Ketika sampai mall, Rian, Kevin dan Anthony mulai berdebat tentang tempat makan yang akan mereka kunjungi. Tentu saja Kevin menolak ajakan Anthony yang ingin masuk Restoran sushi kesukaannya, Kevin lebih tertarik masuk ke Restoran western daripada makan ikan mentah rekomendasi Anthony itu.
Sebenarnya dari tadi Rian hanya jadi penyimak saja diantara mereka, mencoba meleraipun sama sekali tak ada gunanya kalau sudah bersangkutan dengan makanan.
"Yang traktir siapa?! Jadi terserah gue dong Onii."
"Jam segini lo mau makan steak? Yang bener aja vin" ucap Anthony tetap tak terima
"Lagian isi Restoran itu bukan cuman Steak doang kali. Mendingan makan daging mateng daripada ikan mentah kaya gitu"
"Lagian ini tuh masih jam breakfast Kevin, mending makan yang ringan dulu lah. Sushi kan juga bukan cuman ikan mentah doang kali"
"Dihh, bedain kali makan bareng kita sama makan bareng Jojo, Jombang juga gak terlalu suka Sushi kan Jom? Udahlah makan sushi kan bisa bareng Jojo lain kali" ungkapan Kevin membuat mata Anthony melotot tak terima, enak saja makanan kesukaannya dikaitkan dengan Jonatan.
Namun sebelum sempat menjawab, Rian akhirnya menengahi mereka agar tak terlalu jadi sorotan publik akibat berdebat terlalu keras.
"Udahlahh, kalo kalian gamau bareng yaudah pisah aja. Biar aku jajan baso aja depan mall"
Rian dengan sengaja memisahkan diri dari mereka mencoba membuat solusi, hingga akhirnya terasa cekalan pada tangan kiri nya
"Eehh, jangan ngambek lah Jom, yaudah kita makan sushi aja deh" ucap Kevin mengalah pada akhirnya
"Gausah gausah, makan steak juga gapapa. Lagian udah mau makan siang juga kan" timpal Anthony yang sama saja tak ada ujung penyelesaiannya
"Oke, kita makan ayam bumbu aja. Paling tengah okee" daripada menunggu perdebatan lagi, akhirnya Rian menarik mereka berdua ke Restoran yang paling dekat dengan posisi mereka sekarang.
Susah memang jadi induk dari 2 anak ayam yang sedang masa puber ini.
🌸
Jonatan menekan tombol hijau pada dial telepon di handphonenya, berharap seseorang di seberang sana mau mengangkat telpon yang dia lakukan
'tuuttt..tuuu..
'Halo?'
"Aku minta maaf"
Terdapat jeda diujung sana sebelum menjawab
'Lain kali jangan bentak aku kaya gitu, aku gasuka dibentak'
"Iya maaf, aku kemarin agak banyak pikiran. Hari ini kamu dimana Lun?"
'Aku lagi les, kalo kamu serius minta maaf aku tunggu 15 menit dari sekarang buat jemput aku ya'
"Otw"
.
Jonatan hanya butuh memastikan sesuatu sebelum dia mengambil tindakan selanjutnya, dan Luna lah satu-satunya yang ia pikirkan saat ini.
Jika Anthony memilih Reza sebagai jalan akhirnya maka dia pun akan memilih Luna sebagai jalan akhirnya juga, tak peduli pada kenyataan bahwa dia dan Anthony tak akan ada kata bersama lagi, Jonatan hanya akan percaya pada dirinya untuk sekarang
.
🌸
.
"Jojo tau aku suka cowo" ucapan Anthony membuat Rian dan Kevin berhenti dari acara makannya
"Nik?" panggil Rian memastikan
"Dan dia nyangka aku sukanya sama Reza dan jadi penyebab putusnya Reza sama Akbar" masih melanjutkan
"Fix Jojo goblok emang" sahut Kevin atas ucapan Anthony barusan
"Lo tuh kenapa harus suka sama cowo kaya Jojo sih Nik? Jatuh cinta tuh sekalian sama cowo kaya Reza, udah perhatian dan dijamin gaakan pernah lepasin lo apapun yang terjadi" lanjut Kevin
"Hushh, Vin apaan sih. Tapi kamu udah jelasin semuanya kan sama Jojo? Alasan kamu nyembunyiin ini semua dari dia?" tanya Rian
"Aku ga di kasih kesempatan seberharga itu Jom, kamu tau orang kaya apa Jonatan itu kan"
Dengan jujurnya Anthony, Rian semakin dibuat terpojok, karena dibanding kedua temannya ini kisah cintanya lah yang tidak rumit, Fajar? Entahlah dengan pria satu itu.
.
Sesampainya Rian dan Anthony di Apartement tanpa Kevin, mereka bergegas menuju kamar masing-masing untuk beristirahat, Anthony diizinkan Kevin untuk memakai kamarnya karena dia beralasan akan menginap di Apartement temannya yang lain.
Rian memeriksa hp nya dan melihat hanya ada beberapa pesan dari grup whatsapp yang meributkan hal yang sepele.
Setelah berpikir beberapa saat, akhirnya ia memutuskan menelpon seseorang yang hampir tak pernah ia hubungi seminggu terakhir ini.
"Assalamualaikum, buu.."
'Waalaikum salam le?, kemana aja tohh? Sehat?'
Rian tersenyum lembut mendengar jawaban ibunya
"Iya maaf bu, alhamdulillah sehat. Ibu sehat juga toh?"
'Ibu kangen kamu, kamu gaada masalah kan disana?'
Rian tak menjawab, hanya hening yang tercipta untuk beberapa saat. Baru kali ini Rian tak tahu harus bicara apa saat menelpon ibunya
'Mau cerita sesuatu?'
Seakan tahu apa yang tengah putranya rasakan, ibu Rian berinisiatif menanyakan lebih dulu.
'Selama itu positif dan kamu suka, ibu dukung' tambah ibu Rian pelan
"Kalo Rian jadi atlet lagi ibu setuju?"
Tak langsung menjawab, Rian menunggu dengan perasaan tak tentu
"Rian cuman nanya bu, bukan mau jadi---"
'Kalo kamu bahagia, ibu ga bisa larang'
'Kamu selalu pengen main badminton lagi kan walaupun setelah kejadian waktu itu? Ibu percaya sama kamu'
Bukannya senang mendapati jawaban sang ibu, Rian malah meneteskan air matanya
"Ada orang yang percaya sama Rian sebesar ibu juga, tapi Rian malah buat dia mundur karena gamau buat dia susah"
'Kalo ada orang yang dengan rendah hati nya percaya sama kamu, kenapa kamu malah ga percaya sama diri kamu sendiri? Orang sebaik itu jarang kamu temui lagi dalam hidup Rian'
"Tapi selangkah lagi Olimpiade matematika bisa didapetin Rian buat nanti kalo Rian pengen masuk kedokteran"
'Kenapa harus sesusah ini kalo dalam hati kamu pengennya dilapangan? Kalo kamu dapet gelar dokter nanti ibu tentunya bangga, tapi kalo kamu jadi atlet dilapangan, ibu lebih bahagia le. Karena ibu tau yang mana kesukaan kamu. Apapun tekanan yang kamu dapet, ibu pasti lebih dukung kamu lakuin yang kamu suka dari hati'
Tak lama terdengar suara orang yang memanggil ibunya diseberang telpon sana
'Sudah dulu ya le, mbak mu manggil'
"Iya bu, salam ke mbak dan yang lainnya ya. Assalamualaikum"
'Iyaa, waalaikumsalam. Jaga diri ya le'
Tut...
🌸
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day(Badminton)
RomanceKadang keinginan tak sesuai takdir yang terjadi "kau hanya belum tau yang sebenarnya" -takdir BadmintonLokalShip