual

Sembari menunggu makanannya datang dan sekalian menunggu Anthony, Rian menelisik orang-orang sekitarnya. Tak ada yang aneh, disamping nya hanya ada seorang lelaki dan seorang yang lebih tua, mungkin ayahnya.

"Kamu itu kalo dibilangin orangtua bukannya nurut malah ambil keputusan sendiri"

Rian melirik 2 orang anak dan ayah yang sepertinya sedang dalam percekcokan itu

"Emangnya apa salahnya? Saya bantu teman yang lagi butuh bantuan" jawab lelaki yang lebih muda

"Bagian itu memang engga salah, tapi bagian kamu ngorbanin karir kamu demi bantu dia, itu yang salah" tak mau kalah, sang ayah kembali menimpa dengan nada suara yang masih ditekan

"Banyak cara gapai karir, cara saya ya gapai bersama dengan dia"

"Kamu belum tau gimana kehidupan berjalan, dan kamu sia-sia in kesempatan cuman buat--"

"Dia butuh bantuan saya pa! Dia butuh orang yang bisa atasi kekhawatiran yang selama ini dia alami. Kalo tau bapa mau bicarakan hal ini, saya lebih baik gak temuin bapa sama sekali"

-

"Mas ini!" kejutan dari sang penjual gudeg menyadarkan Rian dari kegiatan mengupingnya

Entah apa yang membuat dirinya sangat tertarik pada percakapan yang terkesan pertengkaran dari 2 orang ayah dan anak itu sehingga membuatnya melamun dan berpikir dalam.

'Fajar'- seketika nama pria itu terlintas dalam benaknya memikirkan perkataan tadi.

'mungkin Fajar juga mengorbankan hal yang sama dengan lelaki tadi'

Spring Day(Badminton)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang