40 - Sakha : Not Sorry

468 89 28
                                    



Waktu yang paling membahagiakan untukku adalah saat aku berada di dapur. dikelilingi bahan masakan, aku bisa berkreasi sesuka hatiku. Aku selalu membayangkan reaksi orang yang akan menikmati sajian yang aku hidangkan di meja makan mereka. Senyum puas mereka merupakan hal yang paling membanggakan bagiku. Hidupku selalu di lingkupi pujian dari banyak orang. Aku terbiasa diperlakukan istimewa oleh orang lain.

Satu satunya orang yang tidak menganggapku istimewa saat ini adalah Cindy, kekasihku sendiri. ia sama sekali tak menyentuh makanan yang kubuatkan untuknya.

Kami duduk dalam diam di antara meja kamar hotelnya. Steak yang kuhidangkan sepertinya mulai dingin karena kami sama sekali tak menyentuhnya.

Cindy terus menerus meneguk wine merah yang ia bawa sendiri dari ruang penyimpanan hotel.

"kapan kita bisa bicara?" tanyaku sambil memerhatikan Cindy yang mengacuhkanku.

"sekarang. aku dengarkan" jawab Cindy sebelum kembali menyesap wine.

Aku menghela nafas mendengar jawaban Cindy.

"aku ingin minta maaf, Cindy"

"soal apa?"

"kamu tahu"

Cindy menggelengkan kepalanya. Kulihat pipinya memerah. Pasti karena ia kebanyakan minum.

"aku dan Dina, kami hanya jalan berdua sekali. Itu pun kebetulan. Aku membantu Dina sekali untuk mengurus café salonnya hari itu"

"kebetulan yang kamu buat sendiri, Sakha" Cindy menunjuk hidungku.

"tapi kamu terus mengiriminya pesan selamat tidur"

Aku terkejut mendengarnya. "kamu tahu?"

Cindy mengangguk. "aku pernah membuka ponselmu"

"itu hanya ucapan selamat tidur. tidak ada artinya"

"menurutmu itu tak berarti. Lalu bagaimana menurut Dina? Pernah kamu memikirkan perasaan Dina?"

"Cindy –"

"aku ingin sekali membencimu, Sakha" Cindy menopang dagunya. "aku benci melihatmu tersenyum setiap kali menatap ponselmu"

"maaf—"

"jangan bilang maaf kalau kamu tak mengakui kesalahanmu. Aku benar-benar ingin membencimu, Sakha"

"kamu mabuk, Cindy. Sebaiknya kamu tidur"

"tak perlu mengurusku lagi" Cindy menolak tanganku yang memegangi lengannya. "aku bisa sendiri"

"bicaramu melantur, Cindy"

"kita putus saja"

Kalimat dari bibir Cindy membuatku tertegun. Kutatap Cindy yang kini menatapku dengan mata berlinang.

"tidak. aku tak mau" jawabku.

"aku tidur dengan Josi" pengakuan Cindy membuatku mengepalkan tanganku. Tapi aku harus tetap mempertahankan kekasihku.

"tidak masalah untukku" jawabku dengan nada terbata. Aku ingin terlihat kuat tapi rasa sakit hatiku jauh lebih dominan saat ini. "aku bisa membuatmu melupakan Josi dalam semalam seperti dulu lagi"

"Sakha, kamu bisa dapatkan gadis yang lebih baik daripada aku"

"aku punya kamu. Untuk apa aku harus mendapatkan gadis lain?"

Cindy tersenyum mengejek mendengar jawabanku. "lalu Dina siapa buat kamu?"

"aku hanya sedang bingung waktu itu. aku minta maaf" kucoba meraih jemari Cindy. Ia membiarkanku mengusap lembut jemarinya. "aku menyesal, Cindy. Sungguh. kembalilah padaku"

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang