29 - Sakha : Decision

415 101 49
                                    


Boleh tidak aku memukul Nando? Sumpah ya, pria yang katanya temanku ini tertawa mengolokku sejak lima menit yang lalu tanpa henti. Sampai matanya berair dan wajahnya memerah. Huft.

Semua ini terjadi karena Nando membaca chat-ku pada Dina yang sama sekali tidak gadis itu balas sejak seminggu yang lalu.

Belum lagi banyak orang di restoran cepat saji ini yang melihat kearah kami dengan tatapan aneh. Sepertinya mereka terganggu dengan tawa Nando.

"kak Sakha—haha—"

"apa? sudah jangan tertawa terus. Nanti sakit perut"

"udah kram ini kak perutku—haha—"

"makanya berhenti. Nanti kita diusir dari restoran ini"

Nando akhirnya sadar. Ia segera menghentikan tawanya dan malah tersenyum kepada semua pelanggan sebagai permintaan maaf.

Aku mendengus sebal melihatnya. "beri aku solusi, Nando. Bukannya menertawakanku"

"memangnya kak Sakha anggap apa Dina?"

"teman"

"cuma teman atau ada lebihnya?"

"aku kan cuma bertanya kabarnya dan café salonnya"

"kak, rumah kalian dekat. Satu blok doang. kenapa tak kesana?"

"menurutmu? Cindy nanti curiga"

"kalau begitu akhiri rasa penasaran kak Sakha pada Dina"

"aku tak penasaran"

"terus mengirim pesan selama seminggu tanpa jawaban ini, apa namanya kalau bukan penasaran? Hm, apa kakak cari perhatian ke Dina?"

"enak saja kamu kalau bicara, Nando"

Nando mengendikkan bahunya. Ia mengunyah choco sundae dalam sekali suap. Aku hanya memerhatikannya dengan bibir mengerucut.

"kasihan Cindy, kak. buat hubungan kalian jelas dulu"

"aku menghindari Cindy belakangan ini"

"kenapa?"

Kutopang daguku. Nando meletakkan sendok eskrimnya.

"aku tahu dari sekretarisnya kalau Cindy dapat surat dari Josi"

"surat apa?"

"entah. aku tak tahu isinya. Tapi surat itu dikirim dari North Pole"

"wah, Josi sudah sampai North Pole? Hebat sekali dia"

"bukan itu intinya, Nando"

"iya aku tahu kak. kalau kak Sakha penasaran, coba tanya saja pada Cindy. Dia pasti akan jawab"

"tidak semudah itu. Cindy jadi lebih pendiam setelah menerima surat itu. aku jadi takut mendekatinya. Makanya aku putuskan untuk memberinya jarak dengan menghindari Cindy selama kami bekerja seminggu ini"

"apa kak Sakha yakin itu keputusan yang terbaik?"

"aku menyesal mengambil keputusan itu. aku malah makin penasaran"

"kalau begitu berhenti mengganggu Dina, ungkapkan rasa penasaran kak Sakha pada Cindy, dan semua akan kembali seperti semula. As simple as that"

"Nando—"

"hm?"

Jujur aku seperti orang bodoh sekarang. seharusnya aku memikirkan konsekuensi dari ucapanku. Tapi kadang hati dan otak manusia tidak sinkron saat membicarakan soal cinta. Dan kini aku mengalaminya. Aku tidak bisa membohongi hatiku terus menerus. Seminggu ini banyak hal yang berubah padaku dan aku menceritakannya pada Nando.

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang