36 - Josi : How I am

442 92 32
                                    

-o-

"dulu saat kita saling mencintai, kenapa kita malah saling menyakiti?" pertanyaan itu terlontar dari bibirku saat menoleh pada wanita yang duduk dibangku kayu bersamaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"dulu saat kita saling mencintai, kenapa kita malah saling menyakiti?" pertanyaan itu terlontar dari bibirku saat menoleh pada wanita yang duduk dibangku kayu bersamaku. "Cindy—"

Wanita itu masih menatap lurus kedepan. Pandangannya seolah terpaku pada bianglala besar yang berada dihadapan kami.

Bianglala yang berputar perlahan itu seperti hubungan kami. Tidak ada ujungnya dan tidak mungkin bisa dipisahkan.

Terlalu banyak luka, suka, dan airmata yang telah kami lewati berdua sebelum segalanya berubah jadi tak bermakna.

Padahal kami berada di jarak sedekat ini, tapi Cindy terasa jauh bagiku saat ini.

Aku ingin merengkuh Cindy dalam pelukanku, tapi aku takut diriku yang malah hancur berantakan.

Bisa bertemu dengan Cindy seperti ini saja sebenarnya sudah merupakan anugrah yang patut kusyukuri.

Sungguh saat aku mengirimi Cindy pesan email berisi free pass taman bemain ini, aku tak bisa memejamkan mata satu detik pun. Aku takut Cindy menolakku. Aku takut aku dilupakan begitu saja tanpa sisa diingatan cinta pertamaku.

Tentu saja aku senang saat Cindy menghampiriku di tempat dulu kami kencan pertama kali. Kala itu, satu-satunya wahana yang bisa kumainkan tanpa rasa takut adalah bianglala ini.

Bianglala yang menurutku tampak lebih besar daridapa sebelumnya ini merupakan tempat aku berani mencium Cindy untuk pertama kalinya.

Taman bermain ini menyimpan banyak kenangan untuk kami, dan Cindy adalah bagian dari kenangan yang paling kusayangi.

Langit senja yang menjadi latar bianglala membuatku menyadari bahwa semua kenangan itu takkan pernah kembali.

"kenapa kamu mengajakku kemari, Josi?" Cindy akhirnya menanggapiku.

"rindu" jawabku. Kumasukkan tanganku ke dalam kantong celanaku. Aku tak mau Cindy melihat tanganku yang gemetaran karena menahan emosiku yang bergejolak.

"kamu tak bisa melakukan ini, Josi. aku sudah punya kekasih" ucap Cindy. Wajahnya tampak serius.

"aku sudah tahu soal hubungan kalian berdua. Kamu takkan kemari kalau kak Sakha berada di hotel" kuharap tebakkanku benar.

Cindy menghela nafas mendengar ucapanku. "ini urusan kami berdua. Kamu tak perlu ikut campur"

"aku tahu sulit untukmu memaafkanku. Surat yang kukirim, aku sempat berharap kamu mengirim balasannya, Cindy"

"aku bahkan tak tahu kamu menginap dimana selama liburan, Josi"

"aku bisa memberitahumu kalau kamu tak memblokir nomorku, Cindy"

Kami sama-sama diam. Cindy menatapku dengan wajah sendunya. Ia selalu cantik dimataku.

"kenapa kamu tak melaporkanku ke polisi, Cindy?"

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang