08 - Cindy : Inanity

637 150 59
                                    

Tanganku terkepal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tanganku terkepal. Langkah kupercepat. Mataku memincing saat membuka pintu pavilion milikku di lantai paling atas hotel Omphalus.

Gorden abu-abu menghalangi sinar matahari pagi masuk ke dalam ruanganku. Tapi aku bisa mendengar satu sosok yang sedang bergelung di atas ranjangku.

Kudekati ranjangku. Kusibak cepat selimut yang menutupi sosok telanjang yang sering membuatku naik pitam.

"brengsek! Josi!"

Teriakanku diabaikan. Pria gila ini memang suka sekali mencari perkara denganku sejak dulu. Sial. Kenapa dulu aku memacarinya?

Aku pun membekap Josi dengan selimut. Kudengar dia mengaduh kehabisan nafas. Rasakan.

"cepat bangun!" kucoba untuk menyeret lengan Josi agar keluar dari ranjangku.

Josi tetap bergeming. Ia malah menarikku. Aku terduduk di tepi ranjang dengan mata membulat besar.

"selamat pagi, mantan" sapa Josi dengan mata sipitnya yang masih mengantuk.

Kuabaikan sapaannya. Aku berdiri untuk memunguti celana dan kemeja Josi yang berantakan. Kulemparkan tepat ke muka Josi yang menguap lebar.

Aku berdecak begitu menemukan bra hitam. Itu pasti milik wanita yang semalam Josi ajak ke pavilion-ku.

Kulempar pula bra itu ke muka Josi.

"mana kunci pavilion-ku?" tanyaku sambil berkacak pinggang. "kamu harus mengembalikannya, Josi. kita sudah putus. Aku tak mau kamu terus kemari setiap malam dengan wanita berbeda"

Josi merogoh saku celananya. Ia menggoyangkan kunci pavilion itu didepanku. "aku menggandakannya".

"brengsek!"

"terima kasih, Cindy"

"aku tak memujimu" tanganku terlipat di depan dada.

Kulihat Josi mengancing kemejanya. Ia menyisir rambutnya dengan jemari ke belakang.

"apa sebenarnya maumu?" tanyaku.

"membuatmu cemburu" Josi mengendikkan bahunya.

Aku menghela nafas. "childish"

Josi bangkit dari ranjangku. Ia mendekatiku. Aku berusaha untuk tak terintimidasi dengan tatapannya.

"aku childish? Lalu kamu apa? kamu tahu aku setiap malam ke pavilion ini, tapi kamu bahkan tak mengganti kuncinya" jelas Josi.

"aku tak peduli denganmu lagi, Josi".

Tunggu, kenapa suaraku gemetaran begini?

Ponselku berbunyi. Kulihat Josi sedikit menjauh dariku. aku bisa bernafas lega saat mengambil ponselku dari saku.

"ya, Sakha?"

Kulihat rahang Josi menegang saat aku menyapa pria di seberang sambungan teleponku.

"aku akan segera kesana" ucapku sebelum mengakhiri percakapan kami tentang reservasi restoran hotel hari ini.

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang