[SesshoumaruXRin] Yet, time past through you

213 19 0
                                    

Part 2 is up!!!!
.
.
.
Sesshoumaru baru menyadari kebiasaan baru Rin yang cukup aneh hari-hari belakangan ini. Perempuan itu senang melihati pakaian oren cerah yang dulu ia kenakan semasa perjalanan panjang mereka dalam pertempuran melawan Naraku. Rin mencoba mengenakan kimono itu, meskipun pakaian itu jadi terlihat seperti jubah pendek kekecilan yang menutupi bajunya.

"Sesshoumaru-sama, dimana Shikamaru dan Hikari?" tanya Rin saat menyadari suaminya telah berada di hadapannya.

Sang lelaki bulan menyadari perubahan pada fisik istrinya. Meskipun senyuman perempuan itu tetap senyuman paling hangat yang pernah ia lihat, tapi fisik Rin tidak bisa membohongi dirinya sebagai seorang manusia biasa. Rin mulai lekas lelah, ia tak sanggup lagi berlari di taman menemani Shikamaru dan Hikari saat berlatih menjadi youkai pewaris tahta. Perempuan itu telah hidup lebih dari empat puluh tahun. Waktu yang relatif singkat bagi para siluman. Sesshoumaru benci melihat kerutan dan uban pada diri perempuannya.

Ia takut, perpisahan akan datang padanya begitu cepat.

"Mereka masih berlatih dengan Jaken" jawab Sesshoumaru.

Rin tersenyum lagi. Akhir-akhir ini ia lebih banyak di kamar. Lebih banyak terbaring di tempat tidur ditemani bau obat-obatan herbal yang diracik Jinenji untuknya.

"Sesshoumaru-sama, mohon izinkan saya masuk" terdengar suara Jaken dari balik pintu.

Katak tua itu menunduk hormat pada tuannya. Ia berjalan mendekat dengan langkah kikuk dan takut-takut. Ia membawa kabar buruk.

"Barusan, sebuah kabar datang dari Inuyasha. Kagome-sama telah berpulang"

Rin merasakan panas di matanya. Tenggorokannya sakit dan ia mulai terisak tanpa bisa bicara satu kata pun.

Sesshoumaru menopang tubuh tua milik 'perempuan kecilnya' dalam dekapan erat. Dadanya ikut sakit. Bukan karena kabar kematian iparnya. Siluman tidak memiliki empati bagi apa pun yang tidak ia sayangi. Kabar ini tidak membuatnya sedih. Kabar ini membuatnya semakin takut.
.
.
.
Sesshoumaru menyadari durasi tidur Rin yang makin lama dari biasa. Juga suara batuknya, nafasnya yang memburu, dan tubuh ringkihnya yang mulai susah beranjak dari tempat tidur.

Seorang pelayan bahkan meletakkan kimono oren kecil milik Rin di sebuah gantungan dekat kasur. Rin bilang, ia merasa muda dan kuat saat melihat kimono itu. Seolah ia bisa berlari dan menempuh perjalanan panjang lagi bersama Sesshoumaru, Jaken, dan Ah Un.

Sesshoumaru mengizinkan Shikamaru dan Hikari bolos dari pelajaran wajib mereka. Kedua siluman setengah manusia itu diperbolehkan keluar masuk kamar sang raja dan ratu. Keduanya dibiarkan bermain, bercerita, bahkan membuat keributan penuh canda tawa di kamar itu.

"Kalian benar-benar mirip ayah kalian" ujar Rin. Tangannya menyentuh wajah Shikamaru dan Hikari bergantian.

"Padahal aku ingin punya rambut hitam sepertu ibu" ujar Hikari. Rin tertawa pelan.

"Rambut ibu sudah putih sekarang"

Hikari berusaha keras menahan air matanya. Ia mulai menyadari perubahan-perubahan ini saat umurnya memasuki dua puluh tahun. Waktu itu, suatu pagi, ayahnya keluar dari kamar dengan wajah penuh kerutan layaknya seorang kakek tua. Lalu ia melihat ibunya dengan kerutan yang sama. Kerutan yang muncul perlahan dan semakin jelas seiring waktu.

"Bagaimana ayah dan ibu bisa saling jatuh cinta?" tanya Hikari. Tangannya mengapit erat tangan sang ibu.

"Itu tugasmu untuk bertanya pada ayahmu" jawab Rin.

"Tapi ayah tak mau bercerita. Ayah menakutkan dan tidak mau memanjakanku seperti ibu" balas Hikari tak terima.

"Tapi ayah bahkan membuat dirinya penuh kerutan, supaya ia terlihat menua seperti ibu. Ayah sangat sayang pada ibu" ujar Shikamaru.

"Shikamaru, ayah kalian melakukan banyak hal yang tidak kalian ketahui untuk kalian. Ibu titip ayah dan adikmu, ya. Ayahmu mungkin terlihat dingin dan tak punya perasaan, tapi ibu tau jauh di dalam hatinya, ia sangat menyayangi kalian"

Jaken memegang tangan sang pangeran dan sang putri. Ini adalah waktu mengucap selamat tinggal. Masing-masing mereka memeluk sang ibu dalam pelukan yang tak ingin mereka lupakan seumur hidup. Menyentuh kehangatan yang tersisa dalam sentuhan lembutnya. Meluapkan kesedihan, juga puncak kasih sayang.

"Sesshoumaru-sama akan menemanimu Rin. Semoga ini adalah akhir yang dapat membuatmu pergi dengan bahagia"

Katak tua dan dua pewaris tahta meninggalkan Rin di ruangan luas tempat ia menghabiskan masa tuanya. Bersamaan dengan itu, Sesshoumaru masuk dengan penampilannya yang terlihat tua. Lelaki itu berjalan mantap, mendekat. Rin tak menemukan gurat sedih di wajah suaminya. Ia menemukan kekecewaan, ketakutan, dan tidak penerimaan.

"Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?" tanya Sesshoumaru. Rin memejamkan mata sekilas. Ia teringat hutan tempat mereka pertama bertemu. Juga taman bunga, sungai, gunung, air terjun, tebing, gua, dan semua tempat yang pernah ia kunjungi dengan Sesshoumaru.

"Sesshoumaru-sama, boleh kita pergi ke hutan tempat kita pertama bertemu?" tanya Rin.

Sesshoumaru mendekap tubuh tua Rin di dadanya. Bulu putih pada haorinya membesar dan memanjang, membuat kedua sosok itu melayang di udara. Sepanjang perjalanan, Rin melihat perubahan desa-desa, manusia, juga youkai. Ia telah hidup cukup lama.

"Bagi manusia, untuk bisa hidup sampai setua ini adalah berkah kesehatan dan umur panjang. Terima kasih telah mau bersama dengan Rin. Rin bahagia bisa hidup bersama Sesshoumaru-sama. Rin bahagia, bisa melahirkan Shikamaru dan Hikari"

Sesshoumaru duduk menyandar di pohon yang sama saat ia terluka dan Rin datang membawakan kehangatan untuknya. Rin terlihat bahagia. Perempuan itu tidak berdusta.

"Aku mencintaimu" ujar Sesshoumaru.

Rin merasakan kantuk luar biasa. Ia lelah. Ia ingin tidur sangat sangat lama. Diiringi kenangan indah dan kebahagiaan yang mengantarnya menuju keabadian.

Tanpa erangan kesakitan. Tanpa tangisan. Rin pergi begitu saja seolah ia hanya tertidur untuk bangun di keesokan hari. Sesshoumaru merasakan kehilangan yang sangat pada dirinya. Meski sudah tahu Tenseiga tidak bisa lagi menyelamatkan kekasihnya, lelaki itu tetap mengeluarkan pedang itu dari sarungnya dengan harapan ia bisa melihat goblin neraka. Percuma. Kekasihnya telah pergi.

Sesshoumaru membaringkan tubuh itu ke tanah. Manusia datang dari tanah, dan kembali ke tanah. Cakarnya menggali pusara untuk sang istri. Di tempat pertama perjumpaan dan perpisahan mereka.

Saat Sesshoumaru kembali ke istana dengan fisik kembali muda layaknya siluman besar lainnya yang tidak pernah menua, juga baju kecoklatan terkena tanah, seluruh penghuni istana menyadari bahwa mereka telah kehilangan sang ratu. Aura dingin menguar dari sang raja siluman. Seolah dinding-dinding es yang dulu cair berkat musim semi yang dibawa sang ratu hilang ditutupi musim dingin.

"Ibu, semoga musim dingin di hati ayah bisa lekas berakhir" doa Hikari dan Shikamaru.

Sesshoumaru merasakan dua pelukan di kanan dan kirinya. Dua sosok yang ditinggalkan sang kekasih. Dua sosok yang menjadi perpanjagan tangan cinta keduanya.

"Ayah sayang kalian"
.
.
.
Tamat

Huhu. Choco kebayang gimana rasanya ditinggal karena umur manusia tidak sepanjang umur youkai. 😭😭😭

Anime One Shots: Chara X ReaderWhere stories live. Discover now