06 - Dina : Ponytail

746 153 37
                                    


Aku bersenandung mendengarkan lagu dari radio yang terpasang di sudut salonku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku bersenandung mendengarkan lagu dari radio yang terpasang di sudut salonku. Kuikuti sedikit irama musik. Tanganku tetap kuusahakan fokus untuk memotong rambut pelangganku.

"waow, kamu makin cantik Tasya" pujiku usai melihat pantulan wajah pelanggan sekaligus temanku.

"aku juga suka" gadis itu tersenyum sambil menyentuh poni yang baru kupotong.

"sudah lama kamu tak punya poni" jawabku sambil menggulung poninya agar terlihat lebih ber-volume.

"iya, ini khusus untuk recital besok" jawabnya dengan penuh semangat.

Aku mengangguk. "oh iya, recital balet akademi-ku besok, aku belum persiapan apapun"

"tak perlu bersiap. Cukup datang saja" Tasya merapikan sendiri rambutnya.

Aku membereskan peralatan, "ey, aku harus belikan bunga untukmu kan"

"hm, sebenarnya aku lebih suka kalau orang lain yang memberiku bunga" ucap Tasya dengan wajah malu.

Aku tertawa meledeknya. "memangnya kamu sudah kirim undangan ke kak Josi?"

Tasya menggelengkan kepalanya. "aku takut"

"takut kenapa dengan Josi?"

Aku menoleh mendengar pertanyaan itu.

"oh, hai Jihan" sapaku .

Jihan masuk ke dalam salonku. Ia duduk disamping Tasya.

"kalian belum kenalan kan?" tanyaku. "Jihan, ini Tasya"

"aku sudah tahu penari terkenal ini. Clara pernah cerita tentangmu" ucap Jihan sambil menjabat tangan Tasya.

"senang bertemu denganmu" jawab Tasya dengan sopan.

Jihan lebih memerhatikan undangan yang ada di meja kaca. "itu untuk Josi ya?"

Tasya mengangguk pelan.

"berikan padanya sekarang. kebetulan dia dirumah" jawab Jihan.

"Tasya tak berani. Menyapa kak Josi saja bisa membuat Tasya demam tiga hari" candaku.

Tasya melotot menatapku. Aku tertawa melihat temanku salah tingkah.

"tak perlu sungkan dengan bajin— dengan Josi" Jihan sepertinya hampir mengumpati kakaknya sendiri.

Aku pura-pura tak mendengar saat dia menatapku. "apa kamu mau potong rambut, Jihan?"

"aku ingin keramas dan pijat " jawab Jihan.

Aku mengangguk. Aku pun menyiapkan air untuk Jihan. Dari bilik sebelah aku masih bisa mendengar percakapan Jihan dengan Tasya.

"bagaimana rasanya tinggal dengan kak Josi?" tanya Tasya.

"biasa saja" jawab Jihan sekedarnya.

"pasti menyenangkan bisa melihatnya setiap hari"

Aku tersenyum geli mendengar suara Tasya yang bersemangat.

Romance [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang