23 - Nina : Squash

496 110 48
                                    


Apa yang paling sulit dilakukan seorang model? Menjaga berat badan. Diet ketat itu hukumnya wajib. Gak boleh makan sembarangan. Harus hitung kalori tiap pesan makanan dan berakhir cuma makan timun seharian.

Memang kelihatannya tidak sehat untuk tubuh. Tapi ini semua demi kontrak eksklusif dengan beberapa desainer terkenal. aku tak mau mereka kecewa saat tahu pakaian yang mereka rancang tidak muat di tubuhku.

Satu cara yang paling efektif untuk membuat bentuk tubuh tidak berubah adalah olahraga. Hari ini aku dan kak Nando pergi bersama ke pusat kebugaran yang khusus tersedia untuk para penghuni Sunnyville.

Kami berdua berencana bermain squash. Iya, olahraga sejenis tenis yang bolanya dipantulkan kearah dinding. Bagiku, olahraga ini cukup ampuh untuk menjaga berat badan kalau dimainkan selama dua jam.

"Oh, Hilmi!" kak Nando malah bertemu temannya begitu kita masuk ke ruang gym. Mereka asyik ngobrol berdua sambil cardio. Alhasil aku ditinggal sendiri.

Aku masih belum bisa main squash sendirian. kak Nando lebih jago mainnya sekalian memberikah arahan padaku. Masalahnya sekarang dia sedang bicara dengan kak Hilmi, tak mungkin kuganggu.

"kak Nina, ya?"

Aku menoleh saat melihat seseorang memanggilku.

"hai, Tasya. Mau nge-gym juga ya?" sapaku balik.

Tasya mengangguk. Ia melihatku membawa dua raket squash.

"mau main sama aku kak?" tawar Tasya.

Aku sebenarnya enggan mengiyakan. Alasanku adalah kami memang tidak terlalu dekat. Alasan lainnya adalah Tasya ini terlalu dekat dengan Josi sekarang.

Hm, sebenarnya aku penasaran bagaimana hubungan mereka sekarang. Josi itu seingatku bukan tipe yang suka bertahan dengan satu wanita dalam kurun waktu satu minggu. Di luar urusan ranjang, Josi sangat anti memberi perhatian berlebihan kepada partner-nya termasuk padaku. Tapi dengan Tasya, entah kenapa Josi masih sering mengirimkan chat dan mengajak wanita ini makan malam bersama setiap pulang kerja.

Mungkin kalian menganggapku cemburu. Aku pun menyadarinya setiap melihat Josi tersenyum melihat chat di ponselnya. Ingin rasanya aku marah. Tapi aku bukan siapapun untuk Josi. aku sadar posisiku. Aku yang menyebabkan diriku dalam posisi ini. Tapi aku memang menginginkan Josi. aku ingin dia yang mencintaiku.

"kak Nina, sibuk apa sekarang?" tanya Tasya.

Aku tersadar dari lamunanku. "modeling. Ada beberapa kontrak dengan fashion desainer untuk pemotretan majalah bersama Josi"

Tasya mengangguk dan membulatkan bibirnya. Serius. aku sengaja memancingnya untuk cemburu.

Kuserahkan satu raket squash pada Tasya.

Kami pun mulai bermain bersama sampai tiga puluh menit. Kuakui Tasya punya tubuh yang sangat fleksibel sebagai seorang penari. Aku sampai kewalahan untuk mengimbangi permainannya.

Kami berdua duduk berselonjor kaki di pojok ruangan untuk istirahat.

Tasya memberiku segelas minuman isotonic dingin.

"aku dengar gossip, jadi kamu pacar Josi sekarang?" tanyaku dengan santai.

Tasya malah tersedak.

Aku mengerutkan keningku bingung.

"kami tidak pacaran, kak Nina" muka Tasya berubah merah. Sepertinya dia memang terkejut dengan ucapanku.

