20 - Tristan : Headache

858 118 82
                                    

Sebenarnya aku tak pernah menyangka bahwa Jihan akan menemuiku di gedung studioku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya aku tak pernah menyangka bahwa Jihan akan menemuiku di gedung studioku. Iya, aku pernah mengundangnya beberapa kali untuk kemari lewat chat. Tapi wanita cantik nan menggoda ini selalu menolaknya dengan berbagai alasan.

Dan sore ini Jihan kemari dengan keinginannya sendiri. aku hanya bisa berkedip dengan mulut terbuka saat melihat Jihan yang tampak menarik dengan tanktop dan celana panjang hitamnya duduk dihadapanku.

Maunya sih kusuruh duduk di pangkuanku saja. tapi kulihat wajah Jihan sama sekali tak bersahabat denganku. Jadi aku cuma bisa membatinnya.

"ada perlu denganku?" tanyaku basa basi.

"iya. Clara bilang kamu perancang busana paling handal disini"

"hm, begitulah kenyataannya"

"buatkan aku gaun"

"untuk apa?"

"acara penerimaan award. Tapi aku mau gratis"

"maksudmu pinjam gaun buatanku?"

"bukan, Tristan. Aku mau gaun gratis hasil rancanganmu yang terbaru"

Aku hendak protes. Selama ini aku belum pernah memberikan gaun baru kecuali pada Mozza karena kuminta untuk tutup mulut waktu itu.

"kalau tak mau, aku beberkan rahasiamu dan Nina ke Jevan"

Hah, wanita seksi ini licik ya. aku jadi semakin tertantang menaklukannya.

"memangnya aku punya rahasia apa, Jihan?" mari kita lihat reaksinya.

"kamu masih berhubungan dengan Nina. Kamu tak mau Jevan ikut dalam permainanmu dengan Josi" jelas Jihan. "makanya kamu meminta Jevan mendekatiku saja"

"kukira kamu juga menikmati waktumu bersama Jevan" ucapku tak mau kalah.

"tentu. Jevan hebat di ranjang. Sampai aku lecet" balas Jihan dengan frontal.

Aku tergelak mendengar jawaban menarik dari Jihan. Terdengar seperti tantangan untukku.

"tapi Jevan cuma butuh pemuas. Aku juga begitu. Terakhir kulihat Jevan mabuk berdua denganku, dia masih menyebut nama Nina terus" jelas Jihan.

"kenapa? kamu cemburu?" tanyaku.

"aku tak punya waktu untuk cemburu. Aku cuma tak suka dijadikan pilihan cadangan untuk menyingkirkan lawanmu supaya cuma kamu yang bisa mendapatkan Nina" ujar Jihan. "kalau mau, bermainlah sportif. Biarkan Jevan dekat dengan Nina"

Aku menggelengkan kepala. "sepertinya akan sulit. Aku tak bisa menyingkirkan Josi. mana bisa aku meladeni Jevan juga"

Kulihat wajah Jihan yang menahan marah. Aku jadi terpikirkan satu ide.

"kamu tak suka jadi pilihan cadangan kan, Jihan?"

"iya. aku tak mau Jevan datang padaku karena dia putus asa dengan Nina"

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang