[Bakugou Katsuki] Quirkless Love

826 61 4
                                    

"Kadang saat bersama mu, aku tiba-tiba ketakutan"

Bakugou mengernyitkan dahi saat mendengar ucapanku barusan. Dia terlihat makin menggemaskan saat dia terlihat bingung dan kesal di waktu bersamaan.

"Kau takut padaku?" tanyanya seolah tak terima

"Aku takut kehilanganmu, Baku-kun" lanjutku sambil mencuri sebuah kecupan singkat di pipi.

"Tunggu kau Pendek! Jangan macam-macam atau aku akan meledakkanmu!" teriak Bakugou dengan wajah memerah.

Sambil tersenyum, aku berlari mendahului Bakugou menuju stasiun. Hari ini hari yang menyenangkan. Bakugou menemaniku ke pusat perbelanjaan dan kami bahkan membeli sepasang kaos couple.

Kereta datang tak lama setelah aku dan Bakugou menunggu. Jam pulang kantor membuat kereta penuh sesak. Beruntung karena kami berangkat dari stasiun paling ujung, kami mendapat dua tempat duduk kosong di dekat pintu

Orang-orang keluar masuk tiap kereta berhenti di stasiun. Menjelang stasiun terakhir, kereta mencapai puncak keramaian. Saling berdesakan, juga terkadang beberapa orang saling dorong terdorong.

Di tengah keramaian macam itu, Bakugou terlelap dengan menyandarkan kepalanya ke bahu ku. Jika orang-orang melihat sosok tidurnya yang begitu tenang seperti bayi, mungkin Bakugou tidak akan terkenal sebagai kepala landak pemarah yang menyebalkan.

Deg. Deg. Deg.

Apaan barusan? Kenapa tubuhku tiba-tiba lemas?

" ....."

Suaraku! Aku tidak bisa mengeluarkan suaraku. Tunggu, tunggu, aku bahkan tak bisa menggerakkan jariku.

Tubuhku terasa makin lemas. Aku menyandar pada tegakan kursi, berharap lelaki blonde di samping ku menyadari hal aneh ini.

"Quirk ku sangat berguna untuk hal seperti ini. Tetap diam dan nikmati saja gadis manis" ujar suara tepat di sebelahku.

Aku tak bisa menolehkan kepala, aku terlalu lemas bahkan untuk itu. Dari suaranya aku menebak-nebak bahwa ia adalah seorang lelaki tua dengan suara berat. Suaranya tergantikan oleh sebuah sentuhan yang terasa basah? Dia tidak sedang menjilat telingaku kan?

Bakugou! Kenapa kau malah tidur di saat seperti ini?

"Pacarmu tidak akan sadar nona manis. Berhenti memasang wajah seolah akan menangis. Aku jadi makin tidak tahan!"

Aku merasakan jemari kasar memegangi lututku dan perlahan naik makin ke atas. Aku menyesal memutuskan memakai rok hari ini. Seharusnya aku memakai celana saja. Kalau begitu, tangan menjijikkan lelaki tua itu pasti tidak akan mengerayangi pahaku seperti sekarang.

"Tolong!" ujarku. Suara kecilku terdengar lirih dan terputus-putus.

Bakugou tampak tersintak. Ia melihatku. Aku mencoba menggerakkan tanganku, tapi tenagaku seolah makin tersedot tiap kali lelaki tua itu meyentuhku.

"Lepaskan tanganmu dari perempuanku!"

Kereta hening berkat teriakan Bakugou barusan. Lelaki tua itu tampak gelagapan. Aku bisa bernafas legas, setidaknya tangan menjijikkan itu sudah pergi dari tubuhku.

"Aku tidak melakukan apa pun. Kalau tak percaya, tanya saja pada gadis itu!" dia membela diri.

Aku ingin teriak bahwa lelaki itu melakukan sesuatu padaku. Aku ingin memukulnya. Aku ingin menyeretnya ke kantor polisi. Tapi aku hanya terdiam dengan nafas tersendat. Aku bahkan kesulitan bersuara.

Tapi sebagai gantinya, Bakugou melakukan semua hal di kepala ku.

Dia berteriak di muka lelaki itu. Mengeluarkan sumpah serapah yang jauh lebih menusuk telinga dibanding hari biasa. Dia memukul lelaki tua itu. Penjaga kereta datang dan berkat kesaksian beberapa penumpang lain, penjahat itu dibawa ke kantor.

"Kau tak apa?"

'Aku tidak baik' mulutku terkunci rapat. Mataku panas dan berair, aku yakin wajahku terlihat sangat jelek sekarang.

Bakugou tak menanya apa pun lagi. Dia menyelipkan tangannya di bawah lutut dan punggungku, mengangkatku seolah aku seringan bulu.

Sepanjang perjalanan pulang, aku hanya bisa menyembunyikan kepalaku di dada Bakugou. Aroma musk bercampur gliseron membuatku cukup tenang. Aku merasa aman.

"Boleh kita duduk sebentar" tanyaku. Tenagaku sudah cukup pulih.

Bakugou mengangguk dan mendudukkanku di kursi taman. Dia pamit. Dia bilang dia akan beli sesuatu untuk diminum.

Aku menghela nafas. Aku takut pulang sekarang. Setidaknya sampai perasaanku cukuo tenang dan mataku tidak lagi sembab. Aku tidak mau keluargaku malah mengira Bakugou adalah sebab aku menangis. Lebih buruk lagi, aku tidak ingin keluarga ku tau aku dilecehkan di kereta.

"Dingin!" Ucapku refleks saat merasakan sesuatu yg dingin mengenai pipiku. Di hadapanku kini berdiri lelaki pirang dengan botol pocari yang barusan ia tempelkan di pipiku.

"Kau jelek dengan wajah seperti itu"
Aku makin cemberut. Itu bukan kata-kata yang ingin ku dengar darinya.

Kami duduk bersisian. Saling terdiam dengan begitu banyak hal yang ingin diungkapkan dalam kepala.

"Maaf" "Terimakasih"
Ucapku dan Bakugou bersamaan.

"Kenapa kau berterimakasih? Seharusnya aku sadar lebih cepat. Seharusnya kau tidak perlu mengalami hal seperti itu saat bersamaku.

Aku... aku gagal melindungi orang lemah sepertimu"

Bakugou tampak frustasi. Aku tidak tahu kejadian barusan bisa begitu berdampak baginya. Wajah angkuhnya, harga dirinya, juga emosinya yang meledak-ledak raib. Ia terlihat seperti seorang anak kecil yang ketakutan dimarahi karena merusak barang.

"Aku tau aku quirkless. Tapi itu bukan berarti aku bersamamu supaya kau melindungiku!" jawabku.

"Tapi kau ...."

Satu kecupan di pipi. Bakugou terdiam dan melihat mataku dalam tatapan panjang dan penuh pertanyaan.

"Aku tidak peduli kau siapa. Aku bahagia bersamamu. Itu cukup" ujarku. Wajahku memerah parah. Aku tidak percaya aku akan mencium Bakugou duluan.

Senyum penuh percaya diri lelaki itu muncul lagi. Aku menelan ludah. Perasaanku tidak enak.

"Jangan sesali ucapanmu barusan, Pendek!"

Kedua tangannya kini menangkup pipiku. Wajahnya mendekat dengan kecepatan yang tak bisa kurespon. Saat bibirnya sampai ke bibirku, aku cuma bisa memejamkan mata. Namun Bakugou tampaknya tak puas. Dia menggigit kecil bibirku. Saat aku ingin memanggil namanya, ia malah memasukkan lidahnya.

Tuhan! Kaki ku lemas lagi.

"Tenang saja, aku akan menggendongmu ke rumah" bisik lelaki itu sebelum kembali melanjutkan perbuatannya.

Anime One Shots: Chara X ReaderWhere stories live. Discover now