"kenapa kamu bertahan?" tanyaku. "kalau bukan pacarnya, kenapa kamu tak cari pria selain Josi"

"mungkin karena aku sama seperti kak Nina" jawab tasya sambil tersenyum.

Aku tak mengerti apa maksudnya. Apa dia mengira aku sangat setia pada Josi selama ini. Sepertinya Tasya memang tak tahu hubunganku dengan Tristan sekarang.

"kamu pikir aku suka Josi?" tanyaku tak mau kalah.

Tasya mengangguk. "aku tahu kak Nina sayang juga sama kak Josi"

"jadi menurutmu aku sainganmu?" tanyaku lagi.

Tasya menggelengkan kepalanya. "bukan kak Nina sainganku. Lagipula aku merasa kalau kita punya nasib yang sama nantinya karena sayang pada kak Josi"

"apa kamu selalu bicara melankolis begini, Sya?"

"kak Nina—"

"hm?"

"kenapa kak Nina tak coba menggeser posisi kak Cindy di hati kak Josi?" tanya Tasya. Ia sepertinya lebih memahami soal hubungan rumit ini daripada aku. "kak Nina kan sahabat kak Josi sejak sekolah, kalian lebih sering bersama. Daripada aku, kak Nina harusnya bisa membuat kak Josi bahagia"

Aku menghela nafas berat. ucapan Tasya sebagian memang benar. aku adalah sahabat Josi sebelum semua hubungan ini menjadi rumit.

"kamu takkan paham" jawabku

"bukan aku yang harus paham, kak. tapi kak Josi, buat kak Josi paham tentang merelakan kak Cindy" jelas Tasya.

Aku mengerutkan kening, "jadi kamu pikir Josi bisa berubah kalau dia melupakan Cindy?"

"iya. sebenarnya—" Tasya menggigit bibirnya.

"kenapa?" aku jadi penasaran.

"—aku pernah melihat video di kamera kak Josi" Tasya menundukkan kepalanya.

Aku tak mengerti. aku tak pernah melihat kamera Josi tanpa izinnya. "kapan kamu lihat?"

"hm—waktu kak Josi tidur setelah kami—pokoknya waktu itu aku lihat lampu kameranya menyala"

Aku berusaha untuk tak membayangkan apa yang sudah terjadi pada mereka berdua. Aku hanya bisa mengepalkan tanganku di dalam saku celana training-ku. Percuma aku marah. Tidak akan ada yang berubah dari hubungan kami.

"kupikir kak Josi memang maniak. Dia—hm—menyimpan video kak Cindy. Selain video kami yang sudah kuhapus, ada lebih dari satu dengan wajah kak Cindy waktu mereka—"

Aku segera menutup bibir Tasya dengan tanganku. Cukup. Aku sudah bisa bayangkan isi video di kamera Josi.

"apa Josi marah waktu kamu menghapusnya?" tanyaku.

Tasya menggeleng. "kak Josi sepertinya tak peduli. Dia diam saja. setelahya memang aku tak melihat kamera itu lagi"

"pasti sudah dibuang oleh Josi" tebakku. "atau mungkin ia mengirimkannya kepada Cindy"

"dikirim?" wajah Tasya mendadak pucat. "untuk apa kak?"

"tentu saja untuk mendapatkan perhatian Cindy. Hah, Josi— seharusnya dia masuk—" aku menghentikan kalimatku sendiri. tak mungkin aku membuat Tasya semakin terkejut dengan tingkah Josi. "apa kamu sudah bicara dengan Clara?"

Tasya menggelengkan kepalanya. Ia sepertinya memang takut dengan apa yang sudah ia lihat di video itu.

Aku tak bisa membiarkan ini. Kukira Josi bisa puas setelah bermain denganku dan Tasya. Tapi video itu membuktikan bahwa ada yang salah dengan Josi. kurasa seseorang harus bertindak sebelum semuanya terlambat. Jadi siapa yang harus kuhubungi? Clara? Tristan? Cindy?

–o-

nita: coba dijawab dulu pertanyaannya nina di atas. :)

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang